Senin, 19 September 2011

Ingatan Yang (Di)lupa

Salamet Wahedi
Jawa Pos, 11 sep 2011, judul "ingatan di sini, kekuasaan di sana"

Dalam bukunya, The Book of Laughter and Forgetting (1978), Kundera, pengarang Ceko yang tinggal di Paris, menuliskan paragraf terkenal: kini tahun 1971, dan Mirek mengatakan bahwa perjuangan manusia melawan kekuasaan adalah perjuangan manusia melawan lupa. Berpuluh tahun lamanya, ungkapan ini hanya sebagai ‘kata lain’ dari berbagai peristiwa kekuasaan yang tak pernah mengindahkan maksud dan tujuan awalnya. Bahkan, meminjam istilah ini, era reformasi yang didengungkan 1998 pun hanya sebatas usaha melawan kelupaan orde baru terhadap nilai-nilai UUD 1945 dan Pancasila yang dihambur-hamburkan. Lalu apa hubungan lupa dan kuasa? Kok seolah-olah keduanya memiliki kaitan yang kuat?

Inilah cerita yang menarik: Yukio Hatoyama, mantan Perdana Menteri Jepang, pada tahun 2010 terpaksa mengundurkan diri. Alasannya cukup sederhana: dia ingat, kalau dia –waktu kampanye pemilu- berjanji untuk ‘mengusir’ marinir AS Futenma dari pangkalan Oikinawa. Tapi setelah pemerintahannya berjalan sembilan bulan lamanya, marinir AS ternyata masih ongkang-ongkang kaki di Okinawa. Andai dia lupa dengan janjinya, mungkin 17 ribu orang dengan formasi rantai 13 kilometer, akan terus melawan kelupaannya. Sayangnya, Hatoyama ingat, dan merasa dirinya gagal. Karena gagal, ia memtuskan mengundurkan diri dari kursi empuk perdana menteri. Karena kekuasaan tidak lupa, maka tak perlu ada perlawanan berlarut-larut.

Lain lagi cerita tentang Si Pawang ular di sebuah arena pasar malam yang mati karena ‘lupa’. Awalnya dia ingat nasihat moyangnya: ular memiliki racun yang mematikan. Berusahalah ia menjinakkan ular tersebut. Atas usahanya ini, Si Pawang menjelma penguasa ular. Sayangnya kekuasaan yang puluhan tahun dijalaninya membuatnya lupa: ular tetaplah ular. Konon, di suatu pementasan: ular yang ‘dikuasainya’ dimasukkan dari mulutnya dan dikeluarkan lewat hidungnya. Adegan ini menghibur sekaligus penuh tantangan. Tapi karena Si Pawang sudah lupa, ia pun terlena. Pada satu pertunjukan Si Ular pun tidak keluar dari hidungnya. Si Ular lebih memilih masuk ke dalam kerongkongan Si Pawang dan menancapkan patukannya tepat di dalam dada Si Pawang. Tamatlah riwayat kekuasaan Si Pawang karena ‘lupa’.

Di era-SBY, kata-kata tokoh Mirek-nya Kundera di atas menemukan cerita konkret: saya minta kepada Bapak SBY jangan sakiti istri saya. Saya tidak akan ngomong apa-apa. Saya lupa semuanya, kata Nazaruddin. Entah benar atau tidak omongan Nazaruddin, tapi yang terjadi Nazaruddin memang ‘lupa’ tentang nyanyiannya. Beberapa waktu lalu, Nazaruddin lewat video skype mengungkapkan: bahwa banyak teman-teman sejawatnya di Partai Demokrat: Anas Urbaningrum, Andi Mallarangeng, ‘ibu-artis’ Angelina Sondakh, Mirwan Amir, ‘Putra-Mahkota’ Ibas, dan lainnya, merupakan para pemain sandiwara nomor wahid. Bersama mereka proyek-proyek penghisap uang negara lahir dan berjalan dengan santun. Tidak hanya itu, O.C. Kaligis yang beberapa waktu lalu sempat menemui Nazaruddin di Singapura, juga menegaskan: yang tersimpan dalam memori Nazaruddin sangat menyeramkan. Andai berapa persennya saja dibuka ke publik, Negara Kesatuan Republik Indonesia akan goncang. Mungkin lagu “Untuk Bumi Kita” tak akan sempat diperdengarkan di sela upacara bendera tujuh-belasan? Apalagi penghargaan untuk ibu Negara Ani Yudhoyono yang berjasa atas perannya sebagai ‘simbol-aplaus’ Presiden di berbagai acara, mungkin tak akan sempat disematkan.

Lupanya Nazaruddin pada nyanyiannya; pada orang-orang yang seharusnya menemaninya di Rutan Mako Brimob, bisa jadi karena Nazaruddin sudah mendapat salinan buku Kundera di atas. Dengan membaca buku itu, mungkin Nazaruddin sadar, ingatannya ternyata melawan kekuasaan. Mungkin ia juga sadar, presiden kita yang sekarang bukanlah Abdurrahman Wahid, atau Megawati, atau Habibie yang ‘rakyat-sipil’. Presiden kita sekarang yang dihadapinya alumni “korps-loreng”. Ia pun mungkin ingat cerita ‘mendebarkan’ Orde Baru yang juga dikomandoi alumni “korps-loreng”. So, Nazaruddin akhirnya sadar melawan kekuasaan, berarti mengancam keselamatan anak-istrinya. Ia pun memutuskan, menjadi pelupa adalah jalan terbaik untuk menyelamatkan semuanya. Mungkin setelah mengidap penyakit lupa, Nazaruddin berharap menjadi sakti lagi. Serupa Nunun Nurbaeti, yang pernah diisukan mengalami penyakit pikun akut, dan sampai sekarang belum tertangkap. Atau Nazaruddin juga berkeinginan menjadi tokoh Mirek, tapi dalam dongengan buku Cikeas dan mengatakan: cara terbaik menyelamatkan diri jadi ancaman kekuasaan adalah menjadi manusia pelupa.

Alangkah baiknya, untuk sekadar melupakan yang teringat, kita kembali membolak-balik kitab ramalan. Bukan karena apa, di kitab ramalan kita tidak akan mengalami lupa atau ingat, apalagi ingin berkuasa. Sebab semakin kita ‘mengingat’ semakin banyak ruang-ruang kosong yang semestinya kita isi dengan golak perlawanan. Apalagi para elite politik hari ini semakin gencar berakrobat: ada yang blusukan ke pasar-pasar rakyat; ada yang menggelar buka bersama; ada yang getol bersuara biarkan hukum yang memproses. Semua akrobat itu hanya satu tujuannya: agar kita semua lupa. Lupa akan yang kita ingat: Lapindo masih mengepul dan siap ngebor lagi; Century hangat-hangat tahi ayam; Gayus yang cengengesan diganjar tak sebanding akal bulusnya; dan tentunya Nazaruddin yang tiba-tiba jadi anak shaleh dan pendiam.

Sekali lagi, menerawang suasana dan kondisi Kundera menuliskan paragraf terkenalnya di atas, penulis mendapati wajah-wajah elite politik negeri ini yang suka berkelakar dan berbisik: di negeri ini, Anda –siapa pun dan di mana pun- jangan sok ingat. Ingatlah ala kadarnya, lalu lupakan secepatnya. Kalau tidak, Anda akan diingat sebagai orang yang memiliki penyakit pikun akut, dan akan dilupakan sebagai pengingat yang sia-sia. Sebab ini kekuasaan!

*) Salamet Wahedi, Lahir di Sumenep, 03 Mei 1984. Menulis puisi, cerpen, dan esai. Karya-karyanya pernah dipublikasikan di berbagai media, antara lain: Majalah Sastra Horison, Radar Madura, Suara Pembaruan, dan Batam Pos. Juga dalam beberapa antologi: Nemor Kara (antologi puisi Madura, Balai Bahasa Surabaya, 2006), Yaa-sin (antologi puisi santri Jawa Timur, Balai Bahasa Surabaya, 2007), dan lain-lain. Tinggal di di Lidah Wetan, Gang VI No. 24 Surabaya.
Sumber: http://www.facebook.com/notes/set-loka-atena/ingatan-yang-dilupa/10150379054397275

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati