IDG Windhu Sancaya
http://balipost.com/
…., pegat jani caritayang, dadi nampi dina Cing Bing// Masan anak
masembahyang, ka kuburan, muride telah mapamit, kewala sang kalih enu,
Sam Pik sareng Ni Nyonyah, madabdaban jani lwas manganggur, ada taman,
kema lakuna malali.
Demikianlah bunyi salah satu adegan dalam Geguritan Sam Pik,–sebuah
cerita yang berasal dari negeri China. Cerita tersebut digubah ke dalam
bahasa Bali oleh Ida Ketut Sari dari Grya Sanur pada tahun 1915, hampir
satu abad yang silam. Sumber penulisan
Geguritan Sam Pik tersebut adalah sebuah cerita yang ditulis dalam
bahasa Melayu oleh Boen Sing Hoo pada tahun 1885 Masehi,
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Sabtu, 21 April 2012
Jumat, 20 April 2012
Membo-membo Jadi Iblis di Kediri *
: Membaca Buku ‘Sekumpulan Sajak Pesantren’ bertitel “Jadzab”
Nurel Javissyarqi **
http://sastra-indonesia.com/
Dua tahun lalu pertengahan Ramadhan saya ke sini, tepatnya mengikuti kawan-kawan Kutub (para santrinya almarhum Gus Zainal Arifin Thoha); Muhammadun AS, Salman Rusydie Anwar, A. Yusrianto Elga, di antaranya agak lupa siapa saja pengisi pelatihan kepenulisan di Lirboyo, setelah itu ziarah ke makam Gus Zainal. Mungkin sepuluh tahun lampau saya di sini sekadar ngopi, seperti ke pesantren lain menikmati alam damainya. Ini mengingatkan saya masuk Pon-Pes. Darussalam, Watucongol, Muntilan, Magelang, dua belas tahun lewat, kala menghadap Mbah Mad (Kiai Ahmad Abdul Haq) disaat beliau masih sugeng. Ditanyalah, ‘Kenapa ke pesantren?’ ‘Ingin merasai hawa pesantren,’ ; jawab saya. Dan tiga minggu lalu, ke sana kembali untuk meresapi ketenangan tersebut.
Nurel Javissyarqi **
http://sastra-indonesia.com/
Dua tahun lalu pertengahan Ramadhan saya ke sini, tepatnya mengikuti kawan-kawan Kutub (para santrinya almarhum Gus Zainal Arifin Thoha); Muhammadun AS, Salman Rusydie Anwar, A. Yusrianto Elga, di antaranya agak lupa siapa saja pengisi pelatihan kepenulisan di Lirboyo, setelah itu ziarah ke makam Gus Zainal. Mungkin sepuluh tahun lampau saya di sini sekadar ngopi, seperti ke pesantren lain menikmati alam damainya. Ini mengingatkan saya masuk Pon-Pes. Darussalam, Watucongol, Muntilan, Magelang, dua belas tahun lewat, kala menghadap Mbah Mad (Kiai Ahmad Abdul Haq) disaat beliau masih sugeng. Ditanyalah, ‘Kenapa ke pesantren?’ ‘Ingin merasai hawa pesantren,’ ; jawab saya. Dan tiga minggu lalu, ke sana kembali untuk meresapi ketenangan tersebut.
Senin, 16 April 2012
DEMOKRASI TOLOL VERSI SARIDIN
Emha Ainun Nadjib
http://sudisman.blogspot.com/
Saridin bukan tidak sadar dan bukan tanpa perhitungan kenapa dia memilih nyantri ke pondoknya Sunan Kudus. Saridin itu tipe seorang murid yang cerdas dan mengerti apa yang dilakukannya.
Harap dimengerti murid itu bukan padanan kata dari siswa atau student, sebagaimana manusia zaman modern memaknainya secara tolol. Memang manusia dalam kebudayaan dan peradaban modern kerjanya selalu melawak. Mereka lucu, dan bahkan sangat lucu karena mereka sendiri tidak sadar bahwa mereka lucu.
http://sudisman.blogspot.com/
Saridin bukan tidak sadar dan bukan tanpa perhitungan kenapa dia memilih nyantri ke pondoknya Sunan Kudus. Saridin itu tipe seorang murid yang cerdas dan mengerti apa yang dilakukannya.
Harap dimengerti murid itu bukan padanan kata dari siswa atau student, sebagaimana manusia zaman modern memaknainya secara tolol. Memang manusia dalam kebudayaan dan peradaban modern kerjanya selalu melawak. Mereka lucu, dan bahkan sangat lucu karena mereka sendiri tidak sadar bahwa mereka lucu.
Minggu, 08 April 2012
Pengantar Cerpenis Syekh Bejirum dan Rajah Anjing
Fahrudin Nasrulloh
http://sastra-indonesia.com/
Menulis pengantar cerpen? Saya rasa ini lebih berat dibanding membikin cerpen atau tulisan lainnya. Seperti saya dipaksa menapaktilasi detik perdetik dalam ruang dan waktu di setiap cerpen. Menguruti jejak sungguh sesuatu yang rumit dan melelahkan. Tapi itu tampaknya perlu dibuat. Agar saya tidak menciderai pembaca. Meski sebelas cerpen dalam kumpulan ini masih terasa menggeret-geret saya ke entah. Ada rasa longsor. Tenggelam. Gelap dan melenyap pelan-pelan. Cerita-cerita itu seringkali terasa merangsek di malam-malam ketika saya dilimbur kosong. Tapi biarlah mereka terus mengerubungi saya dan sisanya saya serahkan pada waktu dan semacam iman yang saya teguhi dalam berkarya.
http://sastra-indonesia.com/
Menulis pengantar cerpen? Saya rasa ini lebih berat dibanding membikin cerpen atau tulisan lainnya. Seperti saya dipaksa menapaktilasi detik perdetik dalam ruang dan waktu di setiap cerpen. Menguruti jejak sungguh sesuatu yang rumit dan melelahkan. Tapi itu tampaknya perlu dibuat. Agar saya tidak menciderai pembaca. Meski sebelas cerpen dalam kumpulan ini masih terasa menggeret-geret saya ke entah. Ada rasa longsor. Tenggelam. Gelap dan melenyap pelan-pelan. Cerita-cerita itu seringkali terasa merangsek di malam-malam ketika saya dilimbur kosong. Tapi biarlah mereka terus mengerubungi saya dan sisanya saya serahkan pada waktu dan semacam iman yang saya teguhi dalam berkarya.
Rabu, 04 April 2012
RAGAM MANUSKRIP: STUDI MAKNA DAN FUNGSI TEKS SYAIR KANJENG NABI
Agus Sulton
http://sastra-indonesia.com/
Keberagaman isi dari naskah-naskah Nusantara tersebut bisa dijadikan sumber yang otentik dengan merekontruksi situasi dan kondisi yang ada pada peristiwa masa lampau untuk dijadikan jembatan penghubung bagi pemikiran masa kini. Dalam hal ini, naskah lama merupakan dokumen kebudayaan yang merekam berbagai data dan informasi tentang kesejarahan dan kebudayaan daerah yang juga sarat dengan nilai-nilai kehidupan manusia.
http://sastra-indonesia.com/
Keberagaman isi dari naskah-naskah Nusantara tersebut bisa dijadikan sumber yang otentik dengan merekontruksi situasi dan kondisi yang ada pada peristiwa masa lampau untuk dijadikan jembatan penghubung bagi pemikiran masa kini. Dalam hal ini, naskah lama merupakan dokumen kebudayaan yang merekam berbagai data dan informasi tentang kesejarahan dan kebudayaan daerah yang juga sarat dengan nilai-nilai kehidupan manusia.
Selasa, 03 April 2012
Sastra dari Bahasa Yang Rapuh
Ribut Wijoto
http://terpelanting.wordpress.com/
Diam-diam, bahasa Indonesia menyimpan problem unik bagi sastra, mirip dongeng: problem kerapuhan. Sejak ditahbiskan sebagai bahasa nasional, terhitung sejak 28 Oktober 1928, bahasa Indonesia makin hari semakin dewasa, dan megah. Selebihnya adalah kecemasan, kebimbangan, dan pergeseran tiada henti-henti. Penyair W. Haryanto, sarjana lulusan Sastra Indonesia Unair, ikut terlibat di dalamnya. Dan kampungku telah menolak semua peralihanledakan angin, sebentuk sabit; dimana bahasaku (mungkin) tak memberi ruang pada semua lambang, semua kehadiraan (puisi “Peralihan”, 2002).
http://terpelanting.wordpress.com/
Diam-diam, bahasa Indonesia menyimpan problem unik bagi sastra, mirip dongeng: problem kerapuhan. Sejak ditahbiskan sebagai bahasa nasional, terhitung sejak 28 Oktober 1928, bahasa Indonesia makin hari semakin dewasa, dan megah. Selebihnya adalah kecemasan, kebimbangan, dan pergeseran tiada henti-henti. Penyair W. Haryanto, sarjana lulusan Sastra Indonesia Unair, ikut terlibat di dalamnya. Dan kampungku telah menolak semua peralihanledakan angin, sebentuk sabit; dimana bahasaku (mungkin) tak memberi ruang pada semua lambang, semua kehadiraan (puisi “Peralihan”, 2002).
Senin, 02 April 2012
Sastra dan Sepakbola
Asarpin *
http://sastra-indonesia.com/
Dalam sebuah cerita tentang bola, Ugoran Prasad—cerpenis dan penulis naskah teater kelahiran Lampung—menampilkan sebuah kisah amat sederhana, namun menggugah dan kena. Ugoran begitu pintar mengolok-olok dengan bahasa yang tak terduga, dan mengejutkan.
Sepanjang kompetisi antarkota, sepasang ujung tombak kembar Gunung Terang mengamuk, demi membentang cita-cita tinggi-tinggi. 7 gol untuk sepatu Kaisar, 13 untuk sepatu Tuhan. Begitu juga Asan, yang sebenarnya cukup membuat satu gol saja.
http://sastra-indonesia.com/
Dalam sebuah cerita tentang bola, Ugoran Prasad—cerpenis dan penulis naskah teater kelahiran Lampung—menampilkan sebuah kisah amat sederhana, namun menggugah dan kena. Ugoran begitu pintar mengolok-olok dengan bahasa yang tak terduga, dan mengejutkan.
Sepanjang kompetisi antarkota, sepasang ujung tombak kembar Gunung Terang mengamuk, demi membentang cita-cita tinggi-tinggi. 7 gol untuk sepatu Kaisar, 13 untuk sepatu Tuhan. Begitu juga Asan, yang sebenarnya cukup membuat satu gol saja.
The Beautiful Past: Avant-Garde
Hasan Junus
http://www.riaupos.co/
Keindahan itu seyogianya berada di mana? Di sana dan lusa, di situ dan dulu, atau di sini dan kini? Orang yang mengamalkan The Beautiful Past tentulah seorang yang memeluk erat-erat sikap nostalgia yaitu kerinduan dan keinginan amat besar kepada milik masa lalu. Apabila amalan ini terus dilakukan tiada mengenal henti maka muaranya akan mengerikan sekali. Apa? Nostalgia yang berakumulasi akan mengubah dirinya menjadi neonostalgia, nostalgia kolektif yang akan merempuh apa dan siapa saja yang merintangi jalan demi kerinduan yang entah apa gunanya itu.
http://www.riaupos.co/
Keindahan itu seyogianya berada di mana? Di sana dan lusa, di situ dan dulu, atau di sini dan kini? Orang yang mengamalkan The Beautiful Past tentulah seorang yang memeluk erat-erat sikap nostalgia yaitu kerinduan dan keinginan amat besar kepada milik masa lalu. Apabila amalan ini terus dilakukan tiada mengenal henti maka muaranya akan mengerikan sekali. Apa? Nostalgia yang berakumulasi akan mengubah dirinya menjadi neonostalgia, nostalgia kolektif yang akan merempuh apa dan siapa saja yang merintangi jalan demi kerinduan yang entah apa gunanya itu.
Politik Sastra: Sastra Sebagai Barang Biasa
Muhammad Taufiqurrohman *
http://bahas.multiply.com/
Sastra adalah sebuah produk kebudayaan ‘biasa’. Ia adalah makhluk biasa-biasa saja yang lahir dalam sebuah rentang peradaban umat manusia. Sebagaimana produk-produk kebudayaan yang lain —sebut saja politik, ekonomi, hukum dan lain sebagainya— ia datang ke dunia dengan segala karakteristik, kodrat, keperluan, kepentingan, kelemahan juga kekurangan yang dibawanya. Juga saya pikir, sebagai barang ia tak ubahnya tempe penyet, busway, batu-nya ponari, dan laptop.
http://bahas.multiply.com/
Sastra adalah sebuah produk kebudayaan ‘biasa’. Ia adalah makhluk biasa-biasa saja yang lahir dalam sebuah rentang peradaban umat manusia. Sebagaimana produk-produk kebudayaan yang lain —sebut saja politik, ekonomi, hukum dan lain sebagainya— ia datang ke dunia dengan segala karakteristik, kodrat, keperluan, kepentingan, kelemahan juga kekurangan yang dibawanya. Juga saya pikir, sebagai barang ia tak ubahnya tempe penyet, busway, batu-nya ponari, dan laptop.
Perkawanan, Kawabata, dan Novel Terjemahan
Zakky Zulhazmi
http://www.kompasiana.com/zakkyzulhazmi
Di penghujung 2010 yang lalu, pada akhirnya, saya berhasil menamatkan satu novel terjemahan: Keindahan dan Kesedihan (Beauty and Sadness/Utshukushisa To Kanashimi To) karya Yasunari Kawabata. Novel terbitan Jalasutra dengan cover yang menurut saya eksotik ini saya khatamkan kurang dari seminggu. Atas novel ini saya punya cerita tersendiri bagiamana cara memperolehnya. Tapi sebelumnya izinkan saya bercerita bagiamana pandangan saya teradap novel terjemahan.
http://www.kompasiana.com/zakkyzulhazmi
Di penghujung 2010 yang lalu, pada akhirnya, saya berhasil menamatkan satu novel terjemahan: Keindahan dan Kesedihan (Beauty and Sadness/Utshukushisa To Kanashimi To) karya Yasunari Kawabata. Novel terbitan Jalasutra dengan cover yang menurut saya eksotik ini saya khatamkan kurang dari seminggu. Atas novel ini saya punya cerita tersendiri bagiamana cara memperolehnya. Tapi sebelumnya izinkan saya bercerita bagiamana pandangan saya teradap novel terjemahan.
Dari Korea hingga “ayam” Riau
Fazar Muhardi
http://m.antarariau.com/
Pembukaan acara pertemuan penyair Korea-ASEAN atau Korean-ASEAN “Poets Literature Festival” (KAPLF) ke II di Pekanbaru, Provinsi Riau, Selasa malam, diwarnai paduan penyair dengan ragam bahasa, dari Korea hingga bahasa “ayam” khasnya orang Riau.
Diawal pembukaan, dengan kental sang penyair kawakan asal Korea, Ko Hyeong Ryeol, menguntai kata-kata “mutiara” yang membuat ratusan hadirin dari berbagai negara mulai dari Thailand, Malaysia, Vietnam, Birma, Filipina dan Singapura terpukau dengan sendu.
http://m.antarariau.com/
Pembukaan acara pertemuan penyair Korea-ASEAN atau Korean-ASEAN “Poets Literature Festival” (KAPLF) ke II di Pekanbaru, Provinsi Riau, Selasa malam, diwarnai paduan penyair dengan ragam bahasa, dari Korea hingga bahasa “ayam” khasnya orang Riau.
Diawal pembukaan, dengan kental sang penyair kawakan asal Korea, Ko Hyeong Ryeol, menguntai kata-kata “mutiara” yang membuat ratusan hadirin dari berbagai negara mulai dari Thailand, Malaysia, Vietnam, Birma, Filipina dan Singapura terpukau dengan sendu.
Leila Chudori Tampil di Festival Sastra Belanda
Ging Ginanjar
http://www.tempo.co/
Dinginnya udara tak menghalangi orang berduyun-duyun mendatangi festival sastra internasional Winternachten di Theatre aan het Spui, Den Haag, Belanda. Festival yang berlangsung empat hari, 19-22 Januari 2011, ini diisi beragam acara mulai dari pertunjukan film, musik, pembacaan puisi, hingga diskusi.
http://www.tempo.co/
Dinginnya udara tak menghalangi orang berduyun-duyun mendatangi festival sastra internasional Winternachten di Theatre aan het Spui, Den Haag, Belanda. Festival yang berlangsung empat hari, 19-22 Januari 2011, ini diisi beragam acara mulai dari pertunjukan film, musik, pembacaan puisi, hingga diskusi.
Bermula dari Tuhan Maha Romantis
Syaifuddin Gani
http://syaifuddinganisalubulung.wordpress.com/
Ya Tuhan yang Maha Romantis,
jadikanlah
aku puisinya
dan
dia puisiku
Terimakasih banyak
(2011)
http://syaifuddinganisalubulung.wordpress.com/
Ya Tuhan yang Maha Romantis,
jadikanlah
aku puisinya
dan
dia puisiku
Terimakasih banyak
(2011)
Minggu, 01 April 2012
Sastra Cyber Eksklusivitas Apa?
TS Pinang
http://www.facebook.com/ca.fes1
Membaca tulisan penyair Binhad Nurrohmat (BN), Sastra Cyber: Menulis Puisi di Udara (Republika Minggu, 22 Juli 2001), mengingatkan saya pada beberapa tulisan interogatif dan asertif, kadang iritatif, yang muncul menanggapi kehadiran sastra cyber di kehidupan sastra Indonesia kontemporer. Meskipun dalam tulisannya BN juga mengakui potensi medium cyber, kelihatannya BN memposisikan dirinya dalam kelompok yang sinis terhadap sastra cyber dan cuma mengulang asersi-asersi yang telah ditulis orang sebelumnya. Tulisan kecil ini akan mencoba menanggapi tulisan BN tersebut dengan melihat sastra cyber secara lebih positif dan, kalau bisa, tanpa paranoia.
http://www.facebook.com/ca.fes1
Membaca tulisan penyair Binhad Nurrohmat (BN), Sastra Cyber: Menulis Puisi di Udara (Republika Minggu, 22 Juli 2001), mengingatkan saya pada beberapa tulisan interogatif dan asertif, kadang iritatif, yang muncul menanggapi kehadiran sastra cyber di kehidupan sastra Indonesia kontemporer. Meskipun dalam tulisannya BN juga mengakui potensi medium cyber, kelihatannya BN memposisikan dirinya dalam kelompok yang sinis terhadap sastra cyber dan cuma mengulang asersi-asersi yang telah ditulis orang sebelumnya. Tulisan kecil ini akan mencoba menanggapi tulisan BN tersebut dengan melihat sastra cyber secara lebih positif dan, kalau bisa, tanpa paranoia.
Langganan:
Postingan (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Azis Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.S. Laksana
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Malik
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adi Prasetyo
Afnan Malay
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Suyudi
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amalia Sulfana
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminullah HA Noor
Andari Karina Anom
Andi Nur Aminah
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Anindita S. Thayf
Anitya Wahdini
Anton Bae
Anton Kurnia
Anung Wendyartaka
Anwar Nuris
Anwari WMK
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arief Budiman
Ariel Heryanto
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Arifi Saiman
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
Ary Wibowo
AS Sumbawi
Asarpin
Asbari N. Krisna
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asti Musman
Atep Kurnia
Atih Ardiansyah
Aulia A Muhammad
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
B. Nawangga Putra
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bakdi Sumanto
Balada
Bale Aksara
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bedah Buku
Beni Setia
Benni Indo
Benny Arnas
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Buku Kritik Sastra
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Butet Kartaredjasa
Cahyo Junaedy
Cak Kandar
Caroline Damanik
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Saifullah
Cornelius Helmy Herlambang
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Sunendar
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Dante Alighieri
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Pramono
Delvi Yandra
Deni Andriana
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewey Setiawan
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hartati
Diana A.V. Sasa
Dianing Widya Yudhistira
Dina Jerphanion
Djadjat Sudradjat
Djasepudin
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Dwijo Maksum
E. M. Cioran
E. Syahputra
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Triono
Elisa Dwi Wardani
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endro Yuwanto
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Esai
Evi Idawati
F Dewi Ria Utari
F. Dewi Ria Utari
Fadlillah Malin Sutan Kayo
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Faruk HT
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fazabinal Alim
Fazar Muhardi
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Frans Ekodhanto
Fransiskus X. Taolin
Franz Kafka
Fuad Nawawi
Gabriel García Márquez
Gde Artawa
Geger Riyanto
Gendhotwukir
Gerakan Surah Buku (GSB)
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gunoto Saparie
Gusty Fahik
H. Rosihan Anwar
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Haris del Hakim
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hasyuda Abadi
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Herdiyan
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman Hasyim
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru Emka
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Humam S Chudori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Tito Sianipar
Ian Ahong Guruh
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IDG Windhu Sancaya
Iffah Nur Arifah
Ignas Kleden
Ignasius S. Roy Tei Seran
Ignatius Haryanto
Ignatius Liliek
Ika Karlina Idris
Ilham Khoiri
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah S. Pratidina
Indiar Manggara
Indra Tranggono
Indrian Koto
Insaf Albert Tarigan
Ipik Tanoyo
Irine Rakhmawati
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Norman
Istiqomatul Hayati
Iswara N Raditya
Iverdixon Tinungki
Iwan Gunadi
Iwan Nurdaya Djafar
Jadid Al Farisy
Jakob Sumardjo
Jamal D. Rahman
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jaya Suprana
Jean-Paul Sartre
JJ. Kusni
Joanito De Saojoao
Jodhi Yudono
John Js
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Ki Panji Kusmin
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Ko Hyeong Ryeol
Koh Young Hun
Komarudin
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Lenah Susianty
Leon Trotsky
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayani
Luhung Sapto Nugroho
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lusiana Indriasari
Lutfi Mardiansyah
M Syakir
M. Faizi
M. Fauzi Sukri
M. Mustafied
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
Made Wianta
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Majalah Budaya Jejak
Makmur Dimila
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Mariana Amiruddin
Martin Aleida
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Media Dunia Sastra
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
Melani Budianta
Mezra E Pellondou
MG. Sungatno
Micky Hidayat
Mikael Johani
Mikhael Dua
Misbahus Surur
Moch Arif Makruf
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohamed Nasser Mohamed
Mohammad Takdir Ilahi
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyidin
Mujtahid
Munawir Aziz
Musa Asy’arie
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N. Mursidi
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naqib Najah
Narudin Pituin
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Neni Ridarineni
Nezar Patria
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Rastiti
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noval Jubbek
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Utami Sari’at Kurniati
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Obrolan
Odhy`s
Okta Adetya
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Otto Sukatno CR
Pablo Neruda
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Pertemuan Mahasiswa
Puji Santosa
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Rahmah Maulidia
Rahmi Hattani
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rambuana
Ramzah Dambul
Raudal Tanjung Banua
Redhitya Wempi Ansori
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Ria Febrina
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Richard Strauss
Rida K Liamsi
Riduan Situmorang
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Rina Mahfuzah Nst
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roland Barthes
Romi Zarman
Romo Jansen Boediantono
Rosidi
Ruslani
S Prana Dharmasta
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Müller
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Saiful Amin Ghofur
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Madany Syani
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sem Purba
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siti Mugi Rahayu
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Sohifur Ridho’i
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Sri Rominah
Sri Wintala Achmad
St. Sularto
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Sudarmoko
Sudaryono
Sudirman
Sugeng Satya Dharma
Suhadi
Sujiwo Tedjo
Sukar
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susilowati
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Buyil
Syaifuddin Gani
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Usman Awang
UU Hamidy
Vinc. Kristianto Batuadji
Vladimir I. Braginsky
W.S. Rendra
Wahib Muthalib
Wahyu Utomo
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weni Suryandari
Wiko Antoni
Wina Karnie
Winarta Adisubrata
Wiwik Widayaningtias
Yanto le Honzo
Yanuar Widodo
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yudhis M. Burhanudin
Yukio Mishima
Yulhasni
Yuli
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusmar Yusuf
Yusri Fajar
Yuswinardi
Yuval Noah Harari
Zaki Zubaidi
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zen Rachmat Sugito
Zuriati