Kamis, 16 Februari 2012

Mencari Rupa Maha Sempurna

(Bertukar Tangkap dengan Lepas)
Hasan Junus
http://www.riaupos.co/

ADALAH seorang bernama Hamzah, seorang Melayu Aceh yang sepanjang hidupnya mulai lebih-kurang dari pertengahan abad ke-16 sampai permulaan abad ke-17 berupaya mencari Tuhan pergi ke mana-mana, di mana-mana, tapi akhirnya menjumpaiNya di dalam rumah sendiri. Berdepan dengan kekuasaan namanya terpuruk dalam-dalam sampai datanglah orang-orang piawai yang menggali kebesaran permata itu dan meletakkannya di tempatnya yang tepat.

Dalam pencariannya kepada Sang Maha Tinggi Maha Suci itu ia pernah berada dalam pesona asyik lalu berdendang tentang dirinya: Hamzah Fansuri di negeri Melayu / tempatnya kapur di dalam kayu / asalnya manikam tiada kan layu / dengan ilmu dunia di mana kan payu / Hamzah Fansuri nin asalnya Fansuri / mendapat wujud di tanah Shar Nawi / beroleh khilafat ilmu yang ‘ali / dari Abdul Qadir Sayid Jailani / Hamzah Shar Nawi terlalu hapus / seperti kayu sekalian hangus / asalnya laut tiada berarus / menjadi kapur di dalam Barus / Hamzah asing si burung suci / rumah diamnya di dalam hati / tahtanya putih ia kapuri / dari kayu di Tanah Fansuri / Unggas pingai bukannya balam / daim berbunyi siang dan malam / katakan olehmu hai ahlul alam / Hamzah Fansuri sudahlah karam / Hamzah Fansuri terlalu karam / di dalam laut yang maha dalam / berhenti angin ombak pun padam / menjelma sultan kedua alam.

Amir Hamzah sangat luas dikenal berkat dua buah tajuk karyanya masing-masing diberi judul Buah Rindu dan Nyanyi Sunyi. Dalam salah-satu sajaknya ia berkata: Habis kikis / Segala cintaku hilang terbang / Pulang kembali aku padamu / Seperti dahulu // Kaulah kandil kemerlap / Pelita jendela di malam gelap / Melambai pulang perlahan / Sabar, setia selalu.

Amir Hamzah salah-satu dari puncak gunung sastra, puncak gunung yang tingginya mengawan dan rendahnya memasak bumi, gunung berapi yang kadang-kadang ramah kadang-kadang ganas buas menyemburkan lahar dan batu berapi. Ia lahir dunia pada 28 Februari 1911 di Tanjungpura, Langkat. Hidupnya berakhir dengan keras, mati dibunuh, karena suatu kesalahan menilai, suatu kesalahan sejarah yang memang sering terjadi, sekali ini di suatu tempat bernama Kuala Begumit pada tanggal 19 Maret 1946.

Kematian yang keras sangat mirip dengan yang dialami oleh Amir Hamzah yang terjadi karena kesalahan menilai atau suatu kesalahan sejarah dialami pula oleh seorang penyair Spanyol bernama Federico Garcia Lorca. Serangkaian sajak-sajaknya yang mengangkat peri kehidupan kelompok Orang Gitana yang berselekeh darah menyerupai suatu ramalan akan akhir kehidupannya: mati ditembak pada tanggal 18 Agustus 1936 di suatu lorong kota Granada oleh pasukan Falangis tanpa diketahui benar apa salah Garcia Lorca.

Sebarisan sastrawan dari negeri-negeri lain yang juga terpaksa menjalani akhir hidup yang keras, mati dibunuh, ialah penyair Perancis Andre Chenier, penyair dan patriot Filipina Jose Rizal, penyair Inggeris John Cornford, penyair Rusia Osip Mandelstam, penulis Belanda Anne Frank, pengarang Denmark Kaj Munk, penyair-penyair Perancis Robert Desnos dan Max Jacob, pengarang Polandia Karol Irzykowski, penulis Indonesia Ida Nasution, penyair Afrika Selatan Benjamin Moloise, pengarang Palestina Ghassan Kanafani, seorang penyair tradisi lisan Nigeria, dan nama-nama lain yang tidak / belum terpantau. [Lihat: Mereka yang Senasib dengan Amir Hamzah].

Nama batang tubuh penyair yang bertungkus-lumus berhempas-pulas mencari rupa maha sempurna sambil bertukar tangkap dengan lepas ini ialah Tengku Amir Hamzah bin Tengku Muhammad Adil. Ayahnya, yaitu saudara Sultan Machmud di kerajaan Langkat (salah-satu kesultanan Melayu di wilayah Sumatra Timur yang kini termasuk dalam propinsi Sumatra Utara), mewakili sultan untuk kawasan Langkat Hulu yang berkedudukan di kota Binjai.

Pendidikan yang dijalani Amir Hamzah bermula pada sekolah dasar Langkatsche School di Tanjungpura tahun 1916. Setelah selesai pendidikan dasar, pada tahun 1924 ia masuk ke sekolah menengah pertama yang pada masa itu bernama MULO di Medan. Tapi setahun kemudian pada tahun 1925 ia pindah ke Batavia meneruskan pendidikan menengah pertamanya sampai tamat tahun 1927. Setelah itu Amir Hamzah pindah pula ke Solo untuk melanjutkan pendidikan pada AMS di Solo dengan mengambil jurusan Sastra Timur sampai tamat; semasa bersekolah di kota inilah bangsawan Melayu dari Sumatra Timur itu bertemu dengan gadis sesama pelajar bernama Ilik Sundari dan mereka pun menjalin kasih tak sampai yang konon amatlah pedih. Ia pindah pula ke Batavia dan masuk ke Sekolah Hakim Tinggi sampai ke tingkat Sarjana Muda Hukum.

Kegiatan pemuda dalam pergerakan nasional pun menarik perhatian Amir Hamzah. Di Solo orang mengenalnya sebagai orang muda yang giat mempersatukan kelompok-kelompok pemdua yang tergabung dalam Jong Sumatra, Jong Java, Jong Celebes dan lainnya menjadi Indonesia Muda. Ia terlihat ikut mengelola Kongres Indonesia Muda yang pertama di Solo yang berlangsung dari 29 Desember 1930 sampai 2 Januari 1931.

Sepulang dari Pulau Jawa ia menikah dengan sepupunya, Tengku Kamaliah binti Sultan Machmud, dan mengurus administrasi kerajaan Langkat. Amir Hamzah pada masa itu juga dikenal sebagai Pangeran Langkat Hulu dengan gelar Tengku Pangeran Indera Putera. Dari perkawinan dengan sepupunya itu lahir satu-satunya anak mereka, perempuan, bernama Tengku Tahura.

Sebagai sastrawan Amir Hamzah disebut oleh Sutan Takdir Alisjahbana sebagai Penyair Besar Antara Dua Zaman, sedangkan HB Jassin menamakannya Raja Penyair Pujangga Baru. Di antara para penyair Pujangga Baru nama Amir Hamzah yang dipandang tinggi oleh Chairil Anwar; ketika ia menyatakan karya Amir Hamzah sebagai puisi gelap maka hendaklah diperhatikan arti ungkapan itu yang tak lain dari jenis puisi yang harus dicari dan direnungkan makna terdalam yang dikandungnya. Demikian pula dengan penyair Sapardi Djoko Damono yang demikian mengasyiki karya-karya Amir Hamzah sampai ada kritikus yang menyebut karya Sapardi Dukamu Abadi sebagai Nyanyi Sunyi yang Kedua.

Kepeloporan Amir Hamzah dalam gelanggang kesusastraan masih dapat dijajaki dari terjemahannya atas puisi Dunia Timur sebagaimana dapat disaksikan dengan terbitnya Setanggi Timur. Kumpulan sajak terjemahan ini terdiri dari karya-karya Omar Khayyam, Mira Bai, Kabir, Farid, Rav-Das, Tuka-Ram, Rabindranath Tagore, Syiking, Li Tai Po, Thu Fu, Li Hung Tschang, Weng Seng Yu, Issa, Kosen, Shi-ei, Pangeran Aki, Tairo no Kanemori, Tama, Buson, Taigi, BashoChiyo-Ni, Ukihashi, Minamoto no Shinge-Yuki, Ono no YoshikiAkahito, Shiwa Uko, Ssadreddin, Kemalpascha Saidi Ahmad, Seifi, Hamidi, dan sajak-sajak dari beberapa penyair tak dikenal.

Lalu dengan cara bagaimana kematiannya yang tragis harus dilihat? Salah-satu sisi yang perlu ditawarkan ialah: dengan kematian yang terjadi oleh kesalahan sejarah itu arus kreativitas seorang penyair menjadi terputus dengan paksa. Ini tak boleh terjadi lagi. Nevermore! ***

13 November 2011

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati