Denny Mizhar**
http://sastra-indonesia.com/
“Hanya ada satu kata: Lawan!”
Penggalan Sajak di atas mengingatkan saya pada sosok Wiji Thukul, seniman progresif yang hingga kini masih menjadi misteri di mana keberadaanya. Sajaknya yang berjudul “Tentang Gerakan” tersebut melegenda. Tidak hanya Thukul tapi ada 12 orang lainya yang hilang yakni Yani Afrie, Sony, Herman Hendrawan, DediHamdun, Noval Alkatiri, Ismail, Suyat, Petrus Bima Anugrah, Ucok MunandarSiahaan, Hendra Hambali, Yadin Muhidin, dan Abdun Nase (3 Desember 2008, Direktorat Informasi Dan Media). Tetapi di kalangan seniman atau sastrawan yang terkenal adalah Wiji Thukul karena telah banyak menciptakan puisi-puisi perlawanan. Inspirasi yang didapat dari pembacaan realitas di sekitarnya juga kondisi politik pada zamannya. Sikap kritis dan keikutsertaan pada organisasi yang menentang pemeritahan pada zaman orde baru membuat mereka hidup tidak nyaman, dikejar-kejar, disiksa hingga dihilangkan dengan paksa.
Persoalan penghilangan orang masih menjadi PR bagi bangsa Indonesia, sebab hingga kini kasus HAM, penghilangan orang masih belum menemui jawabannya, siapa dalang dan pelaku di balik penghilangan paksa tersebut. Bahkan seakan-akan dibiarkan mengambang. Dapat diamati pada kasus Munir aktivis HAM dari Kota Batu.
Berdekatan dengan Kota Munir. Tepat pada tanggal 24 September 1973 di Malang, Petrus Bima Anugrah lahir dari pasangan Misiati dan Dionyus Utomo Rahardjo. Bimped pangilan yang diberikannya oleh teman-temannya, memang tidak seterkenal Whiji Thukul dalam dunia sastra Indonesia. Tetapi jika kita melihat kehidupanya yang tak tampak teryata banyak juga tulisan-tulisannya yang “nyastra”. Bahkan sejak SMA Bimpet sudah menulis keresahan dan pandangan hidupnya. Hal tersebut terdapat pada kaos olaraga yang awalnya sama keluarganya dijadikan kain pembersih motor ternyata terdapat kata-kata yang puitis.
“Bapakku bilang jadilah anak baik, ibuku bilang jadilah anak saleh, kakakku bilang, lindungi teman-temanmu. Mungkin aku adalah satu di antara seribu anak negeri yang disusui oleh caci maki. Dibesarkan dalam kandang sapi, diasuh oleh mantri. Karena aku anak-anak zaman, zaman di mana hati nurani hanyalah robot tanpa gigi” (Dokumentasi Keluarga Bima)
Tulisan Bimpet tersebut adalah “nyastra”: ada diksi, metafora, dan nilai kemanusiaan atau upaya kritik terhadap kemanusiaan. Sastra mensyaratkan persoalan kehidupan kemanusiaan. Hal tersebut telah dilakukan oleh Bimped ketika masih duduk di SMA. Tentu tidak hanya di kaos olahraga yang berwarna biru itu saja tulisan-tulisannya dapat di lacak. Munkin saja dibuku-buku pelajan atau media-media lainya. Bimped juga menulis surat pada Ibunya semasa kepindahannya di Jakarta.
“Meskipun Bima enggak menjelaskan pun, ibu sudah tahu kalau Bima memang sayang sama ibu. Tidak biasa bagi adat Jawa kita mengungkapkan perasaan sayang itu kepada seseorang, lebih-lebih orang tuanya. Bagi adat Jawa, terbatas sekali. Rasa pekewuh, takut salah, lebih mendominasi ekspresi anak……Ada saatnya yang tepat untuk mengungkapkan perasaan sayang kepada seorang ibu. Mungkin, saat-saat seperti ini yang cocok bagi Bima untuk bilang sayang sama ibu. Hingga suatu saat yang lain pun demikian keadaanya.” (Dokumentasi Keluarga Bima)
Penggalan surat tersebut, memberi gambaran akan kritik terhadap budaya feodal. Tradisi yang harus selalu tunduk pada orang tua, atasan, pimpinan dan tidak boleh membantah walaupun orang tua , atasan, pimpinan tersebut salah. Hal tersebut pada zaman orde baru sangat lumrah dilakukan oleh para orang tua, atasan atau pimpinan. Sehingga ada jarak, hingga membuat daya kritis melemah. Kalaupun berani melawan, pasti dapat teguran atau peringatan bahwa apa yang dilakukannya adalah salah dan tidak etis. Tetapi Bimpet mengutarakan pada Ibunya lewat surat tersebut, keinginannya adalah mendekatkan jarak antara anak dan Ibu.
Kekritisan Bimped dan untuk menjalani hidup tidak biasapun diutarakan pada Ibunya. Bahwa Ia tidak ingin menjalani hidup yang linier: lahir, hidup dan mati. Bimped ingin hidupnya memiliki makna. Hal tersebut yang menjadikannya tidak seperti mahasiswa kebanyakan. Hanya kuliah dan pulang ke kost, tetapi Bimped ingin melakukan hal-hal yang penting. Diantaranya keaktifan pada oragnisasi SMID (Solidaritas Mahasiswa Indonesia Untuk Demokrasi) dan PRD (Partai Rakyat Demokatik). Kesadaran Bimped untuk memperjuangkan demokarasi menyala-nyala di tengah-tengah bungkaman orde baru yang diktaktor yang akhirnya tumbang juga dengan menyisakan luka hingga kini belum sembuh.
Gambaran hidup yang akan ditempuh oleh Bimped dapat dilihat dalam penggalan surat berikut: “Bima enggak pengen jadi seperti kucing. Kucing itu dari lahir, bayi masih nyusu, belajar jalan, belajar cari makan, kemudian besar, kawin dan sesudah itu mati. Begitu terus. Manusia kan enggak cukup lahir, besar, kawin, dan mati begitu saja. Bima pengin lebih dari itu. Kebanyakan seorang anak diharapkan semenjak lahir, disusui, disekolahkan, kalo lulus diharapakan dapat kerja, hidup mapan, jadi orang baik-baik, kawin dan mati. Kalo hanya seperti itu saja, banyak contohnya. Dan itu sah-sah saja. Persoalannya, bagi Bima enggak cukup disitu saja persoalan hidup ini. Banyak yang jauh lebih penting,…” (Dokumnetsi Keluaga Bima)
Kebermaknaan untuk orang banyak, itulah yang dianggap Bimped banyak hal yang jauh lebih penting. Bimped tengah mengutarakan pada Ibunya “Bima pengen masa muda Bima betul-betul bermakna.” (Dokumentasi Keluaga Bima).
Bimped juga tidak hanya kritis, tetapi relegius. Kerelegiusannya dapat kita simak pada surat balasan yang ditujukan pada sobatnya yang ditulis ketika didalam penjara. Bimped mengingatkan pada kawannya bahwa kitab sucinya harus terus dibaca. Tentu Injil kitab sucinya karena agamanya adalah Kristen Katolik. “…Oh ya sobat ku, dari surat kau (yang panjang lebar itu) kemarin, ada satu hal yang cukup mengusik ketenangan dan mebuat aku merenung kembali (tentunya sebelum ketangkap) kata-kata kau dalam surat itu bikin aku selama 2 minggu cari refrensinya, ke sana ke mari cari-cari buku, baca dan berdiskusi dengan kawan-kawan dan masih juga belum ketemu, tapi suatu hari ketemu juga. Dimana? Di Injil sobatku, yang selama ini sering kita tinggalkan. Benar adanya, yang kamu tulis itu, sobatku. Bahwa kita melakukan tugas masing-masing karena kita MENCINTAI HIDUP!…” (AMIGOZ, Edisi 12/ Tahun IV/ September 1998). Kereligiusannya tampak juga pada puisi-puisi yang mengandung niali teologi pembebasan: Engkaulah Allah yang memihak orang melarat/ bukan pada orang yang gila harta Engkaulah Allah yang berdiri pada di sisi orang yang tertindas/ bukan pada orang yang gila kuasa/ Engkaulah Allah yang berbelas kasih pada orang yang hina/bukan pada orang yang gila hormat (Bapa Kami Yang Ada di Surga).
Pada peringatan kelahiran Bimped semoga menjadi momen mengenang pemuda-pemuda yang idealis dan semangat perlawanannya tak pernah padam hingga membawa perubahan pada bangsa. Maka patut kita kenang dalam sejarah bangsa Indonesia bukan malahan dihapus. Tidak hanya gerakan dan perlawanan patut dikenang. Tetapi cacatan-catatannya perlu dikaji kembali sebagai upaya pembacaan sastra perlawanan, sastra yang memihak, atau sastra pembebasan yang selalu memberikan inspirasi dan memberi daya dorong untuk bersikap kritis serta mengungkap realiatas yang tidak berpihak pada kemanusiaan. Semoga Bimped dan juga kawan-kawannya tenang dan bahagia di manapun berada, kasih Tuhan bersamanya.
*Tulisan ini di buat saat menjelang acara pelangi sastra malang [on stage] #4 dalam rangka memperingati ulang tahun Bimped.
**Pegiat Pelangi Sastra Malang
Malang, 24 September 2010
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Azis Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.S. Laksana
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Malik
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adi Prasetyo
Afnan Malay
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Suyudi
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amalia Sulfana
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminullah HA Noor
Andari Karina Anom
Andi Nur Aminah
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Anindita S. Thayf
Anitya Wahdini
Anton Bae
Anton Kurnia
Anung Wendyartaka
Anwar Nuris
Anwari WMK
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arief Budiman
Ariel Heryanto
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Arifi Saiman
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
Ary Wibowo
AS Sumbawi
Asarpin
Asbari N. Krisna
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asti Musman
Atep Kurnia
Atih Ardiansyah
Aulia A Muhammad
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
B. Nawangga Putra
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bakdi Sumanto
Balada
Bale Aksara
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bedah Buku
Beni Setia
Benni Indo
Benny Arnas
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Buku Kritik Sastra
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Butet Kartaredjasa
Cahyo Junaedy
Cak Kandar
Caroline Damanik
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Saifullah
Cornelius Helmy Herlambang
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Sunendar
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Dante Alighieri
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Pramono
Delvi Yandra
Deni Andriana
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewey Setiawan
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hartati
Diana A.V. Sasa
Dianing Widya Yudhistira
Dina Jerphanion
Djadjat Sudradjat
Djasepudin
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Dwijo Maksum
E. M. Cioran
E. Syahputra
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Triono
Elisa Dwi Wardani
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endro Yuwanto
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Esai
Evi Idawati
F Dewi Ria Utari
F. Dewi Ria Utari
Fadlillah Malin Sutan Kayo
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Faruk HT
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fazabinal Alim
Fazar Muhardi
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Frans Ekodhanto
Fransiskus X. Taolin
Franz Kafka
Fuad Nawawi
Gabriel García Márquez
Gde Artawa
Geger Riyanto
Gendhotwukir
Gerakan Surah Buku (GSB)
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gunoto Saparie
Gusty Fahik
H. Rosihan Anwar
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Haris del Hakim
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hasyuda Abadi
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Herdiyan
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman Hasyim
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru Emka
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Humam S Chudori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Tito Sianipar
Ian Ahong Guruh
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IDG Windhu Sancaya
Iffah Nur Arifah
Ignas Kleden
Ignasius S. Roy Tei Seran
Ignatius Haryanto
Ignatius Liliek
Ika Karlina Idris
Ilham Khoiri
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah S. Pratidina
Indiar Manggara
Indra Tranggono
Indrian Koto
Insaf Albert Tarigan
Ipik Tanoyo
Irine Rakhmawati
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Norman
Istiqomatul Hayati
Iswara N Raditya
Iverdixon Tinungki
Iwan Gunadi
Iwan Nurdaya Djafar
Jadid Al Farisy
Jakob Sumardjo
Jamal D. Rahman
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jaya Suprana
Jean-Paul Sartre
JJ. Kusni
Joanito De Saojoao
Jodhi Yudono
John Js
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Ki Panji Kusmin
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Ko Hyeong Ryeol
Koh Young Hun
Komarudin
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Lenah Susianty
Leon Trotsky
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayani
Luhung Sapto Nugroho
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lusiana Indriasari
Lutfi Mardiansyah
M Syakir
M. Faizi
M. Fauzi Sukri
M. Mustafied
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
Made Wianta
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Majalah Budaya Jejak
Makmur Dimila
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Mariana Amiruddin
Martin Aleida
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Media Dunia Sastra
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
Melani Budianta
Mezra E Pellondou
MG. Sungatno
Micky Hidayat
Mikael Johani
Mikhael Dua
Misbahus Surur
Moch Arif Makruf
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohamed Nasser Mohamed
Mohammad Takdir Ilahi
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyidin
Mujtahid
Munawir Aziz
Musa Asy’arie
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N. Mursidi
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naqib Najah
Narudin Pituin
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Neni Ridarineni
Nezar Patria
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Rastiti
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noval Jubbek
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Utami Sari’at Kurniati
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Obrolan
Odhy`s
Okta Adetya
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Otto Sukatno CR
Pablo Neruda
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Pertemuan Mahasiswa
Puji Santosa
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Rahmah Maulidia
Rahmi Hattani
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rambuana
Ramzah Dambul
Raudal Tanjung Banua
Redhitya Wempi Ansori
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Ria Febrina
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Richard Strauss
Rida K Liamsi
Riduan Situmorang
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Rina Mahfuzah Nst
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roland Barthes
Romi Zarman
Romo Jansen Boediantono
Rosidi
Ruslani
S Prana Dharmasta
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Müller
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Saiful Amin Ghofur
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Madany Syani
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sem Purba
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siti Mugi Rahayu
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Sohifur Ridho’i
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Sri Rominah
Sri Wintala Achmad
St. Sularto
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Sudarmoko
Sudaryono
Sudirman
Sugeng Satya Dharma
Suhadi
Sujiwo Tedjo
Sukar
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susilowati
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Buyil
Syaifuddin Gani
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Usman Awang
UU Hamidy
Vinc. Kristianto Batuadji
Vladimir I. Braginsky
W.S. Rendra
Wahib Muthalib
Wahyu Utomo
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weni Suryandari
Wiko Antoni
Wina Karnie
Winarta Adisubrata
Wiwik Widayaningtias
Yanto le Honzo
Yanuar Widodo
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yudhis M. Burhanudin
Yukio Mishima
Yulhasni
Yuli
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusmar Yusuf
Yusri Fajar
Yuswinardi
Yuval Noah Harari
Zaki Zubaidi
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zen Rachmat Sugito
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar