Ahmad Zaini *
Jawa Pos Radar Bojonegoro, 22 Maret 2020
Suasana di kotaku sepi. Tak ada lalu-lalang warga melintas di jalan. Pasar lengang. Para penjaga toko tak berani keluar rumah. Tempat-tempat umum senyap. Kotaku seperti kota mati. Hanya lirih hembus angin membelai daun-daun perdu, dan menerbangkan plastik sisa bungkus minuman anak-anak.
Setelah ada larangan keluar rumah yang disampaikan oleh Wali Kota terkait virus corona, tak ada warga yang berani keluar dari tempat tinggalnya. Mereka takut terpapar virus yang katanya mematikan. Warga tak berani berkumpul. Tidak berani berinteraksi. Tak berani berkomunikasi secara langsung. Mereka takut tertular virus tersebut, oleh bersentuhan dengan warga lainnya. Para warga kota seperti boneka, lebih memilih berdiam diri di rumah daripada mati, sebab tertular virus corona.
“Ini akibat kita terlalu jauh dari ulama,” kataku.
“Tak ada hubungannya antara ulama dan virus corona,” bantah Mukri.
“Ada. Ulama itu pewaris nabi sebagai penyebar ajaran Tuhan. Jika kita tidak menggubris nasihat ulama dan menentangnya, berarti kita telah menentang Tuhan,” sambungku.
“Kamu ini Zun. Suka mengarang cerita. Beribadah atau tidak, itu urusan pribadi. Tuhan juga tidak memaksa manusia untuk beribadah.”
“Memang itu hak masing-masing. Tapi kita harus sadar, bahwa kita diciptakan Tuhan untuk beribadah kepada-Nya. Tuhan tidak butuh kita sembah, tetapi kita yang butuh menyembah-Nya. Tersebab kita tidak mau menuruti ajaran Tuhan sebagaimana yang disampaikan oleh para ulama, maka Tuhan mengganjar kita dengan munculnya virus ini.”
“Hmmm. Tidak masuk akal,” sergah Mukri dengan kening berkerut. Lelaki yang sehari-hari tidak pernah salat ini pun meninggalkanku sendirian.
***
Aku menggeleng-gelengkan kepala. Aku tidak bisa mengerti sosok seperti Mukri. Jika semua orang bersikap sepertinya, sudah selayaknya Tuhan menguji hidup kita dengan ketakutan, dan kecemasan yang berlebihan.
Beberapa orang berpakaian seperti robot melintas di depanku. Mereka memanggul tabung berisi cairan disinfektan. Mereka menyemrpotkan cairan tersebut pada setiap orang yang ditemuinya. Satu di antaranya menghampiriku, lalu menyemprotkan cairannya ke tubuhku. Aku berusaha mengelak, namun cairan itu telanjur menyasar diriku. Baju yang semula kering, kini lembab. Rambut yang asalnya kering dan bisa bergerak-gerak karena diterpa angin, kini basah seperti rambut orang yang baru saja janabat.
Sebenarnya tak perlu kita bersikap belebihan seperti ini. Bisa-bisa salah satu dari kita ada yang alergi pada semprotan disinfektan. Lalu orang yang alergi ini mati bukan karena virus corona, melainkan mati lantaran semprotan petugas itu. Kita semestinya cukup instropeksi diri. Bagaimana keseharian kita. Banyak mana amal kebajikan dan kemaksiatan yang kita lakukan. Lebih sering mana beribadah kepada Tuhan daripada berbuat dosa. Jika kita mau tafakkur seperti itu dan ada tindak lanjut dari hasil instropeksi, niscaya kita akan diselamatkan Tuhan dari ancaman virus ini.
***
“Pak Fauzun, Pak Fuzun!” seru seseorang yang berlari mendekatiku.
“Ada apa, Pak?” tanyaku padanya.
“Mukri, Pak. Mukri,” katanya dengan gugup.
“Tenang. Tenangkan dulu dirimu. Ayo, sampaikan apa yang terjadi pada Mukri?”
“Dia sesak napas. Tersengal-sengal,” jawabnya.
“Ceritanya bagaimana dia bisa seperti itu?”
“Semula dia batuk, pilek disertai dahak. Setelah itu suaranya serak. Entah mengapa sekarang napasnya tersengal-sengal seperti itu.”
“Ayo, kita kerumah Mukri,” ajakku.
Aku berjalan cepat. Penasaran pada cerita tetangga Mukri yang berjalan lebih cepat di depanku. Dalam perjalanan mataku memandang ke kanan-kiri. Tak ada satu pun warga yang keluar rumah meskipun Mukri mengalami hal seperti itu. Para warga hanya mengintip dari kaca jendela rumahnya.
Sesampai di rumah Mukri, aku melihat lelaki yang wajahnya tak pernah terjamah air wudlu itu terkapar. Matanya mendelik. Napasnya tersengal-sengal. Dia seperti sedang nazak. Napasnya grok-grok. Tangannya kejang. Sewaktu aku menatap matanya yang terbelalak itu, dia semakin tidak terkendali. Tubuhnya menggelepar-gelepar. Seperti cacing kepanasan. Menggeliat-geliat menahan rasa sakit yang dideritanya.
“Kena virus corona, ya, Pak?” tanya lelaki yang menjemputku.
“Wallahu a’lam. Allah yang Maha Tahu. Tolong ambilkan Al-quran. Kita bacakan ayat suci di telinganya. Mudah-mudahan dia bisa tenang setelah mendengar lantunan ayat-ayat suci.”
“Di rumahnya tidak ada Al-quran.”
“Coba pinjam Al-quranmu.”
“Untuk apa?” tanya lelaki yang belum paham maksudku.
“Ambilkan saja kalau kamu punya.”
“Tapi, nanti aku ‘gak’ ketularan virus korona karena Quranku, kau digunakan mengaji di dekat pengidap corona?”
“Tidak akan tertular. Al-quran itu bisa sebagai obat dari segala macam penyakit. Termasuk bisa menyembuhkan penyakit hati.”
“Baiklah, saya ambilkan di rumahku,” sambung lelaki yang kurang begitu mengerti tentang fungsi Al-quran, namun rajin salat limat waktu.
Aku menatap kondisi Mukri yang sekarat. Giginya menyeringai menahan sakit. Matanya terbuka lebar seperti melihat sesuatu yang sangat menakutkan. Napasnya masih tersengal-sengal. Tubuhnya terguncang-guncang. Apakah ini akibat dari orang yang membenci ulama? Mungkin juga. Karena Tuhan akan menyiksa manusia yang membenci ulama dengan ketakutan serta mati tidak membawa iman.
Mukri memang sosok lelaki yang sombong. Dia merasa paling pandai dengan mengandalkan keahlian debatnya. Setiap ada ulama yang berceramah selalu dibantah. Setiap ada kiai yang menasihatinya selalu dicaci. Dia benci pada ulama yang menurutnya hanya suka membual. Cerita tentang pahala dan dosa. Cerita tentang surga dan neraka. Padahal, mereka belum pernah melihat dan merasakannya. Seperti itulah ulah Mukri yang selalu menantang ulama yang berdakwah mengajakkan pada kebaikan. Ulama yang berseru untuk kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
“Ini Pak Fauzun,” kata lelaki itu sambil menyodorkan Al-quran yang sudah lepas sampulnya kepadaku.
Aku membacakan ayat Al-quran di dekat telinganya. Ronta Mukri agak mereda. Napasnya perlahan normal. Tak lama kemudian matanya mulai berkedip-kedip. Bola matanya berputar melihat sekelilingnya.
“Apa yang terjadi padaku?”
“Kamu terkena virus corona,” jawab lelaki yang sejak tadi duduk di belakangku dengan suara keras.
“Husstt! Pelan-pelan bicaranya.”
“Maaf, Pak Fauzun!”
“Tadi kamu hilang kendali. Alhamdulillah, sekarang kau sudah normal lagi.”
“Penyakit lamaku kambuh lagi. Memang kalau terlalu capek dan stres, epilepsiku sering kumat.
“O, jadi kamu kena penyakit ayan bukan corona?” sergah lelaki itu.
“Corona gundulmu,” bentak Mukri. Lelaki itu pun diam.
“Sudah-sudah. Jangan ribut. Penyakit itu datangnya dari Tuhan. Yang menyembuhkan juga Tuhan. Maka dari itu, mulai dari sekarang dan seterusnya, marilah kita selalu mendekatkan diri pada Tuhan. Melaksanakan perintah-perintah-Nya, tinggalkan larangan-larangan-Nya.”
“Terima kasih Pak Fauzun. Maaf, aku selama ini selalu membantah nasihat-nasihatmu. Sekarang ajari saya berwudlu dan salat lima waktu.”
”Aku ikut,” sahut lelaki itu.
“Marilah kita bersama-sama belajar membersihkan jiwa dan lingkungan kita, agar terhindar dari berbagai penyakit,” ajakku pada mereka.
Rumah-rumah warga masih tampak sepi. Para penghuninya tidak ada yang berani keluar rumah. Mereka takut tertulas virus korona. Beberapa pasang mata hanya melihat kami bertiga yang berjalan menuju musholla yang sejak seminggu ini sepi tanpa penghuni.
Waktu salat Asar tiba. Terdengar suara azan yang sangat merdu dari Musholla. Para warga penasaran pada suara yang sebelumnya tidak pernah mereka dengar. Mereka keluar rumah, berbondong-bondong ke Musholla untuk melenyapkan rasa penasaran sambil bersiap-siap melaksanakan salat Asar berjamaah. Mereka terkejut, karena yang melantunkan azan dengan merdu itu adalah Mukri.
Wanar, 14 Maret 2020
___________________________
*) Ahmad Zaini, Ketua PC Lesbumi Babat. Saat ini aktif di Forum Penulis dan Pegiat Literasi Lamongan (FP2L), dan Komunitas Sastra dan Teater Lamongan (Kostela). Buku kumpulan cerpen terbarunya Tadarrus Hujan. Buku kumpulan puisinya berjudul Hanya Waktu Jelang Kematian, akan segera terbit. Beralamat di Wanar, Pucuk, Lamongan. Blognya zainicentre.blogspot.com
http://sastra-indonesia.com/2020/03/seperti-kota-mati/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Azis Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.S. Laksana
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Malik
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adi Prasetyo
Afnan Malay
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Suyudi
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amalia Sulfana
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminullah HA Noor
Andari Karina Anom
Andi Nur Aminah
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Anindita S. Thayf
Anitya Wahdini
Anton Bae
Anton Kurnia
Anung Wendyartaka
Anwar Nuris
Anwari WMK
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arief Budiman
Ariel Heryanto
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Arifi Saiman
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
Ary Wibowo
AS Sumbawi
Asarpin
Asbari N. Krisna
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asti Musman
Atep Kurnia
Atih Ardiansyah
Aulia A Muhammad
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
B. Nawangga Putra
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bakdi Sumanto
Balada
Bale Aksara
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bedah Buku
Beni Setia
Benni Indo
Benny Arnas
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Buku Kritik Sastra
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Butet Kartaredjasa
Cahyo Junaedy
Cak Kandar
Caroline Damanik
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Saifullah
Cornelius Helmy Herlambang
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Sunendar
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Dante Alighieri
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Pramono
Delvi Yandra
Deni Andriana
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewey Setiawan
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hartati
Diana A.V. Sasa
Dianing Widya Yudhistira
Dina Jerphanion
Djadjat Sudradjat
Djasepudin
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Dwijo Maksum
E. M. Cioran
E. Syahputra
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Triono
Elisa Dwi Wardani
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endro Yuwanto
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Esai
Evi Idawati
F Dewi Ria Utari
F. Dewi Ria Utari
Fadlillah Malin Sutan Kayo
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Faruk HT
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fazabinal Alim
Fazar Muhardi
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Frans Ekodhanto
Fransiskus X. Taolin
Franz Kafka
Fuad Nawawi
Gabriel García Márquez
Gde Artawa
Geger Riyanto
Gendhotwukir
Gerakan Surah Buku (GSB)
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gunoto Saparie
Gusty Fahik
H. Rosihan Anwar
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Haris del Hakim
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hasyuda Abadi
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Herdiyan
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman Hasyim
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru Emka
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Humam S Chudori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Tito Sianipar
Ian Ahong Guruh
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IDG Windhu Sancaya
Iffah Nur Arifah
Ignas Kleden
Ignasius S. Roy Tei Seran
Ignatius Haryanto
Ignatius Liliek
Ika Karlina Idris
Ilham Khoiri
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah S. Pratidina
Indiar Manggara
Indra Tranggono
Indrian Koto
Insaf Albert Tarigan
Ipik Tanoyo
Irine Rakhmawati
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Norman
Istiqomatul Hayati
Iswara N Raditya
Iverdixon Tinungki
Iwan Gunadi
Iwan Nurdaya Djafar
Jadid Al Farisy
Jakob Sumardjo
Jamal D. Rahman
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jaya Suprana
Jean-Paul Sartre
JJ. Kusni
Joanito De Saojoao
Jodhi Yudono
John Js
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Ki Panji Kusmin
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Ko Hyeong Ryeol
Koh Young Hun
Komarudin
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Lenah Susianty
Leon Trotsky
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayani
Luhung Sapto Nugroho
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lusiana Indriasari
Lutfi Mardiansyah
M Syakir
M. Faizi
M. Fauzi Sukri
M. Mustafied
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
Made Wianta
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Majalah Budaya Jejak
Makmur Dimila
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Mariana Amiruddin
Martin Aleida
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Media Dunia Sastra
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
Melani Budianta
Mezra E Pellondou
MG. Sungatno
Micky Hidayat
Mikael Johani
Mikhael Dua
Misbahus Surur
Moch Arif Makruf
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohamed Nasser Mohamed
Mohammad Takdir Ilahi
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyidin
Mujtahid
Munawir Aziz
Musa Asy’arie
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N. Mursidi
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naqib Najah
Narudin Pituin
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Neni Ridarineni
Nezar Patria
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Rastiti
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noval Jubbek
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Utami Sari’at Kurniati
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Obrolan
Odhy`s
Okta Adetya
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Otto Sukatno CR
Pablo Neruda
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Pertemuan Mahasiswa
Puji Santosa
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Rahmah Maulidia
Rahmi Hattani
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rambuana
Ramzah Dambul
Raudal Tanjung Banua
Redhitya Wempi Ansori
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Ria Febrina
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Richard Strauss
Rida K Liamsi
Riduan Situmorang
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Rina Mahfuzah Nst
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roland Barthes
Romi Zarman
Romo Jansen Boediantono
Rosidi
Ruslani
S Prana Dharmasta
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Müller
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Saiful Amin Ghofur
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Madany Syani
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sem Purba
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siti Mugi Rahayu
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Sohifur Ridho’i
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Sri Rominah
Sri Wintala Achmad
St. Sularto
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Sudarmoko
Sudaryono
Sudirman
Sugeng Satya Dharma
Suhadi
Sujiwo Tedjo
Sukar
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susilowati
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Buyil
Syaifuddin Gani
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Usman Awang
UU Hamidy
Vinc. Kristianto Batuadji
Vladimir I. Braginsky
W.S. Rendra
Wahib Muthalib
Wahyu Utomo
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weni Suryandari
Wiko Antoni
Wina Karnie
Winarta Adisubrata
Wiwik Widayaningtias
Yanto le Honzo
Yanuar Widodo
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yudhis M. Burhanudin
Yukio Mishima
Yulhasni
Yuli
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusmar Yusuf
Yusri Fajar
Yuswinardi
Yuval Noah Harari
Zaki Zubaidi
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zen Rachmat Sugito
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar