Senin, 02 April 2012

The Beautiful Past: Avant-Garde

Hasan Junus
http://www.riaupos.co/

Keindahan itu seyogianya berada di mana? Di sana dan lusa, di situ dan dulu, atau di sini dan kini? Orang yang mengamalkan The Beautiful Past tentulah seorang yang memeluk erat-erat sikap nostalgia yaitu kerinduan dan keinginan amat besar kepada milik masa lalu. Apabila amalan ini terus dilakukan tiada mengenal henti maka muaranya akan mengerikan sekali. Apa? Nostalgia yang berakumulasi akan mengubah dirinya menjadi neonostalgia, nostalgia kolektif yang akan merempuh apa dan siapa saja yang merintangi jalan demi kerinduan yang entah apa gunanya itu.

KARENA itulah aku memilih The Beautiful Present. Dan hal ini kukatakan kepada semua orang pada tiap kesempatan. Juga kepada Junaidi Alwi (seorang teaterawan Pekanbaru), yang akhir-akhir ini menghabiskan waktunya untuk berjalan setiap hari di jalan-jalan Kota Pekanbaru; di depan Dantje S Moeis dan Zuarman Ahmad. Junaidi Alwi, seorang yang sudah banyak menghabiskan usia berkesenian, seni teater, tapi sampai kini belum pernah memberikan sesuatu yang signifikan di gelanggang kesenian.

“Apa yang akan kau bentangkan di arena seni teater, Junaidi, agar hidupmu tak menjadi sia-sia?” aku bertanya dengan nada melengking.

“Kita yang hidup di masa kini janganlah sekali-kali menjadi orang masa lalu yang tersesat di zaman sekarang, seperti orang yang datang ke kenduri atau pesta dengan perut loya,” kataku menggebu-gebu. “Kita haruslah dengan keyakinan yang padu menyadari dan berbuat dengan amalan yang mengarah kepada The Unattractive Past yang pada gilirannya menggapai The Attactive Present.”

Lalu kubentangkan tentang apa yang terjadi pada para pengamal The Beautiful Past. Mereka akan menganggap tradisi di atas segala-galanya, tak perduli bahwa tradisi zaman berzaman yang mereka dambakan ialah karya masa lalu yang belum tentu padan dan cocok dengan masa kini. Bukankah bahkan grand recit atau narasi agung itu sudah merupakan masa lalu? Seni modernisme yang serba sempurna dan berkadar ilmiah telah telah menyelesaikan tugasnya dan kini masanya membentang satu bentuk seni baru yang berada di garda-depan (avant-garde) dan postmodernisme? Pengarang telah mati begitu karya lahir, segala sesuatu didekontruksi, dll.

Sifat dasar seni ialah memberontak yang dinyatakan dengan kata TIDAK kepada sesuatu yang sudah ada dulu. Kalau orang menganggap keindahan berada di masa lampau maka orang itu akan mati-matian mempertahankan tradisi padahal dalam dasar pikiran postmodern si tradisi harus tenggelam dan ditenggelamkan demi lahirnya tradisi baru yang sejalan dengan kehendak zaman.

Membangun keagungan baru memang jalannya panjang, berliku dan penuh duri. Tapi begitulah jalannya. Karena itu setiap dekontruksi mesti disagang oleh suatu masukan bergizi tinggi misalnya intertektualitas. “Dunia yang harus kau geluti dan kau layani pada masa kini yang penuh galau tidak seharusnya secara realis tapi bisa secara imajinatif. Harus kau sadari bahwa dunia sekitarmu kini sangat rentan dan sensitif terhadap apa saja. Karena sifatnya yang seperti itu kepekaan bukanlah cacad tapi perisai terhadap keadaan ketiadaan rasa yang mengerikan. Dan karena itu pula dunia postmodern kita ini hanya selangkah menuju kekacaubalauan seperti juga kreatifitas cuma tiga setengah langkah menuju kegilaan.”

Itulah sebabnya globalisasi menjadi dasar yang menyebabkan dunia yang kita huni hari ini bersifat multikultural, dunia yang demikian beragam berbunga-bunga aneka warna. Jangan heran dari sini muncul bentuk-bentuk kesenian yang tidak berdiri sendiri tapi berkolaborasi dengan kesenian lainnya bahkan dengan ilmu dan yang semacamnya.

Kultur ada tidak dikondisikan untuk berperang dengan kultur lainnya. Kalau terjadi pertempuran itu terjadi karena salah mengelolanya dan itu tak akan terjadi lama. Semua akan kembali ke fitratnya yang asal yaitu bersikap hormat kepada pihak sana yang melahirkan keanekaragaman yang memukau karena penuh damai bahkan di tengah gema musik yang gemuruh termasuk bunyi tembakan. Dalam keadaan sedahsyat apapun kebencian akan padam.

Mengapa harus menolak narasi agung? Karena thelos atau tujuan dibentangnya kesenian bukanlah sekadar membuat sesuatu yang aneh, tapi lebih berat pada sesuatu yang berbeda. Sang agung yang dibentangkan modernisme hendak dirobohkan dan dari puing-puingnya dibangun kebaruan yang terus membaru.

“Kau gapailah berbagai kemungkinan yang tersedia dan diciptakan jadi tersedia, apa saja seperti pastiche, parodi, absurd, antihero, dan macam-macam lagi. Ciptakan terus kemungkinan baru!”

Tapi pertanyaanku belum dijawab Junaidi Alwi.

“Pertanyaan apa, Pak?”

“Muda-muda sudah pelupa. Tadi aku tanya apa yang akan kau bentangkan pada kesempatan terdekat?”

Setelah mengerutkan kening seperti patung Penseur karya Rodin, lengkap dengan bertongkat dagu, ia berkata, “Akan saya pentaskan Hang Tuah dan Hang Jebat bertempur dengan main catur.”

“Bravo! Kau sudah mengerti ceramahku yang bisa sepanjang sekian SKS di universitas. Kau bisa datangkan Tarzan dan Popeye, atau Superman atau Phantom, atau The Lone Ranger atau Flash Gordon, atau Winnetou atau Old Shatterhand, atau Pangeran Drakula, untuk menghalangi Sultan Mahmud Mangkat Dijulang membelah perut isteri Megat Seri Rama yang hamil tua karena dia konon bersalah telah memakan seulas nangka milik sang sultan.”

“Jangan percaya pada pembimbing seni bodoh. Junaidi, pergilah kau ke depan sana, dan buatlah kejutan, bentangkan di depan para penikmat seni sejati, itulah prinsip dasar seni masa kini. Kalau kau tetap saja di tempat, berjalan serta berlari di tempat, umurmu akan terbuang percuma. Kalau kau tak berkesenian di garda-depan, kau cuma akan menjadi sampah ditimbus timbunan sejarah (seni). Jangan sia-siakan setiap detik kehidupanmu yang sangat berharga. Segumpal udara yang kau nafasi seharga dengan nyawamu atau kau berakhir dengan sia-sia. Berakhir dengan sia-sia”. ***

18 Desember 2011

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati