Fikri. MS
http://sastra-indonesia.com/
“Sebenarnya apa yang kau tunggu di sini? Kuperhatikan sejak tadi kau sama sekali tak beranjak pergi hanya berdiri, duduk melipat kaki”
Lelaki itu mendekat.
“Ayolah beritahu aku mungkin ada sesuatu yang dapat kulakukan untukmu!”
Kutinggalkan ia beberapa langkah, mengganti bajuku yang kusam bau keringat, sementara ia masih diam.
“Kau …,tak bisa bicara ya!?” Aku bertambah bingung dengan lawan bicaraku ini.
“Baik kalau begitu, mungkin tenggorokanmu kering, kuambilkan segelas air putih. Tunggu sebentar, dan ingat bicaralah padaku!, Ada apa?”
Segelas air kuletakkan di hadapannya, ia merubah sikap kaki kanannya berganti memangku yang kiri, ia rogoh tas sandangnya mengambil sesuatu. Kupikir sesuatu yang penting, sebatang pena hitam ternyata. Ia mulai melukis tangan kirinya di antara telunjuk dan ibu jari. Lingkar melingkar dari bawah ke atas tak berurut, besar, kecil, lalu sedang tampak dari pandangan samping seperti proyeksi bidang datar. Lingkaran sedang dan kecil terhubung oleh dua garis yang berseberangan lurus ke bawah sedikit lengkung setiap ujungnya, di bagian tengah ia mulai menggoreskan penanya aku tak tahu apa, dan ternyata setangkai mawar setengah mekar berdaun tunggal yang ia gambar. Lingkar paling besar diarsir kasar serupa dengan piring. Aku langsung mengerti, ia menggambar sebuah gelas.
“Ada apa …!!!”
Aku terkejut mendengar ucapannya yang serak berteriak. “Oh … bicara juga akhirnya. Minumlah sedikit saja” Kataku.
“Aku tidak haus, aku tidak lapar, aku tidak sedang menunggu, dan aku sama sekali tidak tahu apa yang kau bicarakan dari tadi!, Kita tidak saling kenal, jadi tak usah sok akrab denganku. Aku tahu kau hanya pura-pura baik kan?. Alismu runcing ke atas.”
Ia menunjukku dengan bibirnya.
“Aku tahu kau bukan orang baik atau suci seperti segelas air putih ini. Pergi sajalah, ini tempatku sejak matamu mulai memperhatikanku.” Suaranya seperti menikamku.
“Hei …, memangnya kau pikir siapa dirimu?! Bicara seenaknya saja, sembarangan. “ Aku menyentak, ia diam.
Suaraku lebih keras menggelegar dan lebih kasar dari ucapanya. Aku sendiri merasa terkejut menghadapi apa yang tengah terjadi.
Sampai pecah gelas di atas meja dan segala perabotan yang lain pun mengalami hal yang sama. Semuanya seakan-akan runtuh dari tempatnya, meja bergetar patah terjungkit, televisi meletus asapnya mengepul memenuhi ruangan. Keadaan menjadi gelap dan bau plastik terbakar.
Tubuhku basah berkeringat dingin, kuraih air minum di atas meja. Nafasku masih memburu terengah. Lampu kamar kunyalakan sambil melepaskan kaos yang lembab, aku masih belum bisa mengingat apa yang baru saja terjadi yang terlintas hanya keasingan yang menyerangku dalam, dalam sekali. Jendela kamar kubuka separuh, angin malam masuk menderu kencang, daun jendela goyah tubuhku bertambah dingin menggigil segera kurapatkan kembali. Kududuki kursi rotan di samping ranjang, meluruskan kaki, kepalaku tengadah memandang langit-langit kamar.
***
“Bang …! Bang David …! Bangun, ada yang cari Bang, tamu!, Perempuan, katanya ada perlu. Bang, Bang …!”
David masih tertidur di kursi rotan, ia tak mendengar panggilan Nikita yang mau berangkat sekolah, hari ini upacara. Suaranya masih memanggil-manggil. Ketukan pintu yang bertambah keras tak juga mampu mengusik tidur Abangnya.
Gadis kecil itu kembali menemui tamu di teras.
“Kak, nanti siang saja kembali, Bang David masih tidur. Tadi malam ndak pulang. Nanti saya sampaikan kalau ada pesan?”
“Tidak usah Dik, terimakasih. Nanti siang saya ke sini lagi. Kamu mau berangkat ke sekolah, bareng?” Ujar tamu itu.
“Ndak usah Kak, dekat sini saja, jalan kaki sebentar sudah sampai”
Perempuan itu berlalu meninggalkan anak kecil berseragam merah putih yang masih berdiri dengan senyumnya yang kecil di ambang pintu.
“ Kenapa belum berangkat? Sudah hampir jam tujuh.”
Nikita menoleh ke belakang, David baru keluar dari kamarnya dengan handuk merah sambil berjalan ke dapur. Adiknya mengikuti.
“Barusan ada tamu cari Bang David, sudah kubangunkan tapi Abang ndak bangun-bangun”
“Siapa,? Kamu ndak Tanya namanya, ada titipan?
“Ndak, aku juga lupa tanyakan namanya. Cuma bilang nanti siang ke sini lagi.”
David tak begitu penasaran siapa yang mencarinya, ia masuk ke kamar mandi, sementara adiknya memasang sepatu.
Dari kamar mandi.
“Kita …! Ibu sudah berangkat?
“Iya, sudah dari tadi. Kata Ibu bawa kipas angin yang di ruang tamu ke tukang service dekat lorong masuk kampong, kalau Abang ndak bisa memperbaikinya!. Aku berangkat ya Bang. Assalamu’alaikum.”
Suara kran yang deras dari kamar mandi merampas seruan Nikita.
David berteriak-teriak mengumpat. Kran bocor, handuk merah yang melilit di pinggangnya basah terkena semprotan air.
Lelaki itu mengumpat geram.”sabar… sabar…” Batinnya.
Di dalam bak mulai terlihat ada keanehan, beberapa gelas bermunculan berwarna-warni tak teratur bertambah banyak semakin jelas. Hampir-hampir memenuhi seluruh bak. Hentakan keras terdengar beberapa kali dari daun pintu di sebelah kanannya padahal tak ada angin yang mendorongnya.
Ia tak begitu yakin dengan keadaan yang tengah terjadi.
Jumlah gelas kian banyak melebihi air yang memenuhinya, kamar mandi banjir airnya sampai keluar dari pembatas di bawah pintu antara dapur dan kamar mandi setinggi mata kaki, kepanikan semakin menjadi-jadi ketika jumlah gelas berlimpahan hingga bagian dasar kamar mandi telah dipenuhi oleh gelas yang bermacam-macam ukuran. Lelaki itu seperti mengalami serangan yang hebat. Ia tak bisa menggerakkan kaki kuatir terinjak. Teriakkannya bias oleh kran yang mengeluarkan suara yang garang.
Bertambah lagi, terus bertambah sudah sampai ke bagian paha, David tak tahu harus berbuat apa, ia terhimpit oleh rapatnya gelas. Air dari kran tiba-tiba berubah warna menjadi merah kental seperti darah luka, tubuhnya pun merah menjijikkan. David semakin bingung. Dan …
“Aaaaaaaakh …! Tolong …tolong … … …! Ki …! Niki … …!”
Tidak ada yang menyahut suaranya. Tak terdengar apa-apa.
Pintu kamar mandi seperti terkunci terhimpit oleh gelas yang sudah hampir ke dada, hanya tangan kiri yang masih menjunjung ke atas mengeras menahan sesak.
Ia masih berusaha sekuat tenaga melawan ancaman yang aneh ini, tetapi semakin ia meronta jumlah gelas bertambah banyak dan suara kran mengerang lebih keras lagi.
Sekarang gelas dan air sudah sampai ke batang lehernya, ia tak bisa bernafas dan bergerak. Serangan gelas dan air seakan-akan ingin membunuhnya secara perlahan. sampai seluruh kamar mandi penuh sesak dan David terkunci di dalamnya, penglihatannya menjadi gelap ia meronta-ronta memecahkan beberapa gelas yang tergesek, semakin kuat ia berontak bertambah banyak jumlah gelas yang pecah, tubuhnya terluka oleh pecahan beling. Ia mengaduh terasa nyeri di bagian perut dan paha sampai akhirnya pasrah tubuhnya lemas.
Saat itu juga ia seperti berpindah ke tempat yang empuk berbaring di atas sofa putih sambil memeluk guling. Baru sekejap ia merasakan suasana yang nyaman, saat itu juga ia kembali lagi berada di tengah himpitan gelas dan cairan merah. Kali ini mulutnya merecacau tak karuan.
“akh …, aaaaaaaaaaakhkhkhkhk … ….za za za ta ta ta ta … ghemmmmm mmmmmmh mh mh mh. Ampu… … … nnnnn … las las las… gelaaaaaaaaaaaaaaaa …ssss!
Tubuhnya bergerak lepas tak terkendali sambil tangannya memutar-mutar, menyikut kesegala arah. Kedua kakinya menerajang kuat tak terkendali dan tiba-tiba menyentuh sisi dipan yang keras ia terjungkal dari kursi rotan, kepalanya membentur kaki meja sesaat ia tak sadarkan diri.
Tergeletak di lantai.
Suasana masih mencekam penuh ancaman, tubuhnya menggeletar kedinginan disergap rasa takut, keringat bercucuran membasahi sekujur tubuh. Ia haus, mencoba bangkit meraih air minum, namun seketika terhenti. Segelas air putih yang diraihnya seperti dalam bayangan buruk yang selalu mengikuti, membuatnya merinding sejadi-jadinya. Ia marah membanting gelas ke lantai melemparkan apa yang ada di sekitarnya seperti menghajar habis-habisan sesosok mahluk gelas yang menghantuinya.
Hal yang menakutkan telah menjebaknya pada kecemasan yang tak tertandingi. Gila, David seperti gila dengan keadaan ini, ia tak tahu harus berbuat apa. Ia tak sadar sedang dalam keadaan yang bagaimana antara sadar atau tidak, ia tak mampu berimajinasi mengalihkan rasa takut yang memburu. Sampai akhirnya dari luar, terdengar seseorang memanggil, awalnya ia tak tahu tetapi telinganya meraba suara yang menyerunya dari luar.
“Bang …, Bang …, Bang Vid!” Ia sadar suara adiknya yang memanggil terburu-buru seperti penting sekali.
David bangkit berjalan terhuyung sambil memeganggi kepalanya yang terasa berat, membuka pintu perlahan. Ia kembali sontak dan bingung ternyata di luar banyak sekali orang yang tidak ia kenali, semuanya berpakaian serba aneh dan masing-masing memegangi gelas beling, salah seorang menggenggam telinga gelas yang sangat besar seukuran badan manusia. Ia banting daun pintu dikuncinya rapat. Nafasnya tak teratur, keringat dingin peluh di dahinya. Dibukanya lagi pintu perlahan ia mengintip. Masih banyak orang di luar. Mereka berpesta, berkejaran, menari-menari-melonjak-lonjak, sebagian ada yang duduk berbicara dengan suara yang sangat keras, mulut mereka mengucapkan kata-kata seperti berteriak. Tiba-tiba pandangannya menangkap seorang perempuan berambut pirang yang di jepit ke belakang seperti ekor kuda, wajah itu tak asing baginya, seorang perempuan yang menggambar gelas di tangan kirinya sendiri. Wajah itu begitu menakutkan, pandangan mereka beradu, saat yang sulit bagi David.
Ia merasa persembunyiannya diketahui oleh perempuan itu. Ia cambuk wajah David dengan alisnya yang tajam, hantaman mata perempuan itu membuat David terjungkal ke dalam kamar. Cepat-cepat Ia menutup rapat pintu, tubuhnya tersandar dan akhirnya jatuh terduduk dengan kaki yang menekuk lalu lurus kedua tangannya pun jatuh ke dasar.
***
Siang hari di rumah, suasana sepi. Nikita belum pulang dari sekolah, Ibu masih di pasar, jam di dinding menunjukkan pukul setengah sebelas pagi waktu yang terlambat untuk berangkat kerja. David belum mandi, ia masih menikmati acara televisi, berulang kali mengganti program tapi tak ada tontonan yang menarik, ia segera mengambil handuk menuju kamar mandi.
Langkahnya tiba-tiba terhenti, bayangan isi kamar mandi kembali menyeruak dalam pikirannya. Ia merasa takut untuk membuka pintu, rasa takut masih menggantung di benaknya.
Hati-hati, perlahan ia mengintip ke dalam kamar mandi, matanya mengamati seisi ruangan seksama.
Bersih tampak biasa tak ada yang aneh hanya air kran yang masih menyisakan tetes-tetes kecil menggelembung lalu jatuh. Jantungnya berdebar ia masuk ragu-rau, sebelum melepas handuk, memastikan terlebih dahulu bahwa tak ada gelas di dalam kamar mandi. Katup kran dibukanya pelan-pelan, air mengucur memenuhi bak mandi. Semuanya terasa baik-baik saja, aman. David segera melepas handuk menggantungnnya di tabir pintu, ia nikmati segarnya air dengan segenap keraguan, sekujur tubuh ia basahi sambil matanya tetap berjaga-jaga di sekitar. Tak begitu lama ia telah selesai dan kembali ke kamar.
Hal yang sama ia lakukan seperti memasuki kamar mandi, debaran jantungnya was-was awas terhadaap sekitar, pintu kamar terbuka ia masuk. Keadaan dalam kamar normal-normal saja tak ada sesuatu yang aneh atau bakal mengancamnya, hanya saja memang terlihat ada gelas di atas meja yang tinggal setengah air putih tersisa. Ia tak mau menatapnya lama-lama, sisa trauma masih menguntit.
Hanya saja hari ini ia bingung apa yang mau diperbuat, jam kerja sudah habis. Seperti biasa jika tak ada kesibukan David hanya di rumah sambil menunggu Ibu dan adiknya pulang.
Ia duduk santai sembari membaca buku di ruang tamu. Terdengar suara pintu di ketuk, ia bergegas menuju ambang, membukanya dan ternyata seorang perempuan berdiri di hadapannya.
“David?”
Perempuan itu menegaskan kalau yang sedang berdiri di hadapannya adalah orang yang ia cari.
Lelaki itu heran bercampur penasaran seperti mengenali wajah tamunya.
“Ada apa Mbak?”
Sesuatu yang dibungkus kantong plastik berwarna hitam diserahkan tamu itu kepadanya. Ia tak cukup mengerti.
“Siapa, ya? Em ……, maksudnya anda siapa dan apa ini …?” David sedikit ragu menerima bungkusan itu.
“Silahkan masuk Mbak”
Tapi perempuan itu menolak “Terima kasih, saya hanya mengantarkan titipan ini saja.”
Perempuan itu berlalu sementara David masih tak mengerti. Bungkusan plastik yang ia terima dengan ragu dibuka sambil menggosokkan kedua telapak tangannya. Ia masih ragu apa gerangan isi bungkusan ini. Keringat mulai muncul satu persatu berupa butiran-butiran kecil di dahi ia usap dengan lengannya sampai ke dagu.
Mulutnya menghirup udara dalam-dalam pipinya mengembungkempis. Terang saja ia sedikit takut sebab beberapa waktu yang lalu ia baru saja mengalami hal aneh dan menakutkan. Dengan segenap keberanian, perlahan ia buka bungkusan itu.
Seluruh tubuhnya menggeletar saat tahu ternyata isi titipan dari tamu yang tak dikenalinya itu adalah sebuah gelas bening yang berukiran setangkai mawar setengah mekar berdaun tunggal.
Seketika ia kembali teringat dengan peristiwa aneh yang ia alami, wajah perempuan itu melintas lagi berulangkali.
David terhenyak, ia ingat perempuan yang mengantarkan bingkisan ini adalah orang yang membawanya dalam mimpi buruk selama ini.
Gelas.
***
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Jumat, 16 September 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Azis Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.S. Laksana
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Malik
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adi Prasetyo
Afnan Malay
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Suyudi
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amalia Sulfana
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminullah HA Noor
Andari Karina Anom
Andi Nur Aminah
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Anindita S. Thayf
Anitya Wahdini
Anton Bae
Anton Kurnia
Anung Wendyartaka
Anwar Nuris
Anwari WMK
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arief Budiman
Ariel Heryanto
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Arifi Saiman
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
Ary Wibowo
AS Sumbawi
Asarpin
Asbari N. Krisna
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asti Musman
Atep Kurnia
Atih Ardiansyah
Aulia A Muhammad
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
B. Nawangga Putra
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bakdi Sumanto
Balada
Bale Aksara
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bedah Buku
Beni Setia
Benni Indo
Benny Arnas
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Buku Kritik Sastra
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Butet Kartaredjasa
Cahyo Junaedy
Cak Kandar
Caroline Damanik
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Saifullah
Cornelius Helmy Herlambang
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Sunendar
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Dante Alighieri
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Pramono
Delvi Yandra
Deni Andriana
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewey Setiawan
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hartati
Diana A.V. Sasa
Dianing Widya Yudhistira
Dina Jerphanion
Djadjat Sudradjat
Djasepudin
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Dwijo Maksum
E. M. Cioran
E. Syahputra
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Triono
Elisa Dwi Wardani
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endro Yuwanto
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Esai
Evi Idawati
F Dewi Ria Utari
F. Dewi Ria Utari
Fadlillah Malin Sutan Kayo
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Faruk HT
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fazabinal Alim
Fazar Muhardi
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Frans Ekodhanto
Fransiskus X. Taolin
Franz Kafka
Fuad Nawawi
Gabriel García Márquez
Gde Artawa
Geger Riyanto
Gendhotwukir
Gerakan Surah Buku (GSB)
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gunoto Saparie
Gusty Fahik
H. Rosihan Anwar
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Haris del Hakim
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hasyuda Abadi
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Herdiyan
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman Hasyim
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru Emka
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Humam S Chudori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Tito Sianipar
Ian Ahong Guruh
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IDG Windhu Sancaya
Iffah Nur Arifah
Ignas Kleden
Ignasius S. Roy Tei Seran
Ignatius Haryanto
Ignatius Liliek
Ika Karlina Idris
Ilham Khoiri
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah S. Pratidina
Indiar Manggara
Indra Tranggono
Indrian Koto
Insaf Albert Tarigan
Ipik Tanoyo
Irine Rakhmawati
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Norman
Istiqomatul Hayati
Iswara N Raditya
Iverdixon Tinungki
Iwan Gunadi
Iwan Nurdaya Djafar
Jadid Al Farisy
Jakob Sumardjo
Jamal D. Rahman
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jaya Suprana
Jean-Paul Sartre
JJ. Kusni
Joanito De Saojoao
Jodhi Yudono
John Js
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Ki Panji Kusmin
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Ko Hyeong Ryeol
Koh Young Hun
Komarudin
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Lenah Susianty
Leon Trotsky
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayani
Luhung Sapto Nugroho
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lusiana Indriasari
Lutfi Mardiansyah
M Syakir
M. Faizi
M. Fauzi Sukri
M. Mustafied
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
Made Wianta
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Majalah Budaya Jejak
Makmur Dimila
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Mariana Amiruddin
Martin Aleida
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Media Dunia Sastra
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
Melani Budianta
Mezra E Pellondou
MG. Sungatno
Micky Hidayat
Mikael Johani
Mikhael Dua
Misbahus Surur
Moch Arif Makruf
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohamed Nasser Mohamed
Mohammad Takdir Ilahi
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyidin
Mujtahid
Munawir Aziz
Musa Asy’arie
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N. Mursidi
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naqib Najah
Narudin Pituin
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Neni Ridarineni
Nezar Patria
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Rastiti
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noval Jubbek
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Utami Sari’at Kurniati
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Obrolan
Odhy`s
Okta Adetya
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Otto Sukatno CR
Pablo Neruda
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Pertemuan Mahasiswa
Puji Santosa
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Rahmah Maulidia
Rahmi Hattani
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rambuana
Ramzah Dambul
Raudal Tanjung Banua
Redhitya Wempi Ansori
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Ria Febrina
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Richard Strauss
Rida K Liamsi
Riduan Situmorang
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Rina Mahfuzah Nst
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roland Barthes
Romi Zarman
Romo Jansen Boediantono
Rosidi
Ruslani
S Prana Dharmasta
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Müller
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Saiful Amin Ghofur
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Madany Syani
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sem Purba
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siti Mugi Rahayu
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Sohifur Ridho’i
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Sri Rominah
Sri Wintala Achmad
St. Sularto
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Sudarmoko
Sudaryono
Sudirman
Sugeng Satya Dharma
Suhadi
Sujiwo Tedjo
Sukar
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susilowati
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Buyil
Syaifuddin Gani
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Usman Awang
UU Hamidy
Vinc. Kristianto Batuadji
Vladimir I. Braginsky
W.S. Rendra
Wahib Muthalib
Wahyu Utomo
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weni Suryandari
Wiko Antoni
Wina Karnie
Winarta Adisubrata
Wiwik Widayaningtias
Yanto le Honzo
Yanuar Widodo
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yudhis M. Burhanudin
Yukio Mishima
Yulhasni
Yuli
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusmar Yusuf
Yusri Fajar
Yuswinardi
Yuval Noah Harari
Zaki Zubaidi
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zen Rachmat Sugito
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar