Kamis, 10 Mei 2012

Nilai Dunia Tulis-Menulis

Yohanes Sehandi *
__Flores Pos (Ende) 5 Mei 2012

Dalam dunia modern seperti sekarang ini, kegiatan tulis-menulis atau karang-mengarang mempunyai kaitan erat dengan kegiatan rutin/harian seseorang, baik sebagai kegemaran atau hobi maupun sebagai bidang kerja atau profesi.

Tentang hobi dan profesi ini, The Liang Gie dalam bukunya Pengantar Dunia Karang-Mengarang (1992) menyatakan: Setiap orang untuk kegairahan hidupnya perlu mempunyai suatu kegemaran atau hobi, sedangkan untuk kelangsungan hidupnya harus memiliki suatu bidang kerja atau profesi. Hobi yang digeluti dengan penuh kegembiraan, membuat hidup ini menarik hati, dan profesi yang dijalani dengan penuh rasa tanggung jawab, membuat hidup ini mengandung arti!

Aktivitas tulis-menulis yang merupakan salah satu aktivitas penting masyarakat modern pada saat ini, bisa dikelompokkan sebagai hobi atau kegemaran yang menggairahkan hidup, bisa pula sebagai bidang kerja atau profesi yang menjadi sumber penghidupan.

Berkat kemajuan peralatan teknologi modern dewasa ini yang cukup banyak menggantikan tenaga manusia, menyebabkan banyak waktu seseorang menjadi longgar. Waktu yang longgar itu alangkah baiknya apabila diisi dengan kegiatan menulis atau mengarang, daripada ngobrol tak tentu arah atau gosipin tetangga sebelah rumah yang bisa merusak hubungan kekerabatan.

Aktivitas menulis atau mengarang merupakan sebuah solusi atau alternatif. Duni tulis-menulis mengandung nilai, bermanfaat, dan menyenangkan. Semua orang bisa melakukannya: pelajar, mahasiswa, dosen (apalagi), PNS, pegawai swasta, pejabat, guru, ibu rumah tangga, penganggur, pedagang, pensiunan, dan lain-lain.

Orang yang sudah pensiun atau purnabakti, yang tentu sudah punyai tumpukan bekal pengetahuan dan pengalaman berharga, tinggal dibagi-bagikan kepada pelbagai pihak lewat tulisan atau karangan. Betapa indahnya hidup ini apabila bisa dan rela berbagi pengetahuan dan pengalaman kepada orang lain, demikianlah salah satu ungkapan bijak dari Kahlil Gibran, seorang penyair kaliber dari Timur Tengah.

Menulis sebagai hobi atau kegemaran tujuan utamanya untuk memperoleh kesenangan diri dan membuat kehidupan sehari-hari kita senantiasa menarik dan menggairahkan, apalagi kalau dilakukan dengan penuh keterlibatan diri. Melakukan sesuatu dengan serius dan penuh keterlibatan diri akan terjadi katarsis (chatarsis), yakni suatu proses kejiwaan sebagai pelepasan segala beban pikiran dan perasaan yang menimbulkan kelegahan batin. Kelegahan batin inilah yang mempengaruhi kesehatan jasmani dan rohani seseorang.

Menulis sebagai bidang kerja atau profesi, semakin nyata dan dibutuhkan berbagai pihak, tidak saja pada dewasa ini juga untuk masa-masa mendatang. Berkat kemajuan yang pesat di bidang penerbitan/publikasi, baik penerbitan buku maupun penerbitan majalah dan surat kabar, juga media on-line pada akhir-akhir ini, membuat profesi menulis mendapat tempat terhormat dalam masyarakat, yang tidak kalah gengsi dengan profesi yang lain.

Kegiatan tulis-menulis serta hasil-hasil yang diperoleh dari kegiatan itu, sadar atau tidak oleh penulisnya, mendatangkan berbagai nilai. Nilai-nilai itulah yang dapat memuaskan aneka kebutuhan seseorang. Nilai tulis-menulis yang dimaksudkan di sini adalah suatu “keberhargaan” yang timbul atau diperoleh seseorang sebagai hasil dari perbuatan, pengalaman, dan penerimaan yang dihasilkan dalam kegiatan tulis-menulis atau karang-mengarang.

Berdasarkan pengamatan secara umum dan dipadukan dengan pendapat sejumlah ahli di bidang tulis-menulis, antara lain pendapat The Liang Gie (1992), kegiatan tulis-menulis atau karang-mengarang melahirkan sekurang-kurangnya enam nilai. Keenam nilai itu adalah nilai kecerdasan, nilai kependidikan, nilai kejiwaan, nilai kemasyarakatan, nilai keuangan, dan nilai kefilsafatan. Berikut ini diuraiakan secara singkat keenam nilai tulis-menulis tersebut.

Pertama, nilai kecerdasan. Seseorang yang sudah terbiasa menulis, sadar atau tidak, akan terbina dan berkembang dengan baik daya kritis dan kreatifnya, akan terbiasa berpikir kritis, sistematis, dan logis. Daya persepsi dan analisisnya pun dipertajam. Kebiasaan-kebiasaan yang demikianlah yang menyebabkan kemampuan kecerdasan atau intelektual seorang penulis terbina dan berkembang dengan baik.

Kedua, nilai kependidikan. Seseorang yang terbiasa menulis, dengan sendirinya akan terbiasa dan terlatih dalam bekerja dan menghasilkan karya apa saja dengan mengandalkan kemampuan diri-sendiri, tidak bergantung pada orang lain. Menulis termasuk salah satu jenis kegiatan masyarakat modern yang keberhasilannya ditentukan oleh keuletan dan ketekunan diri-sendiri.

Lekak-liku, jatuh-bangun, dan suka-duka perjuangan seorang penulis, mulai dari nol sampai menjadi seorang penulis/pengarang kawakan, tidak lain dan tidak bukan, melalui proses belajar yang tekun dan terus-menerus. Proses belajar yang tekun dan terus-menerus itulah yang melahirkan nilai kependidikan dalam kegiatan tulis-menulis.

Ketiga, nilai kejiwaan. Seseorang yang tekun berlatih menulis, lama-kelamaan akan bisa dan berhasil mengorbitkan tulisan atau karangan di berbagai surat kabar dan majalah atau diterbitkan menjadi buku. Karangan yang berhasil dipublikasikan itu tentu dibaca dan dinikmati banyak orang. Tentu juga akan mendapatkan banyak pujian atau penghargaan dari berbagai pihak.

Keberhasilan yang diperoleh itu, akan dengan sendirinya memunculkan kepuasan batin, kegembiraan kalbu, kebanggaan pribadi, dan kepercayaan diri. Ini tentu tidak bisa diukur dengan nilai uang, termasuk nilai honor tulisan yang diberikan surat kabar atau majalah atau penerbit buku. Perasaan puas, gembira, dan bangga itulah yang menimbulkan nilai kejiwaan dari kegiatan tulis-menulis.

Keempat, nilai kemasyarakatan. Nilai kemasyarakatan diperoleh berkat tulisan-tulisan seseorang yang tersebar luas dan dibaca masyarakat banyak. Seorang penulis yang terampil dan profesional namanya akan mudah dikenal banyak orang, dan tentu saja mendapat pujian atau penghargaan, apapun bentuk pujian atau penghargaan itu, meskipun juga terkadang mendapat kritikan dan cacimaki dari segelintir pembaca.

Tentu saja tidak sedikit pembaca yang senang membaca atau mengikuti tulisan-tulisan seorang penulis yang jempolan, di media manapun dia menulis. Masyarakat pembaca merasa terbantu dengan membaca tulisan seorang penulis. Di sinilah munculnya nilai kemasyarakatan dari kegiatan tulis-menulis.

Kelima, nilai keuangan. Tulisan atau karangan yang dihasilkan seseorang, terutama yang telah dipublikasikan di berbagai media penerbitan, tentu mendapatkan imbalan yang sesuai dan pantas. Jumlah honor yang diperoleh seorang penulis sangat ditentukan oleh besar-kecilnya media yang memuat tulisannya. Imbalan yang diperoleh dari hasil kegiatan menulis inilah yang memunculkan nilai keuangan dari kegiatan tulis-menulis.

Keenam, nilai kefilsafatan. Tentu sudah diketahui umum bahwa tulis-menulis adalah kegiatan yang paling ampuh mengabadikan buah pikiran dan perasaan umat manusia untuk diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ungkapan “Segala sesuatu akan musnah, kecuali perkataan yang tertulis” memang bukan tanpa berdasar. Perkataan (ajaran) dari tiga orang filsuf legendaris dunia, Sokrates, Plato, dan Aristoteles, sebagai contoh bahwa perkataan yang tertulis itu tak pernah musnah, meski jasad orangnya sudah musnah berkalang tanah.

Demikianlah keenam nilai penting yang diperoleh dalam kegiatan tulis-menulis atau karang-mengarang. Rasanya amat sedikit hasil pikiran atau perasaan serta karya atau perbuatan umat manusia di dunia ini yang mengandung lengkap keenam nilai penting sebagaimana diperoleh lewat kegiatan tulis-menulis atau karang-mengarang.

Setelah kita memahami nilai-nilai yang terkandung dari kegiatan tulis-menulis, tentu mendorong kita untuk menggeluti dunia tulis-menulis ini dengan serius, baik sebagai kegemaran atau hobi maupun sebagai bidang kerja atau profesi. Namun bagaimana pun, tentu Anda bertanya, apa yang harus dipersiapkan untuk menggeluti dunia tulis-menulis ini? Atau dengan kata lain, apa modal yang harus dipersiapkan seseorang untuk menjadi penulis atau pengarang?

Sebagaimana halnya dengan orang yang ingin membuka usaha baru, misalnya usaha bengkel, toko, warung makan, dan tempat fotocopy, harus mempunyai modal dasar, demikian pun seseorang yang ingin terjun menggeluti dunia tulis-menulis. Modal dasar itu gampang diperoleh dan hampir semua orang bisa memilikinya. Menurut penulis, ada beberapa modal dasar yang perlu dimiliki seorang calon penulis.

Pertama, bisa baca-tulis. Artinya, Anda bisa membaca dan menulis huruf-huruf, dalam hal ini huruf Latin. Sangat gampang modal pertama ini. Seseorang yang tamat SLTP dan SLTA tentu tidak menjadi masalah. Lebih gampang lagi bagi yang bergelar sarjana dan magister, apalagi doktor dan profesor. Sebagian besar orang NTT memiliki modal dasar pertama ini.

Kedua, mempunyai minat. Minat adalah keinginan yang kuat untuk melakukan suatu hal atau kegiatan. Seorang yang memiliki modal dasar ini, akan selalu berupaya untuk belajar dan berlatih secara terus-menerus, jatuh-bangun, sampai pada suatu saat ia merasa puas karena bisa menyusun tulisan/karangan dengan baik dan bermutu.

Ketiga, bisa berpikir kritis dan kreatif. Kritis artinya selalu mempertanyakan sesuatu, apakah sesuatu itu benar atau salah, baik atau buruk, logis atau tidak, dan lain-lain. Sedangkan kreatif, selalu mencari dan menciptakan sesuatu yang baru, yang lain dari yang lain. Orang yang kritis dan kreatif biasanya mudah gelisah, tidak pernah puas dengan hasil karya yang ada, dan terus mencari dan menciptakan sesuatu yang baru.

Keempat, memiliki sarana menulis. Sarana menulis di sini sederhana. Pada era internet sekarang ini, sarana menulis seseorang lebih sederhana lagi, cukup bisa mengoperasikan komputer (internet) yang ada di berbagai warung internet (warnet) dengan mengandalkan flashdisk di saku. Tulisan atau karangan kita ketik langsung di komputer, terus dikirim ke media massa lewat E-mail, sampailah tulisan kita di meja redaksi media dalam hitungan detik.

Kelima, memiliki bahan pustaka. Bahan pustaka di sini adalah buku-buku referensi, buku bidang keilmuan, kamus, ensiklopedi, buku pedoman ejaan, pedoman menulis, dan buku-buku panduan yang lain. Kalau tidak miliki sendiri, bahan pustaka ini bisa dibaca di perpustakaan daerah, perpustakaan umum, atau perpustakaan sekolah dan perguruan tinggi.

Keenam, mau belajar. Belajar maksudnya membaca banyak, terutama bacaan yang menyangkut seluk-beluk menulis, teknik menulis, cara mengumpulkan materi tulisan, kiat memilih dan menyusun kata/istilah, kalimat, dan paragraf. Bisa juga belajar lewat diskusi dengan orang lain, mendengar ceramah, pidato, kuliah, dan lain-lain. Membaca majalah dan surat kabar cukup membantu seseorang dalam membina dan mengembangkan minat menulisnya.

Ketujuh, berlatih secara rutin. Sejalan dengan belajar atau membaca adalah berlatih secara rutin, terus-menerus. Berlatih tanpa bosan-bosan, sampai merasa diri mahir menulis dan tulisan kita berhasil tembus muat di surat kabar atau majalah.

Kesuksesan seorang penulis diraih pada saat tulisannya dimuat di media massa atau bukunya diterbitkan. Itulah pencapaian tertinggi bagi seorang penulis. Ingat, jangan puas dengan satu dua tulisan yang tembus muat di koran atau media masa. Satu dua tulisan yang telah dimuat adalah daya dorong untuk terus berkarya lagi, dan lagi, tiada hentinya.

*) Pemerhati Bahasa dan Sastra Indonesia dari Universitas Flores, Ende
Dijumput dari: http://yohanessehandi.blogspot.com/2012/05/nilai-dunia-tulis-menulis.html

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati