Minggu, 05 September 2021

Di Balik Nama Kafka dan Katarina

Sigit Susanto
 
Bukan di Praha, juga bukan di Berlin, tapi di kota kecil Boja dan Limbangan, Kendal, Jawa Tengah.
Sekitar tahun 2005 di warung remang di depan Taman Ismail Marzuki di Jakarta, nongkrong beberapa teman penyuka sastra dari komunitas Apresiasi-Sastra (APSAS). Mereka memintaku bercerita tentang pengalamanku mengikuti Reading Group novel Ulysses di Yayasan James Joyce di Zürich, Switzerland, sekaligus bercerita tentang ziarahku ke makam Franz Kafka di Praha.
 
Sebulan kemudian aku membaca pada sebuah blog dari salah satu teman yang ikut nongkrong itu mengucapkan terima kasih kepadaku, bahwa saat aku bercerita, istrinya sedang hamil besar dan ketika bayinya lahir laki-laki diberi nama Muhamad Kafka.
 
Kisah itu sudah lama dan sudah semakin terkubur waktu. Sekitar tujuh tahun silam, ada sepasang keluarga muda di kota kecil Limbangan, Kendal, Jawa Tengah, memberi nama anak lelakinya Kafka Dhrya Pradipta. Kenapa anaknya diberi nama Kafka, tak lain karena sang ayah termasuk penggemar karya Franz Kafka.
 
Dua tahun silam, pasangan anak muda Heri Condro Santoso dan Akhil Bashiroh dari dusun Slamet, desa Meteseh, kecamatan Boja, kabupaten Kendal, Jawa Tengah mempunyai anak perempuan. Sang ayah bertanya kepadaku, sekiranya bisa mencarikan nama perempuan dari para tokoh fiksi atau tokoh sastra dunia.
 
Aku mengajukan, Molly Bloom, tokoh perempuan sebagai istri Leopold Bloom pada novel Ulysses karya James Joyce. Juga kusodorkan nama Penelope, istri Odysseus pada novel Odyssey. Terakhir aku menyodorkan nama-nama pacar Franz Kafka, Felice Bauer, Grete Bloch, Milena Jesenska, Julie Wohrycek, dan Dora Diamant.
 
Ternyata sang ayah tak mengambil nama-nama perempuan di sekitar Kafka, namun ia lebih tertarik kisah Kafka saat dengan pacarnya Dora Diamant bertemu bocah perempuan yang menangis karena kehilangan boneka di sebuah taman di Berlin.
 
Bocah kecil itu bernama Katharina dengan panggilan Katja dan berusia enam atau tujuh tahun. Kafka berlutut di depan bocah itu dengan pura-pura bertemu si boneka. Dan ia akan membawa surat dari boneka bernama Mia itu di lain hari.
 
Di luar dugaan, bocah kecil itu mendadak berhenti menangis dan sejak itu Kafka selama empat minggu berturut-turut menulis surat fantasi dan dibawa ke taman untuk diserahkan kepada Katja.
***
 
Kafka menceritakan ulang surat yang dibuatnya sendiri atas nama boneka Mia, “Boneka Mia itu dari taman berjalan menuju ke stasiun. Di stasiun kereta api, dia tak punya uang. Untungnya ada anak muda yang menolong membelikan tiket kereta api. Mia akhirnya berada di pantai selama beberapa hari. Namun di pantai pun ia anggap membosankan. Si Mia ingin pergi ke seberang samudra. Datanglah sebuah kapal dan ia naik kapal pada waktu malam. Mia inginnya akan pergi ke Amerika. Sayangnya, kapalnya hanya mendarat sampai di Afrika.”
 
Begitulah isi tiga pucuk surat tentang petualangan Si Mia hingga berlabuh di Afrika. Kafka lagi-lagi berada di taman menunggu bocah Katja yang baru pulang dari sekolah. Ia masih belum bisa baca tulis. Namun Kafka menuliskan, “Mia juga senang bepergian, namun nanti pada perayaan natal ia ingin pulang.”
 
Setelah surat yang kesekian kali, Kafka mulai sibuk menulis tema lain, seperti buku harian, surat untuk Max Brod, novel dan coret-coretan lain.
 
Katja merespon atas surat-surat itu kepada Kafka, “Jika Mia lebih suka tinggal di Afrika, lalu bagaimana?”
 
Kafka menjawab, “Mia telah jatuh cinta dengan seorang pangeran di Afrika yang tempatnya sangat jauh. Tak apa, selama mereka saling bahagia.”
 
Katja bertanya lagi, “Apakah dia lebih mencintai pangerannya atau aku?”
 
Katja setengah ragu untuk mengetahui kebenarannya, bersamaan dengan itu ia mulai meneteskan air mata. Perlahan-lahan ia sudah mulai menurut, bahkan ia ikut terlibat emosi, toh di Afrika juga ada pangeran.
 
Beberapa hari kemudian, kisah detil ini tetap diingat oleh Katja. Kafka melanjutkan suratnya yang menyebut, “Bahwa si Mia selama 24 jam berpikir keras dan diputuskan akan kawin dengan pangeran Afrika.”
 
Bagaimana Kafka menutup kisah boneka imajiner ini? Terjadi dua perbedaan pandangan antara Kafka dan Dora.
 
Dora menghendaki yang praktis, agar cerita surat ini lekas selesai, maka lebih baik membeli saja boneka baru dan diberikan ke Katja sambil dijelaskan bahwa sekarang Mia sudah berubah menjadi tua, karena perjalanan panjangnya, tapi tetap bernama Mia.
 
Kafka sebaliknya, ia ingin dalam menutup kisah itu ada sebuah pembelajaran bagi Katja, maka ia menulis surat penutup, “Aku sangat bahagia. Seandainya aku saat itu ikut Katja dulu diurus dengan lebih baik, tak mungkin aku akan berkenalan dengan pangeran.”
 
Seperti itulah Kafka berlatih mengasah cerita fantasi sambil mempratikkan secara spontan dengan kehidupan sehari-hari.
 
Ketika nama Kafka semakin tersohor, bocah kecil bernama Katharina di Berlin itu dicari lewat media dan berhasil ditemukan, ia sudah menjadi nenek.
 
Pertanyaannya, apa keistimewaan Kafka Indonesia itu?
 
Ketika Kafka Indonesia itu masih kecil sering dipanggil teman-teman dan keluarga dekat Kakak, bukan karena dia lebih tua, melainkan hanya nama yang aneh di telinga dan lingkungannya, nama Kakak lebih diingat ketimbang Kafka.
 
Namun kini di usia akan ke tujuh tahun pada Agustus 2021 nanti, teman-teman dan lingkungannya sudah bisa memanggil dengan benar nama Kafka.
 
Anggi menuturkan, Kafka saat masih kecil sudah bisa mandiri, tak menyusui lagi tanpa diminta dari ibunya, seolah ia tahu bahwa ibunya single parent.
 
Keistimewaan lain, Kafka kecil tanpa diajari berjalan ia sudah berani mencoba berjalan sendiri.
 
Kisah ini ada paralelnya dengan Franz Kafka ketika bertemu Dora Diamant di tempat liburan di pantai Ostsee pada September 1923. Kafka menyaksikan ada anak kecil jatuh dan berdiri sendiri, sontak ia memujinya.
 
Bagaimana dengan Katarina? Versi bahasa Jerman, nama Katharina dengan h dan versi Indonesia Katarina tanpa h. Adapun nama lengkapnya Kidung Katarina Namira.
 
Menurut penuturan sang ayah, Katarina yang berusia dua tahun itu punya kebiasaan minta dibacakan buku anak-anak. Ketika ayahnya membaca buku untuk orang dewasa, ia juga minta diceritakan isi buku itu. Antusias melonjak, ketika ayahnya menulis di laptop, ia ingin tahu apa yang ditulis.
 
Kejeniusan Franz Kafka memang sudah menjelajah ke berbagai belahan dunia. Jika Haruki Murakami melahirkan tokoh fiksi Kafka Tamura pada novelnya Kafka on The Shore, sebaliknya anak-anak Indonesia benar-benar diberi nama sastrawan besar di abad 20 itu.

 

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati