Selasa, 24 September 2013

Sebuah Ziarah kepada Puisi

Judul: Curriculum Vitae
Penulis: Frans Nadjira
Tebal: 203 halaman
Penerbit: Matamerabook, 2007
Peresensi: Riki Dhamparan Putra
http://www.balipost.co.id/

MATAMERABOOK kembali menerbitkan kumpulan puisi penyair Frans Nadjira, “Curriculum Vitae” (CV) di pertengahan 2007 ini. Buku ini terbit dwi bahasa (Indonesia dan Inggris) dalam edisi hard cover dan soft cover, berisi 55 karya puisi terbaru penyair Frans Nadjira, dilengkapi dengan catatan pengantar oleh D Zawawi Imron dan Arif Bagus Prasetyo. Ini buku yang kehadirannya sangat dirayakan karena dapat memberi orang teladan dalam hal produktivitas dan totalitas seorang penyair. Mengingat di usia yang sudah makin senja, Frans masih sangat produktif menulis.

Banyak yang berpendapat bahwa kecenderungan puisi Frans di buku ini sangat berbeda dengan kecenderungan dua buku kumpulan puisinya yang lalu — “Springs of Fire Springs of Tears” dan “Jendela”. Kecenderungan itu ditandai dengan nuansa solidaritas sosial yang muncul begitu kuat pada sebagian besar sajak di CV. Apalagi dalam catatan Arif Bagus Prasetyo dicantumkan pula pernyataan Frans tentang “kepenyairan dan kenyataan sosial” yang cukup mengejutkan. Seperti pernyataan “Kini kita tak butuh penyair kalau itu eksklusivisme. Yang kita butuhkan sekarang, orang menulis kenyataan yang dialami suatu bangsa…” atau pernyataan yang lebih pedas lagi, “masih pantaskah kita bermain metafora?”

Pernyataan semacam itu cukup kontroversial karena dilontarkan oleh seorang guru, sahabat, sekaligus motivator di dalam menulis puisi. Ia akan berpengaruh tidak hanya dalam penilaian para penyair kepada Frans, juga dalam proses pencarian bahasa puisi para penyair itu sendiri. Sebab, bagaimanapun, metafora adalah standar yang mesti dicapai untuk melahirkan puisi yang utuh atau “jadi”. Nah, sekarang muncul gugatan: masih pantaskah kita bermain metafora?

Menurut Arif, pernyataan itu disampaikan Frans pada 1997. Keperluannya untuk mengulang pernyataan itu kembali dalam esai pengantar CV yang terbit sepuluh tahun kemudian tentu berkaitan dengan usahanya memahami kepenyairan Frans secara utuh. Arif akhirnya menyimpulkan bahwa Frans bukanlah penyair dengan tipikal puisi sunyi magis saja, tetapi sajak-sajaknya juga menunjukkan kesan solider dan keberpihakan pada orang lemah. CV tampaknya telah memberi Arif kesempatan untuk menyampaikan pandangannya itu.

Jika melihat situasi sosial politik pada 1997 yang sedang bergerak melepaskan diri dari tirani Orde Baru, dapatlah dimengerti mengapa Frans sampai mengeluarkan pernyataan itu. Saat itu banyak terjadi peristiwa penculikan aktivis dan pembungkaman gerakan-gerakan yang menuntut perubahan. Situasi seperti itu tentu telah menyentuh nurani penyair dan menginspirasinya untuk menulis puisi-puisi yang bercerita tentang kenyataan. Salah satunya, Frans yang kelahiran Makassar tahun 1943 ini. Ia diam-diam menulis puisi sosial dan baru mempublikasikannya selang sepuluh tahun kemudian.

Tidak Pamrih
Rupanya Frans bukanlah seorang narsis politik yang suka menonjol-nonjolkan diri paling berperan dalam sebuah perubahan. Ia tak ingin puisi tampil sebagai kerja heroik yang pamrih hanya karena telah berbicara tentang kenyataan. Kumpulan puisinya yang terbit setahun setelah ia bercakap dengan Arif itu malah “Springs of Fire Springs of Tears” yang tidak berpretensi menyeret-nyeret tema sosial di dalamnya. Itulah sikap yang tepat untuk menjaga kemurnian sebuah kerja kepenyairan.

Di CV, Arif juga menyimpulkan bahwa pernyataan Frans yang demonstratif mengenai hubungan penyair dengan kenyataan sosial itu toh tidak mengurangi kesan “sunyi” yang biasa didapatkan dari sajak-sajak sebelum CV. Frans masih tetap berkhidmat di dalam pencarian kesunyiannya yang seakan-akan abadi. Artinya, keluar masuk dunia sosial-dunia sunyi sebenarnya adalah usaha Frans untuk menemukan kepenuhan dirinya sebagai manusia kolektif sekaligus manusia penyair.

Mengutip Octavio Paz, Arif mengatakan hal itu karena puisi pada dasarnya adalah usaha untuk melakukan ziarah pada sejarah. Dalam konteks CV, ziarah itu tentu tidak hanya ziarah sosial, juga ziarah kepada puisi-puisi itu sendiri. Puisi adalah ziarah kepada puisi. Hal itu bermula dari adanya ketegangan relasional klasik antara puisi dan kenyataan hidup di sekitar penyair. Bahasa — lewat keindahan dan daya magisnya — kerap membuat jarak yang tak termaafkan antara puisi dan kenyataan. Sehingga penyair sering terisolasi atau terindividual oleh pencapaian bahasanya sendiri.

Itulah sebabnya, para penyair besar selalu berupaya menggugah kembali bahasa puisi mereka. Melakukan ziarah atas sikap serta tindak bahasa yang telah mereka yakini sebelumnya, untuk mendapat arti yang lebih segar dari sebuah kerja puisi. Demikianlah misalnya, penyair Subagio Sastrowardoyo pun melakukan hal yang sama ketika ia menulis sajak berjudul “Sajak”: “….Apakah arti sajak ini// Kalau anak semalam batuk-batuk// bau vicks dan kayu putih melekat di kelambu…// Apakah arti sajak ini?”

Relasi pernyataan Frans sebagaimana dikutip di bagian permulaan esai ini mesti dilihat dari sisi untuk menggugah kemapanan cara pandang tentang bahasa tersebut. Sama sekali ini memang bukan sebuah siasat bahasa atau strategi penyair untuk membuat puisi yang hanya mengandalkan makna dapat diterima sederajat dengan puisi yang kaya metafor. Dan bukan pula usaha untuk menghancurkan metafora sebagai salah satu fondasi terpenting dalam sebuah bangunan puisi.

Rendah Hati
Sesungguhnya, CV menghadirkan sikap rendah hati seorang penyair dalam menghadapi ego bahasa dan kenyataan yang tidak seimbang. Kalau boleh menggunakan pepatah “badik telah diikat sekarang…” yang tertinggal adalah sebuah pengakuan di depan waktu:

“Unda… terimakasih telah mendidikku berendah hati. Cara berpikiran yang polos dan sederhana// Memandang hidup sebagai sebuah lakon lengkap. Bahwa tak ada sesuatu yang terjadi/Tanpa kehendakNya// Mengantar aku ke suatu tempat// di mana kutemukan makna hidup// menepis jumawa dan mabuk ketokohan…”

Tentu banyak hal lagi yang masih dapat diperbincangkan soal buku ini maupun Frans Nadjira sebagai penyair. Yang jelas, selain memperkaya khazanah pustaka puisi kita, terbitnya CV dengan tampilan yang mewah dan dua bahasa, kembali menimbulkan rasa bangga kita kepada puisi dan penerbit lokal kita. Bersama-sama dengan buku puisi yang diterbitkan secara mandiri lainnya, CV bakal menginspirasi orang untuk mengurangi ketergantungan kepada penerbit besar di Jakarta maupun kota besar lain. Mudah-mudahan usaha penerbit buku ini dapat diteladani para penerbit lokal lainnya di Bali.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati