Senin, 02 April 2012

Sastra dan Sepakbola

Asarpin *
http://sastra-indonesia.com/

Dalam sebuah cerita tentang bola, Ugoran Prasad—cerpenis dan penulis naskah teater kelahiran Lampung—menampilkan sebuah kisah amat sederhana, namun menggugah dan kena. Ugoran begitu pintar mengolok-olok dengan bahasa yang tak terduga, dan mengejutkan.

Sepanjang kompetisi antarkota, sepasang ujung tombak kembar Gunung Terang mengamuk, demi membentang cita-cita tinggi-tinggi. 7 gol untuk sepatu Kaisar, 13 untuk sepatu Tuhan. Begitu juga Asan, yang sebenarnya cukup membuat satu gol saja.
Satu yang mengatasi gabungan seluruh gol di kompetisi ini. Dan di perempat final, Gunung Terang tidak mengendurkan serangan sekalipun sudah memimpin 1-0. Dalam satu skema serangan, posisi para pemain tiba-tiba meniru skema gol kedua Argentina di gawang Inggris, sebulan sebelumnya.

Dari tengah, Asan lepas sendirian. Dua rekan termasuk Sardi mengikuti dari sayap. Asan terus menggempur. Satu pemain terlewati, lalu satunya lagi. Pemain ketiga mengira cukup dengan bermain posisi, tapi malah kalah lari. Pemain keempat memapasi, mengincar kaki, tapi Asan meliukkan tubuhnya dengan ajaib. Pemain keempat bermaksud meniru meliuk tapi malah kehilangan keseimbangan, terpelanting. Pemain kelima menghadang dengan emosi tinggi, sudah terkalahkan jauh sebelum berhadapan dengan Asan. Di depan kiper, Asan, dengan macan di sepatunya yang entah menerkam atau terbang, menyontekkan bola ke sudut kiri. Diego Asando Maradona, 2-0.

Ketimbang berdiam diri karena kalah, Sardi mengubur cita-cita dengan mendaftar akademi polisi. Sementara kisah terus berlanjut, dan Sardi menjadi Letnan. Tapi Sardi tetap gagal mengubur sepotong sakit hati akibat kekalahan. ”Di perempat final, Asan, sahabatnya, melewati lima pemain sebelum menundukkan Peter Shilton. Di semifinal mereka dikalahkan PS. Tunas Harapan 3-0. ”Tak apa. Setiap cita-cita berhak mendapatkan kesempatan kedua, sebagaimana Indonesia berhak juara dunia”.

Cerpen Sepatu Tuhan karya Ugoran Prasad itu menarik dibandingkan dengan cerpen Seno Gumira Ajidarma, Matinya Seorang Pemain Sepak Bola. Keduanya termasuk cerpen unik sekaligus cantik. Keduanya menampakkan diri sebagai cerpenis yang sudah mantap mendayakan—atau menyiasati—
kata dan bahasa dalam ruang yang amat terbatas.

Kata-kata, jika diniatkan hadir dengan irama seperti permainan sepak bola, maka ia akan hadir dengan sangat gesit tapi juga bisa lamban, lincah tapi juga bisa diam, merdu tapi juga bisa gagu. Ketika menonton Messi mengocek bola, saya tiba-tiba membayangkan seorang Sutardji Calzoum Bachri mengocek kata-kata. Ketika melihat Ronaldo dan Messi berlari sambil menggiring bola, saya terbayang dengan sejumlah cerpen Seno yang sadar irama.

Pengarang yang baik sama halnya pemain sepak bola yang baik. Dalam sebuah pertandingan, pemain bintang sungguh bisa mengejutkan. Demikian pula dalam sebuah negara kata-kata, betapa tak menariknya jika tanpa kehadiran Chairil, Sutardji, Pramoedya dan Seno (untuk sekadar menyebut empat nama saja).

Ada rasa bosan yang hinggap di benak saya ketika menonton kesebelasan Afrika Selatan bertemu dengan Meksiko, lantaran tak ada kejutan dan tokoh yang bisa hadir dengan sangat mengejutkan. Dalam sebuah prosa, tokoh adalah kunci penentu keberhasilan sebuah karangan, di samping bahasa dan gaya. Begitu juga dalam sepak bola.

Tak hanya permainan sepak bola yang bisa mendunia. Kata-kata juga bisa tampil di panggung dunia. Para penyair—juga para pencipta prosa—ingin agar karyanya dikenal oleh dunia, bahkan menjadi karya yang mendunia, dalam arti sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dunia.

Pemain sepak bola pada dasarnya adalah seniman. Mereka para pencipta tradisi, pembuat kejutan, dan tak jarang menjadi pemain bola terbaik dunia. Seniman adalah mereka yang selalu mencipta, menghasilkan suatu karya, yang sebagian ada yang dikenang sepanjang masa.

Maradona adalah legenda dalam sepak bola. Padahal kita tahu prestasinya tak lebih hebat dari Pele dari Brazil, Zidane dari Prancis, Ronaldinho dari Brazil, atau Messi dari Argentina. Di bidang kesusasteraan, cukup banyak karya yang gemilang tapi tak mendapat penghargaan dunia sekelas Nobel, sebut misalnya James Joyce dan Kafka.

Perjalanan seorang penyair meniti kata ke kata seumpama perjalanan bola yang digiring pemain di tengah lapangan. Perjalanan bola dari kaki ke kaki, kata Seno Gumira Ajidarma dalam cerpen Matinya Seorang Pemain Sepak Bola, hanya sekadar “perjalanan takdir”. Di sana “aku hanya meneruskan bola seperti yang dikehendaki bola itu sendiri, bahkan bola itu sendiri pun tak tahu mau ke mana ia menggelinding. Tak ada seorang libero pun di dunia ini yang mampu mengatur jalannya bola. Bola itu bergerak sendiri, betul-betul bergerak sendiri dari kaki ke kaki meskipun tak dikehendakinya. Sama seperti kata, bola hanya alat, hanya bagian dari gerak hidup di lapangan”.

Dalam puisi, kata-kata bagaikan bola yang melesat ke sana ke mari, tanpa pernah bisa diterka ke mana arahnya. Seperti bola, kata bagi penyair adalah arsenal: tempat di mana penyair bisa memberontak atas kata, atau kata-kata memberontak atas penyair. Dari sana kemudian imajinasi senantiasa ditantang, dan kehidupan senantiasa dipertaruhkan.

Cukup banyak kita mengenal sastrawan yang terilham oleh permainan bola, kendati hanya Albert Camus yang pernah menjadi salah satu pemain bola. Tapi kita juga mengenal Nietzsche yang selalu berusaha menggada kata dengan palu hingga kata-kata seakan meloncat dari kaki pemain, atau Sutardji berpuisi dengan kapak dan membuat laskar hitam kata-kata dengan bebas melompat-lompat, menyamping, sungsang, melesat ke sana ke mari seperti bola yang digiring ke tengah lapangan.

Ambisi Tardji untuk menaklukkan—juga menundukkan—dan menggundukkan kata-kata, terasa dalam rima dan irama khas sepak bola dunia. Letupan-letupan kata yang spontan, terasa menyegarkan, tapi sekaligus banal. Puisi-puisinya sangat anarkis. Dan tampilan sang penyair saat membacakan sajak-sajaknya di berbagai kesempatan tampak begitu beringas, dan kehadiran puisi-puisinya terbukti mampu memecah kebekuan bahasa Indonesia dengan kehendak membebaskan kata dari kuda Troya makna yang disandangnya, seperti terlihat dalam sajak Q yang fenomenal dan yang tercantik sekaligus paling enigmatik dibandingkan dengan sajak-sajak lain.

Tardji memberontak terhadap sistem ejaan baku yang telah distandarkan berkali-kali itu. Musuh utama Tardji adalah orang-orang yang terlampau menekankan kerapihan dan segala sesuatu harus ada maknanya. Padahal bagi Tardji, kata-kata tak lebih sebagai permainan, dan ia menulis dengan nada permainan nyaris “di atas papan catur tak berdasar” (untuk memakai istilah Derrida).

Dan Tardji seakan menjelmakan sosoknya sebagai anak panah psikologi kemabukan gairah seksual yang paling primitif, yang menulis puisi pasca-jenazah Tuhan disemayamkan Nietzsche di liang lahat. Dalam kumpulan sajak Kapak, terlihat sekali kalau Tardji hendak menemui kematian sebelum mati agar terlahir kembali sebagai yang gairah dan kreatif. Inilah sebuah pesona sang penyair, atau inilah tanda bahwa Tardji berada dalam pesona.

Kalau Jacques Derrida begitu curiga dengan makna, Sutardji telah melangkah jauh dengan niat “membebaskan kata-kata dari makna”. Membaca puisi-puisi Sutardji, ada kenikmatan tekstual yang menjalar, yang hadir karena kemelimpahan bunyi dan eksplorasi bentuk yang unik, juga ketakterdugaan metafor dan imaji. Tak heran jika dalam setiap kesempatan ia menerabas penjara kata-kata, seperti bola ditendang ke arah gawang oleh sang bintang, sambil merayakan kepelbagaian dan kemungkinan-kemungkinan yang ada, untuk meraih juara di lapangan sepak bola kata-kata.
_____________
*) ASARPIN, lahir di dekat hilir Teluk Semangka, propinsi Lampung, 08 Januari 1975. Pernah kuliah di jurusan Perbandingan Agama IAIN Raden Intan Bandar Lampung. Setelah kuliah, bergabung dengan Urban Poor Consortium (UPC), 2002-2005. Koordinator Uplink Lampung, 2005-2007. Pada 2009 mengikuti program penulisan Mastera untuk genre Esai di Wisma Arga Mulya, 3-8 Agustus 2009. Tahun 2005 pulang lagi ke Lampung, dengan membuka cabang Urban Poor Linkage (UPLINK). Di UPLINK pernah menjabat koordinator (2005-2007). Menulis esai sudah menjadi bagian perjalanan hidup, yang bukan untuk mengelak dari kebosanan, tapi ingin memuaskan dahaga pengetahuan. Sejak 2005 hampir setiap bulan esai sastra dan keagamaan terbit di Lampung Post. Kini telah beristri Nurmilati dan satu anak Kaila Estetika. Alamat blognya: http://kailaestetika.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati