Minggu, 28 Februari 2021

Diana dan Roland Barthes

Bre Redana
kompas.com
 
Kalau kehidupan petani diasosiasikan dengan desa agraris di Jawa, agak sulit membayangkan seorang anak petani bernama Diana, sebagaimana terdengar dalam lirik lagu Koes Plus berjudul “Diana”.
 
Banyak orang barangkali masih ingat lirik lagu itu: “Di gunung tinggi kutemui/ Gadis cantik putri paman petani/ Cantik menarik menawan hati/ Diana namanya manja sekali…”
 
Nama anak petani di Jawa umumnya berhubungan dengan mitologi agraris dari daerah ini, taruhlah seperti Pariyem, Parinem, Parinah, Sarinah, dan Sariatun. Bagaimana dengan Diana?
 
Indonesia bukan hanya Jawa. Kita hidup dalam suatu negara kesatuan dengan ribuan pulau, dengan beragam latar etnisitas, adat, budaya, dan sistem kepercayaan yang berbeda-beda. Sejak di sekolah dasar kita dipahamkan mengenai kebhinekaan negeri ini, berikut semboyannya, Bhinneka Tunggal Ika. Akan sangat jamak kita menemukan putri petani bernama Diana, Martha, Vonie, dan semacamnya. Taruhlah di wilayah Indonesia bagian timur.
 
Koes Plus, dengan personel terdiri atas Tonny Koeswoyo, Yon Koeswoyo, Yok Koeswoyo, dan Murry (menggantikan Nomo Koeswoyo dalam periode Koes Bersaudara), niscaya sangat paham hal ini. Bermusik sejak akhir 1950-an, anak-anak keluarga Koeswoyo dari Tuban, Jawa Timur, ini berada dalam dinamika dan kemelut sejarah Indonesia, termasuk dalam pasang surut kehidupan politiknya.
 
Jelas mereka bukan politisi. Mereka pemusik. Mereka seniman. Sebagaimana seniman, mereka menangkap semangat zaman, dan itu terefleksikan pada sebagian lagu mereka.
 
Dari kepingan-kepingan cerita yang bisa kami ingat dari para anggota Koes Plus itu, Diana agaknya diilhami oleh seorang cewek dari sebuah pulau besar di Indonesia bagian timur. Tonny (1936-1987), si genius dalam kelompok ini, sering menggubah lagu termasuk berdasar pengalaman yang diilhami adik-adiknya. Sang adik, Yon dan Yok yang masih sering kami jumpai saat ini, sambil tertawa membenarkan hal itu.
 
Bukan hanya “Diana”, juga lagu lain seperti “Andaikan Kau Datang”. Mengenang kembali lahirnya lagu itu, mereka seperti mengenang kekonyolan masa remaja dengan satu-dua kekasih pada saat bersamaan. Aha! Mungkin Anda punya pengalaman serupa. Maka, memikirkan salah satu kekasih yang saat itu sedang tak di tempat, muncullah lirik seperti ini: “… andaikan kau datang kembali/ Jawaban mana yang kan kuberi…”
 
Ada pula yang secara jelas mereka akui dari mana inspirasi berasal, misalnya lagu “Da Silva”. Lagu itu berhubungan dengan pengalaman Koes Plus di tengah peristiwa politik, ketika sekitar pertengahan 1970-an mereka diberangkatkan ke Timor Timur?kini Timor Leste. Lagu itu ditulis oleh Tonny berdasar inspirasi yang didapatnya dari seorang yang bekerja di Hotel Turismo, Dili.
 
Pengarang telah mati
 
Pertanyaan awam, apakah sebuah karya berarti biografi hidup si seniman? Apakah yang ditulis oleh seniman berarti persis seperti itu pengalaman hidup yang mereka alami?
 
Jawabnya tidak. Uraian teoretis dari filosof Perancis, Roland Barthes, yang namanya sering dihubung-hubungkan dengan pemikiran post-modernisme, mungkin bisa membantu menerangi masalah ini. Barangkali betul ada cewek bernama Diana tadi, atau pelayan Hotel Turismo bernama Da Silva. Hanya saja, begitu teks tadi -entah Diana, entah Da Silva- dibunyikan dalam tuts nada piano Tonny, segera Diana dan Da Silva tak lagi narasinya berkembang semata dari sudut pandang pengarangnya. Inilah titik paling kritis dalam dunia penciptaan, dunia kepengarangan, yang diuraikan Barthes dalam esainya yang paling terkenal dan paling banyak disalahpahami para pengarang Indonesia, yakni The Death of the Author.
 
Banyak yang mengira pemikiran Barthes mengenai hal itu dikarenakan orang sebenarnya hanya dengar judulnya dari orang lain, tak pernah membaca sendiri teks aslinya, bahkan tak pernah melihat bukunya mengartikan pengarang dianggap tidak boleh lagi campur tangan setelah karya selesai. Karya menjadi milik publik. Pengarang dianggap telah mati; the death of the author.
 
Padahal, Barthes sebetulnya hendak mengatakan, begitu suatu fakta dinarasikan tidak lagi dengan sudut pandang yang secara langsung mengacu realitas, tapi pada sesuatu yang intransitif, sebenarnya fakta atau kata tadi sudah tak punya fungsi lain kecuali sebagai simbol semata. Di situlah pengarang “mati”, dan kegiatan kepengarangan bermula. Kata dan simbol menemukan dunianya sendiri.
 
Diana adalah Diana dengan dunia sendiri, tanpa perlu ambil pusing mana ada anak petani bernama Diana. Da Silva adalah Da Silva, tanpa perlu kita mempertanyakan secara persis dari mana tokoh ini berasal.
 
Wilayah simbolik
 
Mengangkat lagu-lagu Koes Plus/Koes Bersaudara menjadi sebuah narasi dari suatu musikal berarti mentransformasikan fakta-fakta itu, yaitu lagu-lagu mereka, ke sebuah wilayah simbolik baru. Biarlah simbol-simbol itu beroperasi sendiri, menemukan dinamikanya sendiri, menemukan sosoknya sendiri dalam dinamika panggung musikal. Itulah yang kami harapkan pada musikal Diana.
 
Lagu-lagu Koes Plus/Koes Bersaudara begitu kaya ragam. Mereka telah menghasilkan berbagai tema: dari percintaan remaja hingga kecintaan terhadap tanah air seperti lewat rangkaian lagu Nusantara, petuah yang berhubungan dengan kebajikan seperti dalam lagu-lagu pop Jawa. Itu semua pasti tak lepas dari pengalaman para personelnya, yang hidup di tengah sejarah bangsanya dan secara intens merefleksikan pengalamannya. Ketika pengalaman hidup yang reflektif itu dituangkan ke dalam lagu dalam kancah hiburan pop, yang muncul kemudian adalah sebuah produk pop yang memiliki bobot reflektif.
 
Kalau masih ada nada sumbang bertanya mengapa Koes Plus, mungkin inilah jawabannya. Pemikiran post-modernis mencoba merekonstruksi sesuatu yang telah kita miliki, dianggap jadul dalam medan masyarakat kontemporer. Itu yang membuat harian Kompas tak ragu untuk memproduksi sebuah musikal berdasar lagu-lagu Koes Plus/Koes Bersaudara.
 
Koran juga produk kebudayaan massa. Dalam sebuah karya berbobot, kita bisa menemukan diri kita dalam kebudayaan massa, kebudayaan pop, yang biasanya dicibir orang…
 
7 Juli 2010.

http://sastra-indonesia.com/2011/08/diana-dan-roland-barthes/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati