Selasa, 13 September 2011

Pak Koh, Pram-mania dari Korea Selatan

Nasru Alam Aziz
http://www.indonesian.co.kr/

“ANDA mencari Pak Koh? Mari saya antar,” seorang mahasiswa menawarkan diri untuk mengantar Kompas menemui Prof Dr Koh Young-hun. Di sebuah ruangan berukuran 2,5 x 5 meter di Kampus Hankuk University of Foreign Studies, Koh menyambut kedatangan Kompas.

PAK Koh-demikian ia disapa oleh mahasiswanya-adalah Ketua Jurusan Kajian Melayu- Indonesia (Department of Malay-Indonesian Studies) Hankuk University of Foreign Studies (HUFS). Maka, bukan sesuatu yang mengejutkan jika mendengar kefasihannya berbahasa Indonesia.

Dari ruang kerjanya di kawasan Imun, Kota Seoul, Korea Selatan, Koh tidak hanya memimpin Kajian Melayu-Indonesia. Dari sana Koh juga mengelola Pusat Kebudayaan Indonesia yang ia rintis bersama Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) sejak tahun 2001.

Terdorong untuk memperkenalkan Indonesia kepada masyarakat Korea Selatan, Koh membiayai sendiri berbagai kegiatan dan menyewa sebuah tempat di dekat kantor KBRI. Berjalan setahun, tetapi tetap tidak ada dukungan berarti dari pihak Indonesia. Akhirnya ia memutuskan menarik kantor Pusat Kebudayaan Indonesia itu ke ruang kerjanya yang kecil dan disesaki buku-buku, yang sebagian besar berbahasa Indonesia dan Melayu.

Pusat Kebudayaan Indonesia menjadi ajang pengenalan budaya Indonesia kepada masyarakat Korea Selatan dan diarahkan untuk membantu para tenaga kerja Indonesia jika menghadapi masalah di tempat kerjanya.

Januari lalu Pusat Kebudayaan Indonesia menggelar konser grup musik Dewa di Suwon, Provinsi Gyeonggi, untuk menghibur ribuan TKI yang bekerja di Korea Selatan. Koh mendapat sponsor dari beberapa perusahaan Korea Selatan yang menanamkan modal di Indonesia, tetapi ternyata itu tidak cukup.

“Saya merugi sekitar 40.000 dollar AS. Untung tidak sampai menjual rumah,” ungkap ayah dari Koh Byoung-seo (15) dan Koh Soo-min (13). Kedua anaknya itu adalah “representasi” Melayu-Indonesia-yang pertama lahir di Jakarta dan yang kedua lahir di Kuala Lumpur.

Meski berjalan sendiri dan harus merugi, Koh tidak jera. Ia bertekad tetap mempromosikan kebudayaan Indonesia dan mengabdikan hidupnya untuk Indonesia. Alasannya bersahaja, tetapi menyentuh. Katanya, “Sejak kuliah sampai sekarang saya berkecimpung dalam hal- hal yang berkaitan dengan Indonesia. Saya bisa menjadi seperti ini karena Indonesia.”

KOH yang lahir di Jeonju-ibu kota Provinsi Jeollabuk, 27 September 1957, menyelesaikan pendidikan kesarjanaannya di Jurusan Kajian Melayu-Indonesia HUFS pada tahun 1981. Dari situlah ia mulai berkenalan dengan karya kesusastraan Indonesia, terutama karya-karya sastrawan Pramoedya Ananta Toer.

Sebelum mengikuti wajib militer pada tahun 1983, Koh telah meraih gelar magister kesusastraan dari almamaternya, HUFS. Ia mengkaji novel Perburuan karangan Pramoedya.

“Ketika kuliah saya membaca sejumlah novel karya sastrawan Indonesia. Saya menyimpulkan bahwa novel-novel Pak Pram adalah karya kesusastraan Indonesia yang unggul dan berwibawa,” tuturnya.

Sejak itu ia terus mengkaji karya-karya Pramoedya, utamanya tetralogi Bumi Manusia (1980), Anak Semua Bangsa (1980), Jejak Langkah (1985), dan Rumah Kaca (1988). Tetralogi ini, menurut Koh, adalah karya novel sejarah Indonesia yang membawa wawasan baru.

Mengkaji karya-karya tersebut bagi Koh sama dengan membicarakan dan menganalisis dunia dan alam pemikiran Pramoedya.

“Seorang novelis tidak hanya menyajikan kehidupan, melainkan juga intuisi dan tafsiran tentang kehidupan,” jelas Koh, yang menulis novel Kampus-ei Star-del (Bintang-bintang di Kampus). Sejak diterbitkan tahun 1983 novel yang mengisahkan seorang pemuda yang lari dari wajib militer itu telah tujuh kali dicetak ulang.

Tahun 1986 Koh sempat mengajar setahun di HUFS sebelum menempuh S2 di Malaysia dalam bidang teater Malaysia modern.

Semangatnya yang semakin meluap- luap untuk mengkaji karya Pramoedya membawanya ke Indonesia pada tahun 1988. Akan tetapi, keinginannya menempuh S3 di Indonesia kandas. Ketika itu, tidak seorang pun yang berani menjadi pembimbingnya di tengah gencarnya pelarangan karya-karya Pramoedya di bawah rezim Soeharto.

Selama dua tahun di Jakarta, Koh mengumpulkan bahan-bahan kajian tentang Pramoedya, sambil mengajar pada Pusat Studi Korea di Universitas Nasional. “Pengumpulan bahan untuk S3 saya banyak dibantu oleh Pak HB Jassin dan Pak Pram sendiri. Mereka adalah dokumentator yang luar biasa,” ujarnya.

Ia berhasil meraih gelar doktor di Universiti Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia, pada tahun 1993. Disertasinya kemudian dibukukan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia dengan judul Pemikiran Pramoedya Ananta Toer dalam Novel-novel Mutakhirnya (1996). Ia sedang menjajaki kemungkinan buku tersebut diterbitkan dalam bahasa Indonesia. “Buku saya itu ada juga di rak buku Pak Pram,” kata Koh bangga.

WAJAH cerah Koh tiba-tiba meredup begitu ia mulai bercerita tentang perjalanan hidup Pramoedya pada masa Orde Baru yang penuh tekanan. Ia mengungkapkan, betapa Pemerintah Indonesia pada masa itu menempuh berbagai cara untuk menekan Pramoedya, mulai dari pelarangan karya-karyanya sampai upaya diplomatik yang dilancarkan agar Pramoedya tidak memenangi hadiah Nobel.

Beberapa kali Pramoedya masuk nominasi penerima hadiah Nobel untuk bidang kesusastraan, tetapi tidak pernah berhasil. Menurut Koh, “Itu berkat intervensi Pemerintah Indonesia melalui diplomatnya di luar negeri.”

Selembar copy surat yang dikirim seorang sastrawan Indonesia kepada HB Jassin pada tanggal 5 Januari 1990 menjadi pegangan Koh. Dalam surat tersebut, menurut Koh, sastrawan itu menceritakan pertemuannya dengan seorang diplomat yang secara tidak sengaja mengungkapkan bahwa Pramoedya tidak bisa mendapat hadiah Nobel adalah karena keberhasilan diplomasi Indonesia.

“Saya menceritakan apa yang saya ketahui ini berdasarkan hasil analisis dan penelitian saya sebagai seorang sarjana. Bukan sekadar sebagai seorang yang pro Pak Pram,” tambahnya.

Pada ujung percakapan dengan Kompas, Koh menuliskan tiga alamat surat elektroniknya. Salah satunya, $. Ia pun kembali tersenyum.

Sumber: http://www.indonesian.co.kr/board/bbs/board.php?bo_table=column&wr_id=66&page=13

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati