Mahmud Jauhari Ali
Koran Radar Banjarmasin 28 Sep 2008
“Coba kamu lihat kakekmu dari tadi duduk di ruang tamu! Ajaklah kakekmu Sayang makan kue bersama kita di sini!” perintah bu Hari kepada Erni dengan lembut.
“Baik Nek.”, Erni pun mengiyakan perintah neneknya itu.
Didekatinya seorang lelaki tua yang sedang memandangi pintu pagar rumah mereka.
“Kek! Ayo kita makan kue bersama dengan nenek!” pinta Erni kepada Kakek dengan ramah.
“Ayo! Siapa takut?” tantang kakeknya dengan bercanda dan mereka pun menuju ke arah bu Hari yang sedang makan kue buatan beliau sendiri.
“Sini Kek kita makan kue bersama!” kata bu Hari kepada suami tercintanya itu.
Kakek Erni itu pun makan bersama istri dan cucu beliau. Mereka terlihat sangat akrab di hari kemenangan yang suci tahun ini. Sesekali bu Hari membuat Erni tertawa karena cerita beliau yang lucu. Kakek Erni pun ikut tertawa kecil melihat cucu beliau yang bahagia mendengarkan cerita dari bibir istri beliau yang berparas cantik itu.
***
Kakek Erni biasa disapa dengan pak Bakran oleh masyarakat di sekitar rumah mereka. Nama lengkap beliau cukup panjang, yakni Muhammad Bakran Husaini Shaleh. Beliau dahulu menjabat sebagai camat dan kini beliau sudah pensiun. Sejak pulang dari masjid melaksanakan salat Idul Fitri dan bermaaf-maafan dengan jamaah lainnya di sana, beliau duduk sendiri di ruang tamu rumah beliau.
“Ada apa dengan lebaran tahun ini? Lebaran yang sedang kuhadapi kali ini sungguh membuat hatiku sedih. Mereka belum juga ada yang menyambangi rumahku ini. Sudah terasa panas pantatku menunggu mereka.”, pak Bakran berkata dalam hati beliau dengan raut muka yang sedih.
Dahulu saat beliau masih menjabat sebagai camat, banyak bawahan beliau yang bertamu dan dan meminta maaf di ruang tamu rumah beliau. Seakan hanya bawahan beliau yang mempunyai kesalahan kepada beliau. Entah apa niat mereka itu sebenarnya juga tidak pernah dipikirkan oleh pak Bakran. Pemandangan ini sering terjadi di negara kita. Tidak sedikit bawahan dari pejabat di sebuah instansi yang mendatangi pejabat mereka saat hari lebaran. Namun, jarang sekali atau hampir tidak ada pejabat yang menyambangi rumah bawahannya saat hari kemenangan yang fitri itu tiba.
Beberapa tahun sebelumnya memang secara berturut-turut lebih kurang setengah jam setelah salat Idul Fitri sudah ada bawahan beliau yang datang di rumah beliau. Mereka biasaya datang dengan membawa bingkisan dengan beragam isi. Pak Bakran selalu menerima bingkisan mereka tanpa berprasangka buruk terhadap hal itu. Akan tetapi, hari ini berbeda daripada tahun-tahun sebelumnya. Sudah dua jam beliau menanti kedatangan mantan bawahan-bawahan beliau, tetapi belum ada juga mereka datang menyambangi rumah beliau.
“Pak Udin, pak Dayat, bu Mira, ada di mana kalian saat ini? Aku mengharapkan kehadiran kalian di sini. Apa kalian sudah melupakanku? Aku memang sudah pensiun dan bukan siapa-siapa lagi bagi kalian…. Astagfirullah! Ya Allah ampuni aku yang sudah berprasangka buruk kepada meraka!” ucap pak Bakran dalam hati beliau yang sedang sedih dan kecewa.
“Kek, mengapa melamun?” tanya istri beliau. “Pada hari kemenangan yang bahagia ini sebaiknya kakek jangan melamun!” tambah istri beliau.
Belum lagi pak Bakran bicara, Erni bertanya,
“Kakek tadi melamunkan apa?”
“Ah kakek tidak melamun. Tadi kakek hanya berpikir, mengapa lebaran kali ini belum ada satu pun mantan anak buah kakek datang bertamu di rumah kita….”, jawab pak Bakran kepada istri dan cucu beliau.
“Mungkin mereka sedang sakit perut Kek.”, kata Erni sambil tertawa kecil.
“Kata Erni ada benarnya Kek. Mungkin di antara mereka ada yang sedang sakit. Sebagiannya lagi mungkin ada kesibukan lain.”, bu Hari mencoba menenangkan hati suaminya agar suami tercintanya terhindar dari prasangka buruk.
Pak Bakran sedikit tenang dan beliau pun melanjutkan makan kue bersama istri dan cucu beliau di ruang santai sambil menonton acara televisi.
***
Setelah waktu salat Juhur berlalu satu jam, pak Bakran kedatangan tamu dari tempat yang jauh. Pak Zaki sekeluarga sengaja datang dari tempat yang jauhnya 30 kilometer hanya untuk bermaaf-maafan dengan pak Bakran. Keduanya adalah kakak beradik. Pak Bakran merupakan kakak kandung pak Zaki.
“Assalamu’alaikum!” sapa pak Zaki saat berada di depan pintu rumah pak Bakran.
“Wa’alaikumussalam!” sahut pak Bakran dari dalam rumah. “Ayo semuanya masuk ke sini!” pinta pak Bakran.
“Sudah berapa tamu yang telah datang di rumah ini Kak?” tanya pak Zaki kepada kakak kandungnya.
“Kamu mungkin terkejut jika kuberi tahu jumlah tamu yang sudah datang di sini hari ini.” Kata pak Bakran. “Jumlah tamu lebaran hari ini jauh berbeda dengan jumlah tamu saat hari lebaran tahun-tahun sebelumnya”, tambah pak bakran.
“Tambah banyak ya Kek jumlah tamunya?” tanya cucu pak Zaki yang bernama Rumi.
Pak Bakran menghela nafas sejenak mendengar pertanyaan cucu saudaranya itu.
“Tidak bertambah banyak Sayang, tetapi baru kalian yang datang.”, ucap Pak Bakran dengan nada sedih.
“Sudah kuduga seperti itu. Dugaanku berdasarkan fakta yang sudah terjadi. Sudah menjadi kenyataan pejabat didatangi dan diberi bingkisan oleh para bawahannya saat ia masih memiliki jabatan itu. Akan tetapi, sebaliknya, ia tidak akan dikunjungi apalagi diberi bingkisan oleh seluruh mantan bawahannya saat ia sudah pensiun atau turun jabatan. Kalau pun ada, hanya satu atau dua orang yang masih mau melakukannya secara ikhlas. ”, pak Zaki mengungkapkan unek-uneknya kepada Pak Bakran.
“Sabar ya Kek!” kata bu Hari menenangkan hati suami beliau.
Pak Bakran pun bertambah kecewa dan sedih karena kata-kata adik beliau memang ada benarnya dan baru saja beliau alami keadaan seperti itu. Prasangka buruk beliau pun semakin menjadi kuat terhadap para mantan bawahan beliau.
***
“Inikah balasan dari orang-orang yang dulu pernah mendapatkan kebaikan dariku kepadaku ya Allah? Dahulu aku begitu dihormati dan disanjung oleh setiap bawahanku. Kini, mereka sudah menampakkan wajah asli mereka kepadaku. Biarlah, hari ini aku berprasangka buruk kepada mereka karena hatiku ingin berkata demikian. Aku sadar ini adalah hukumanku dari-Mu karena dahulu saat Kau angkat derajadku, aku malah tidak bersyukur kepada-Mu. Ampuni aku ya Allah karena dahulu aku tidak pernah bersyukur kepada-Mu atas nikmat berupa tamu yang melimpah di rumah pemberian-Mu ini!” ucap pak Bakran dalam doa beliau setelah salat Asar.
Setelah menunaikan salat Asar dan berdoa, beliau duduk sendiri di teras depan sambil memandangi barisan semut yang berduyun-duyun dengan teratur. Sambil duduk, beliau pun berkata dalam hati,
“Aku iri dengan semut-semut yang begitu akrab di hari yang suci ini. Aku manusia, tetapi tidak dapat seakrab itu dengan para mantan bawahanku di hari yang suci ini setelah aku pensiun…. Sungguh aku malu kepada diriku sendiri. Aku mantan pemimpin yang gagal. Pemimpin yang sukses selalu dikenang para bawahannya dan juga rakyat banyak seperti pahlawan kemerdekaan, bukan seperti diriku ini yang telah mereka lupakan.”
“Ah! Ada apa denganku? Seharusnya aku bersyukur sudah diberi Allah swt nikmat kehidupan yang masih kurasakan pada hari ini. Banyak kerabatku yang sudah tidak dapat menikmati indahnya lebaran seperti diriku. Walaupun bawahan-bawahanku tidak datang, aku masih memiliki para tetangga dan keluarga yang menyayangiku. Aku masih ingat begitu baiknya sikap mereka di masjid tadi kepadaku. Astaghfirullah! Astaghfirullah!”, ucap pak Bakran dalam hati.
“Kek! Memang terasa nyaman ternyata duduk di sini. Udaranya sejuk dan bersih dari polusi.”, ucap bu Hari sambil membawakan secangkir kopi hangat untuk pak Bakran.
Mereka terlibat dalam perbincangan yang hangat. Kadang-kadang mereka tertawa dengan hal yang mereka perbincangkan. Waktu pun tidak terasa berlalu oleh mereka hingga petang menjelang di hadapan mereka. Dengan segera mereka pun masuk ke rumah yang sudah lama mereka diami itu.
***
“Assalamu’alaikum! Assalamu’alaikum!” seorang lelaki muda mengucapkan salam dari luar halaman rumah pak Bakran keesokan harinya.
Wa’alaikumussalam! suara pak Bakran dari dalam rumah didengar pemuda itu.
“Selamat Idul Fitri dan mohon maaf lahir dan batin ya Pak!” seru pemuda itu.
“Ternyata kamu Din yang datang. Terima kasih banyak Din atas kedatangan dan ucapan selamat Idul Fitri darimu.”, kata pak Bakran dengan raut muka yang cerah kepada Syamsudin.
“Bagaimana kabar Bapak?”
“Kabar Bapak baik, tetapi saat ini Bapak masih bingung karena dari hari kemarin hanya kamu mantan bawahan Bapak yang datang di rumah ini. Untunglah saat ini ada kamu yang bertamu di rumah Bapak.”
“Benarkah Pak baru saya yang datang menyambangi rumah Bapak ini? Jujur saya kurang percaya dengan kata-kata Bapak tadi.”
“Ini adalah kenyataannya bahwa lebaran tahun ini sangat berbeda dengan lebaran tahun-tahun sebelumnya. Bapak hanya dapat memaklumi keadaan ini karena pensiunan seperti Bapak ini tidak pantas mengharapkan tamu yang banyak.”
“Saya ikut prihatin atas nasib yang sedang Bapak alami saat ini. Semoga kedatangan saya dapat menghibur hati Bapak.”
Pak Bakran memang sedikit terhibur dengan kedantangan Saymsudin di rumah Beliau. Mereka berbincang cukup lama. Sungguh, pak Bakran tidak menyangka kalau tahun ini keadaannya berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Beliau hanya berusaha untuk memaklumi keadaan yang sedang beliau alami dan mencoba untuk tetap bahagia di hari yang fitri.
“Ya Allah kali ini aku bersyukur kepada-Mu karena telah Kauberikan tamu untukku. Jika Engkau masih mengizinkanku berharap sesuatu yang lain, aku hanya berharap para pejabat sekarang tidak mengalami nasib yang serupa denganku saat mereka telah pensiun nanti. Aku juga memohon kepada-Mu jadikanlah para pejabat di negara ini dapat menjadi pemimpin-pemimpin sukses yang dapat menyejahterakan bawahan-bawahan mereka dan terutama rakyat di negara ini. Dengan demikian, mereka tetap dikenang oleh para bawahan mereka saat menjalani masa pensiun, bahkan hingga berpulang kepada-Mu!” ucap pak Bakran sambil meneteskan air mata setelah selesai salat Juhur.
Pak Bakran pun bangkit dan berjalan menapaki kehidupan beliau dengan kesabaran dan rasa syukur kepada-Nya bersama para keluarga dan masyarakat di sekitar beliau.
***
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Azis Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.S. Laksana
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Malik
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adi Prasetyo
Afnan Malay
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Suyudi
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amalia Sulfana
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminullah HA Noor
Andari Karina Anom
Andi Nur Aminah
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Anindita S. Thayf
Anitya Wahdini
Anton Bae
Anton Kurnia
Anung Wendyartaka
Anwar Nuris
Anwari WMK
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arief Budiman
Ariel Heryanto
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Arifi Saiman
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
Ary Wibowo
AS Sumbawi
Asarpin
Asbari N. Krisna
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asti Musman
Atep Kurnia
Atih Ardiansyah
Aulia A Muhammad
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
B. Nawangga Putra
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bakdi Sumanto
Balada
Bale Aksara
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bedah Buku
Beni Setia
Benni Indo
Benny Arnas
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Buku Kritik Sastra
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Butet Kartaredjasa
Cahyo Junaedy
Cak Kandar
Caroline Damanik
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Saifullah
Cornelius Helmy Herlambang
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Sunendar
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Dante Alighieri
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Pramono
Delvi Yandra
Deni Andriana
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewey Setiawan
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hartati
Diana A.V. Sasa
Dianing Widya Yudhistira
Dina Jerphanion
Djadjat Sudradjat
Djasepudin
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Dwijo Maksum
E. M. Cioran
E. Syahputra
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Triono
Elisa Dwi Wardani
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endro Yuwanto
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Esai
Evi Idawati
F Dewi Ria Utari
F. Dewi Ria Utari
Fadlillah Malin Sutan Kayo
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Faruk HT
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fazabinal Alim
Fazar Muhardi
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Frans Ekodhanto
Fransiskus X. Taolin
Franz Kafka
Fuad Nawawi
Gabriel García Márquez
Gde Artawa
Geger Riyanto
Gendhotwukir
Gerakan Surah Buku (GSB)
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gunoto Saparie
Gusty Fahik
H. Rosihan Anwar
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Haris del Hakim
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hasyuda Abadi
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Herdiyan
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman Hasyim
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru Emka
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Humam S Chudori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Tito Sianipar
Ian Ahong Guruh
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IDG Windhu Sancaya
Iffah Nur Arifah
Ignas Kleden
Ignasius S. Roy Tei Seran
Ignatius Haryanto
Ignatius Liliek
Ika Karlina Idris
Ilham Khoiri
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah S. Pratidina
Indiar Manggara
Indra Tranggono
Indrian Koto
Insaf Albert Tarigan
Ipik Tanoyo
Irine Rakhmawati
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Norman
Istiqomatul Hayati
Iswara N Raditya
Iverdixon Tinungki
Iwan Gunadi
Iwan Nurdaya Djafar
Jadid Al Farisy
Jakob Sumardjo
Jamal D. Rahman
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jaya Suprana
Jean-Paul Sartre
JJ. Kusni
Joanito De Saojoao
Jodhi Yudono
John Js
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Ki Panji Kusmin
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Ko Hyeong Ryeol
Koh Young Hun
Komarudin
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Lenah Susianty
Leon Trotsky
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayani
Luhung Sapto Nugroho
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lusiana Indriasari
Lutfi Mardiansyah
M Syakir
M. Faizi
M. Fauzi Sukri
M. Mustafied
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
Made Wianta
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Majalah Budaya Jejak
Makmur Dimila
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Mariana Amiruddin
Martin Aleida
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Media Dunia Sastra
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
Melani Budianta
Mezra E Pellondou
MG. Sungatno
Micky Hidayat
Mikael Johani
Mikhael Dua
Misbahus Surur
Moch Arif Makruf
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohamed Nasser Mohamed
Mohammad Takdir Ilahi
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyidin
Mujtahid
Munawir Aziz
Musa Asy’arie
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N. Mursidi
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naqib Najah
Narudin Pituin
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Neni Ridarineni
Nezar Patria
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Rastiti
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noval Jubbek
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Utami Sari’at Kurniati
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Obrolan
Odhy`s
Okta Adetya
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Otto Sukatno CR
Pablo Neruda
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Pertemuan Mahasiswa
Puji Santosa
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Rahmah Maulidia
Rahmi Hattani
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rambuana
Ramzah Dambul
Raudal Tanjung Banua
Redhitya Wempi Ansori
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Ria Febrina
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Richard Strauss
Rida K Liamsi
Riduan Situmorang
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Rina Mahfuzah Nst
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roland Barthes
Romi Zarman
Romo Jansen Boediantono
Rosidi
Ruslani
S Prana Dharmasta
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Müller
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Saiful Amin Ghofur
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Madany Syani
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sem Purba
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siti Mugi Rahayu
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Sohifur Ridho’i
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Sri Rominah
Sri Wintala Achmad
St. Sularto
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Sudarmoko
Sudaryono
Sudirman
Sugeng Satya Dharma
Suhadi
Sujiwo Tedjo
Sukar
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susilowati
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Buyil
Syaifuddin Gani
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Usman Awang
UU Hamidy
Vinc. Kristianto Batuadji
Vladimir I. Braginsky
W.S. Rendra
Wahib Muthalib
Wahyu Utomo
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weni Suryandari
Wiko Antoni
Wina Karnie
Winarta Adisubrata
Wiwik Widayaningtias
Yanto le Honzo
Yanuar Widodo
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yudhis M. Burhanudin
Yukio Mishima
Yulhasni
Yuli
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusmar Yusuf
Yusri Fajar
Yuswinardi
Yuval Noah Harari
Zaki Zubaidi
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zen Rachmat Sugito
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar