(Bertukar Tangkap dengan Lepas)
Hasan Junus
http://www.riaupos.co/
ADALAH seorang bernama Hamzah, seorang Melayu Aceh yang sepanjang hidupnya mulai lebih-kurang dari pertengahan abad ke-16 sampai permulaan abad ke-17 berupaya mencari Tuhan pergi ke mana-mana, di mana-mana, tapi akhirnya menjumpaiNya di dalam rumah sendiri. Berdepan dengan kekuasaan namanya terpuruk dalam-dalam sampai datanglah orang-orang piawai yang menggali kebesaran permata itu dan meletakkannya di tempatnya yang tepat.
Dalam pencariannya kepada Sang Maha Tinggi Maha Suci itu ia pernah berada dalam pesona asyik lalu berdendang tentang dirinya: Hamzah Fansuri di negeri Melayu / tempatnya kapur di dalam kayu / asalnya manikam tiada kan layu / dengan ilmu dunia di mana kan payu / Hamzah Fansuri nin asalnya Fansuri / mendapat wujud di tanah Shar Nawi / beroleh khilafat ilmu yang ‘ali / dari Abdul Qadir Sayid Jailani / Hamzah Shar Nawi terlalu hapus / seperti kayu sekalian hangus / asalnya laut tiada berarus / menjadi kapur di dalam Barus / Hamzah asing si burung suci / rumah diamnya di dalam hati / tahtanya putih ia kapuri / dari kayu di Tanah Fansuri / Unggas pingai bukannya balam / daim berbunyi siang dan malam / katakan olehmu hai ahlul alam / Hamzah Fansuri sudahlah karam / Hamzah Fansuri terlalu karam / di dalam laut yang maha dalam / berhenti angin ombak pun padam / menjelma sultan kedua alam.
Amir Hamzah sangat luas dikenal berkat dua buah tajuk karyanya masing-masing diberi judul Buah Rindu dan Nyanyi Sunyi. Dalam salah-satu sajaknya ia berkata: Habis kikis / Segala cintaku hilang terbang / Pulang kembali aku padamu / Seperti dahulu // Kaulah kandil kemerlap / Pelita jendela di malam gelap / Melambai pulang perlahan / Sabar, setia selalu.
Amir Hamzah salah-satu dari puncak gunung sastra, puncak gunung yang tingginya mengawan dan rendahnya memasak bumi, gunung berapi yang kadang-kadang ramah kadang-kadang ganas buas menyemburkan lahar dan batu berapi. Ia lahir dunia pada 28 Februari 1911 di Tanjungpura, Langkat. Hidupnya berakhir dengan keras, mati dibunuh, karena suatu kesalahan menilai, suatu kesalahan sejarah yang memang sering terjadi, sekali ini di suatu tempat bernama Kuala Begumit pada tanggal 19 Maret 1946.
Kematian yang keras sangat mirip dengan yang dialami oleh Amir Hamzah yang terjadi karena kesalahan menilai atau suatu kesalahan sejarah dialami pula oleh seorang penyair Spanyol bernama Federico Garcia Lorca. Serangkaian sajak-sajaknya yang mengangkat peri kehidupan kelompok Orang Gitana yang berselekeh darah menyerupai suatu ramalan akan akhir kehidupannya: mati ditembak pada tanggal 18 Agustus 1936 di suatu lorong kota Granada oleh pasukan Falangis tanpa diketahui benar apa salah Garcia Lorca.
Sebarisan sastrawan dari negeri-negeri lain yang juga terpaksa menjalani akhir hidup yang keras, mati dibunuh, ialah penyair Perancis Andre Chenier, penyair dan patriot Filipina Jose Rizal, penyair Inggeris John Cornford, penyair Rusia Osip Mandelstam, penulis Belanda Anne Frank, pengarang Denmark Kaj Munk, penyair-penyair Perancis Robert Desnos dan Max Jacob, pengarang Polandia Karol Irzykowski, penulis Indonesia Ida Nasution, penyair Afrika Selatan Benjamin Moloise, pengarang Palestina Ghassan Kanafani, seorang penyair tradisi lisan Nigeria, dan nama-nama lain yang tidak / belum terpantau. [Lihat: Mereka yang Senasib dengan Amir Hamzah].
Nama batang tubuh penyair yang bertungkus-lumus berhempas-pulas mencari rupa maha sempurna sambil bertukar tangkap dengan lepas ini ialah Tengku Amir Hamzah bin Tengku Muhammad Adil. Ayahnya, yaitu saudara Sultan Machmud di kerajaan Langkat (salah-satu kesultanan Melayu di wilayah Sumatra Timur yang kini termasuk dalam propinsi Sumatra Utara), mewakili sultan untuk kawasan Langkat Hulu yang berkedudukan di kota Binjai.
Pendidikan yang dijalani Amir Hamzah bermula pada sekolah dasar Langkatsche School di Tanjungpura tahun 1916. Setelah selesai pendidikan dasar, pada tahun 1924 ia masuk ke sekolah menengah pertama yang pada masa itu bernama MULO di Medan. Tapi setahun kemudian pada tahun 1925 ia pindah ke Batavia meneruskan pendidikan menengah pertamanya sampai tamat tahun 1927. Setelah itu Amir Hamzah pindah pula ke Solo untuk melanjutkan pendidikan pada AMS di Solo dengan mengambil jurusan Sastra Timur sampai tamat; semasa bersekolah di kota inilah bangsawan Melayu dari Sumatra Timur itu bertemu dengan gadis sesama pelajar bernama Ilik Sundari dan mereka pun menjalin kasih tak sampai yang konon amatlah pedih. Ia pindah pula ke Batavia dan masuk ke Sekolah Hakim Tinggi sampai ke tingkat Sarjana Muda Hukum.
Kegiatan pemuda dalam pergerakan nasional pun menarik perhatian Amir Hamzah. Di Solo orang mengenalnya sebagai orang muda yang giat mempersatukan kelompok-kelompok pemdua yang tergabung dalam Jong Sumatra, Jong Java, Jong Celebes dan lainnya menjadi Indonesia Muda. Ia terlihat ikut mengelola Kongres Indonesia Muda yang pertama di Solo yang berlangsung dari 29 Desember 1930 sampai 2 Januari 1931.
Sepulang dari Pulau Jawa ia menikah dengan sepupunya, Tengku Kamaliah binti Sultan Machmud, dan mengurus administrasi kerajaan Langkat. Amir Hamzah pada masa itu juga dikenal sebagai Pangeran Langkat Hulu dengan gelar Tengku Pangeran Indera Putera. Dari perkawinan dengan sepupunya itu lahir satu-satunya anak mereka, perempuan, bernama Tengku Tahura.
Sebagai sastrawan Amir Hamzah disebut oleh Sutan Takdir Alisjahbana sebagai Penyair Besar Antara Dua Zaman, sedangkan HB Jassin menamakannya Raja Penyair Pujangga Baru. Di antara para penyair Pujangga Baru nama Amir Hamzah yang dipandang tinggi oleh Chairil Anwar; ketika ia menyatakan karya Amir Hamzah sebagai puisi gelap maka hendaklah diperhatikan arti ungkapan itu yang tak lain dari jenis puisi yang harus dicari dan direnungkan makna terdalam yang dikandungnya. Demikian pula dengan penyair Sapardi Djoko Damono yang demikian mengasyiki karya-karya Amir Hamzah sampai ada kritikus yang menyebut karya Sapardi Dukamu Abadi sebagai Nyanyi Sunyi yang Kedua.
Kepeloporan Amir Hamzah dalam gelanggang kesusastraan masih dapat dijajaki dari terjemahannya atas puisi Dunia Timur sebagaimana dapat disaksikan dengan terbitnya Setanggi Timur. Kumpulan sajak terjemahan ini terdiri dari karya-karya Omar Khayyam, Mira Bai, Kabir, Farid, Rav-Das, Tuka-Ram, Rabindranath Tagore, Syiking, Li Tai Po, Thu Fu, Li Hung Tschang, Weng Seng Yu, Issa, Kosen, Shi-ei, Pangeran Aki, Tairo no Kanemori, Tama, Buson, Taigi, BashoChiyo-Ni, Ukihashi, Minamoto no Shinge-Yuki, Ono no YoshikiAkahito, Shiwa Uko, Ssadreddin, Kemalpascha Saidi Ahmad, Seifi, Hamidi, dan sajak-sajak dari beberapa penyair tak dikenal.
Lalu dengan cara bagaimana kematiannya yang tragis harus dilihat? Salah-satu sisi yang perlu ditawarkan ialah: dengan kematian yang terjadi oleh kesalahan sejarah itu arus kreativitas seorang penyair menjadi terputus dengan paksa. Ini tak boleh terjadi lagi. Nevermore! ***
13 November 2011
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Azis Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.S. Laksana
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Malik
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adi Prasetyo
Afnan Malay
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Suyudi
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amalia Sulfana
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminullah HA Noor
Andari Karina Anom
Andi Nur Aminah
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Anindita S. Thayf
Anitya Wahdini
Anton Bae
Anton Kurnia
Anung Wendyartaka
Anwar Nuris
Anwari WMK
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arief Budiman
Ariel Heryanto
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Arifi Saiman
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
Ary Wibowo
AS Sumbawi
Asarpin
Asbari N. Krisna
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asti Musman
Atep Kurnia
Atih Ardiansyah
Aulia A Muhammad
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
B. Nawangga Putra
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bakdi Sumanto
Balada
Bale Aksara
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bedah Buku
Beni Setia
Benni Indo
Benny Arnas
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Buku Kritik Sastra
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Butet Kartaredjasa
Cahyo Junaedy
Cak Kandar
Caroline Damanik
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Saifullah
Cornelius Helmy Herlambang
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Sunendar
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Dante Alighieri
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Pramono
Delvi Yandra
Deni Andriana
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewey Setiawan
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hartati
Diana A.V. Sasa
Dianing Widya Yudhistira
Dina Jerphanion
Djadjat Sudradjat
Djasepudin
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Dwijo Maksum
E. M. Cioran
E. Syahputra
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Triono
Elisa Dwi Wardani
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endro Yuwanto
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Esai
Evi Idawati
F Dewi Ria Utari
F. Dewi Ria Utari
Fadlillah Malin Sutan Kayo
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Faruk HT
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fazabinal Alim
Fazar Muhardi
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Frans Ekodhanto
Fransiskus X. Taolin
Franz Kafka
Fuad Nawawi
Gabriel García Márquez
Gde Artawa
Geger Riyanto
Gendhotwukir
Gerakan Surah Buku (GSB)
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gunoto Saparie
Gusty Fahik
H. Rosihan Anwar
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Haris del Hakim
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hasyuda Abadi
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Herdiyan
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman Hasyim
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru Emka
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Humam S Chudori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Tito Sianipar
Ian Ahong Guruh
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IDG Windhu Sancaya
Iffah Nur Arifah
Ignas Kleden
Ignasius S. Roy Tei Seran
Ignatius Haryanto
Ignatius Liliek
Ika Karlina Idris
Ilham Khoiri
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah S. Pratidina
Indiar Manggara
Indra Tranggono
Indrian Koto
Insaf Albert Tarigan
Ipik Tanoyo
Irine Rakhmawati
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Norman
Istiqomatul Hayati
Iswara N Raditya
Iverdixon Tinungki
Iwan Gunadi
Iwan Nurdaya Djafar
Jadid Al Farisy
Jakob Sumardjo
Jamal D. Rahman
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jaya Suprana
Jean-Paul Sartre
JJ. Kusni
Joanito De Saojoao
Jodhi Yudono
John Js
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Ki Panji Kusmin
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Ko Hyeong Ryeol
Koh Young Hun
Komarudin
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Lenah Susianty
Leon Trotsky
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayani
Luhung Sapto Nugroho
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lusiana Indriasari
Lutfi Mardiansyah
M Syakir
M. Faizi
M. Fauzi Sukri
M. Mustafied
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
Made Wianta
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Majalah Budaya Jejak
Makmur Dimila
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Mariana Amiruddin
Martin Aleida
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Media Dunia Sastra
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
Melani Budianta
Mezra E Pellondou
MG. Sungatno
Micky Hidayat
Mikael Johani
Mikhael Dua
Misbahus Surur
Moch Arif Makruf
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohamed Nasser Mohamed
Mohammad Takdir Ilahi
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyidin
Mujtahid
Munawir Aziz
Musa Asy’arie
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N. Mursidi
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naqib Najah
Narudin Pituin
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Neni Ridarineni
Nezar Patria
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Rastiti
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noval Jubbek
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Utami Sari’at Kurniati
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Obrolan
Odhy`s
Okta Adetya
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Otto Sukatno CR
Pablo Neruda
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Pertemuan Mahasiswa
Puji Santosa
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Rahmah Maulidia
Rahmi Hattani
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rambuana
Ramzah Dambul
Raudal Tanjung Banua
Redhitya Wempi Ansori
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Ria Febrina
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Richard Strauss
Rida K Liamsi
Riduan Situmorang
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Rina Mahfuzah Nst
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roland Barthes
Romi Zarman
Romo Jansen Boediantono
Rosidi
Ruslani
S Prana Dharmasta
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Müller
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Saiful Amin Ghofur
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Madany Syani
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sem Purba
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siti Mugi Rahayu
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Sohifur Ridho’i
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Sri Rominah
Sri Wintala Achmad
St. Sularto
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Sudarmoko
Sudaryono
Sudirman
Sugeng Satya Dharma
Suhadi
Sujiwo Tedjo
Sukar
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susilowati
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Buyil
Syaifuddin Gani
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Usman Awang
UU Hamidy
Vinc. Kristianto Batuadji
Vladimir I. Braginsky
W.S. Rendra
Wahib Muthalib
Wahyu Utomo
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weni Suryandari
Wiko Antoni
Wina Karnie
Winarta Adisubrata
Wiwik Widayaningtias
Yanto le Honzo
Yanuar Widodo
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yudhis M. Burhanudin
Yukio Mishima
Yulhasni
Yuli
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusmar Yusuf
Yusri Fajar
Yuswinardi
Yuval Noah Harari
Zaki Zubaidi
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zen Rachmat Sugito
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar