Kamis, 19 Agustus 2021

Novel Orang-Orang Bertopeng (21)

Dimuat bersambung di harian Sinar Harapan, edisi 27 Maret-10 Mei 2002
 
Teguh Winarsho AS
 
TIGA BELAS
 
SEBUTIR peluru melesat dari moncong senapan dan sebuah botol minuman pecah berserak di atas tanah. Batang-batang rumput patah, tercerai-berai oleh pecahan kaca yang tajam bagaikan mata pedang. Daun-daun remuk oleh getaran peluru yang melesat kencang seperti kilat menyambar wuwungan. Lalu, sepi. Sunyi. Hanya asap tipis mengepul dari moncong senapan dan sepasang bola mata merah, tajam, mengamati pecahan kaca yang remuk itu sembari tertawa. Tak jelas bagaimana bentuk mulut orang itu ketika tertawa karena wajahnya tertutup topeng. Tapi jelas ia seorang laki-laki. Gagah. Kekar.
 
“Brangas, sudahlah, tak perlu berlatih lagi. Kukira kau masih mahir menembak,” kata laki-laki berikat kepala merah, menepuk pundak Brangas, laki-laki bertopeng.
 
“Ya, aku memang masih mahir. Dari dulu…..” suara Brangas pelan namun terdengar berat, bergetar.
 
“Jadi untuk apa kau membuang-buang peluru itu? Kau tahu berapa harga peluru sekarang?”
 
Brangas yang ditanya menggeleng.
 
“Harga sebutir peluru sama mahalnya dengan harga nyawa manusia. Kau tahu berapa harga nyawa manusia, Brangas?”
 
Lagi, Brangas menggeleng. Tapi laki-laki berikat kepala merah disebelahnya juga tak segera memberi jawaban. Brangas penasaran.
 
“Berapa harganya?”
 
“Tak ada harganya.”
 
“Kenapa bisa begitu?”
 
“Karena dia seorang pengkhianat. Pembohong besar. Nyawanya tak ada harganya sama sekali. Lebih rendah dari seekor anjing buduk penyakitan. Pantasnya memang mati!”
 
“Jadi…..”
 
“Ya, seseorang yang akan kita bunuh adalah seorang pembohong besar. Pengkhianat. Untuk tugas ini kita sama-sama tidak menerima bayaran. Tapi dendam. Dendamku akan terlunasi dengan kematiannya,” laki-laki berikat kepala merah menyahut cepat. “Kau tahu, akibat ulah pembohong itu aku kehilangan banyak teman. Juga posisi yang sudah lama kutempati. Ah, betapa bodohnya aku ketika itu…..”
 
Brangas mengangguk-angguk sembari mengelus-elus senapan yang kini digantung di leher seperti sudah tak sabar ingin segera melampiaskan dendam sahabatnya. Sorot mata Brangas berubah tajam. Berkilat.
 
“Aku bisa merasakan sakitnya dikhianati,” ucap Brangas pelan.
 
“Kau pernah dikhianati?”
 
“Temanku sendiri yang melakukan. Dulu kami sama-sama di Magelang. Ini lebih menyakitkan.”
 
“Terus apa yang kau lakukan?”
 
“Kubakar rumahnya dan hampir saja kutembak kepalanya…”
 
“Hahaha…..” Laki-laki berikat kepala merah tertawa lebar. “Rupanya kau bernyali besar juga. Kenapa tidak kau tembak sekalian kepala si pengkhianat itu, biar isi otaknya hancur?”
 
“Istrinya sedang hamil besar. Aku tidak sampai hati…”
 
“Tapi kau sudah biasa membunuh orang, kan?”
 
“Aku hanya menjalankan tugas…”
 
“Sekaligus menyalurkan hobi. Hahaha….” Tawa laki-laki berikat kepala merah terdengar keras. Brangas hanya tersenyum.
 
Dua laki-laki itu kemudian meneruskan jalan di antara belukar hutan. Tidak butuh waktu lama mereka sampai di depan gubuk tua. Ada beberapa gubuk di situ yang hampir roboh, tidak terawat. Rumput ilalang tumbuh setinggi pusar orang dewasa. Tengkorak dan kulit binatang dipajang di dinding gubuk berderet dengan botol-botol minuman.
 
“Kita sudah sampai di Markas,” ucap laki-laki berikat kepala merah. “Lepas topengmu…”
 
Brangas melepas topengnya. Masih cukup muda. Tampak garis-garis keras di wajahnya. Sorot matanya terlihat semakin tajam begitu topeng dibuka. Ada tato kalajengking di samping alis kirinya.
 
“Dulu kami tinggal di sini. Ada seratus duapuluh orang lebih. Tapi sebagian sudah kembali ke kota. Sebagian lagi menyusup ke dalam hutan. Sekarang kami hanya berlima. Tidak jelas statusnya….” Laki-laki berikat kepala merah tertawa hambar.
 
“Maksudmu?”
 
“Ada seseorang yang mengkhianatiku. Akibatnya fatal. Kami salah sasaran sehingga teman-temanku banyak yang mati terbunuh. Kini aku yang menanggung dosanya….” Mata laki-laki berikat kepala merah menerawang.
 
“Jangan terlalu risau. Kukira sudah lumrah sesekali kita salah dalam menjalankan tugas.”
 
“Aku kehilangan banyak teman dan juga jabatan….”
 
“Ini bukan akhir dari segalanya. Kau masih bisa bangkit. Aku akan selalu bersamamu.”
 
“Ya, ya, untung kau datang.”
 
“Terus, kapan kita habisi si pengkhianat itu?”
 
“Tenang, tenang. Jika sudah tiba saatnya, kau akan kuberi tahu. Yaah… Hitung-hitung kau bisa menyalurkan hobimu menembak. Ha-ha-ha…”
 
“Memang, rasanya aku sudah tidak sabar lagi. Sudah terlalu lama aku tidak dapat sasaran empuk….”
 
Laki-laki berikat kepala merah tersenyum tipis mengangguk-angguk.
 
Sementara nun di atas bukit, langit sore tampak mulai mengelam. Sebentar lagi malam datang. Malam yang hitam di tengah kesunyian hutan. Tapi mendadak sunyi pecah saat terdengar derai tawa beberapa orang dari balik rimbun belukar. Sekian detik rimbun belukar itu bergoyang dan bergerak-gerak sebelum akhirnya muncul tiga laki-laki berbadan tegap dan kekar berjalan mengapit seorang perempuan muda yang terus menangis, meronta, kedua tangannya diborgol. Brangas sempat kaget melihat kemunculan tiga laki-laki itu. Brangas mengangkat senapannya.
 
“Siapa mereka?” tanya Brangas.
 
“Mereka teman-teman kita,” jawab laki-laki berikat kepala merah singkat.
 
“Perempuan itu?”
 
“Mungkin penduduk kampung. Entah di mana mereka mendapatkannya.”
 
“Ditahan?”
 
“Ah, masak kau tidak tahu. Sudah sekian bulan kita tinggal di hutan, tidak ketemu istri. Kita butuh sedikit bersenang-senang.”
 
Brangas mengangguk-angguk paham.
 
Semakin mendekati gubuk, perempuan itu terus meronta dan berteriak-teriak minta dilepaskan. Wajahnya kian pucat menggigil ketakutan. Mendengar teriakan perempuan itu, tiga orang laki-laki berbadan tegap dan kekar justru tertawa lebar hingga bahunya berguncang-guncang. Salah seorang tiba-tiba menjambak rambut perempuan itu hingga kerudungnya lepas melayang tersangkut pepohonan, lalu membisikkan sesuatu dengan kasar.
 
Perempuan itu didorong masuk ke dalam gubuk, tubuhnya huyung, limbung, membentur tiang penyangga gubuk. Tiga laki-laki berbadan tegap dan kekar sesaat saling berpandangan, tersenyum lalu menyusul masuk ke dalam gubuk. Sejurus kemudian terdengar jerit perempuan itu melengking keras disusul isak memanjang. Tapi itu hanya berlangsung sesaat. Tawa dan dengus napas tiga laki-laki berbadan tegap dan kekar jauh lebih keras mampu menggetarkan dinding gubuk.
 
“Kau tidak mau bergabung?” tanya laki-laki berikat kepala merah, berkali-kali menelan ludah.
 
Brangas yang ditanya menggeleng. Mengusap-usap moncong senapannya.
 
“Ayolah, kita bisa bersenang-senang…”
 
“Tidak. Aku di sini saja.”
 
“Kau belum pernah melakukannya?”
 
Brangas menggeleng.
 
“Baiklah…” Laki-laki berikat kepala merah menepuk-nepuk pundak Brangas lalu bangkit berjalan menghampiri gubuk. Langkahnya cepat, tergesa-gesa.
 
Gubuk reot itu kembali berderak-derak penuh tawa. Brangas merebahkan tubuhnya di atas rumput. Menatap langit malam yang tampak kian tua, kelam dan murung. Semilir angin hampir saja membuat Brangas tertidur, jika saja telinganya tak mendengar bunyi letusan senapan dari dalam gubuk. Dorr! Dorr! Dorr! Sejurus kemudian malam berubah sepi, seperti mati….
 
(bersambung)
***

http://sastra-indonesia.com/2021/08/novel-orang-orang-bertopeng-21/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati