Judul : Reading Matters: An Examination of Plurality of Meaning in Indonesian
Fiction 1980-1995 (Membaca, dan Membaca Lagi, [Re]interpretasi Fiksi Indonesia 1980-1995
Penulis : Pamela Allen
Penerjemah : Bakdi Soemanto
Penerbit : Indonesiatera, Magelang, Cetakan I, tahun 2004
Tebal : xxxii + 318 halaman
Peresensi: Nurhadi BW*
http://www2.kompas.com/
TIDAK banyak kritikus sastra Indonesia dari luar negeri. Kebanyakan kritikus yang jumlahnya sedikit itu adalah para pengamat Indonesia atau Indonesianis yang memfokuskan kajiannya tidak hanya pada sastra, tetapi juga terhadap budaya, sosial, ekonomi, juga politik Indonesia sebagai studi kawasan.
Indonesia sendiri bukanlah kesusastraan yang telah berumur tua. Kesusastraan ini lahir pada awal abad ke-20 atau akhir abad ke-19. Berbeda dengan kesusastraan Jawa yang jauh lebih tua dan banyak menjadi kajian kritikus asing, khususnya Belanda, sehingga nama semacam Zoetmulder (dengan Kalangwan-nya) yang telah lama menetap di Indonesia sudah menjadi bagian integral mengenai sastra Jawa.
Dalam sejumlah ensiklopedia mengenai kesusastraan dunia, kesusastraan Indonesia sering kali tidak dimasukkan atau dijadikan entri. Selain tradisi sastra Barat, sastra lain yang sering dijadikan entri, misalnya, sastra China, Jepang, India, Arab, dan Israel, bahkan terkadang malah Filipina.
Dari sedikit kritikus negara lain yang mengkaji kesusastraan Indonesia, yang paling terkenal tentu saja A Teeuw dari Belanda. Kemudian Claudine Salmon dari Perancis yang banyak mengkaji sastra Indonesia Tionghoa, atau Harry Aveling dan Keith Foulcher dari Australia. Selain itu, dapat disebut tokoh-tokoh lain semacam Henri Chambert-Loir, VI Braginsky, E Ulrich Kratz, Doris Jedamsky, dan Pamela Allen.
Pamela Allen adalah seorang dosen dan peneliti studi Indonesia, khususnya bidang bahasa dan sastra, dari University of Tasmania, Australia. Selain itu, Allen juga seorang penerjemah sastra, baik Indonesia-Inggris maupun Inggris-Indonesia, yang telah diterbitkan di sejumlah media massa seperti di The Jakarta Post dan Menagerie (Jakarta: Lontar). Pada pertengahan tahun lalu bukunya yang berasal dari disertasinya, Reading Matters: An Examination of Plurality of Meaning in Indonesian Fiction 1980-1995, yang diterjemahkan oleh Bakdi Soemanto menjadi Membaca, dan Membaca Lagi, [Re]interpretasi Fiksi Indonesia 1980-1995, diterbitkan di Indonesia.
Kajian Pamela Allen atas dua belas novel Indonesia periode waktu tersebut sebenarnya beranjak dari teori-teori respons-pembaca yang mutakhir, seperti kajian materialisme kultural, post-modern, dan post-kolonial. Kedua belas novel yang menjadi subyek kajian Allen adalah karya-karya tetralogi Pramoedya Ananta Toer (Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, Rumah Kaca), tiga novel Mangunwijaya (Burung-Burung Manyar, Durga Umayi, Burung-Burung Rantau), dan karya-karya Putu Wijaya (Sobat, Perang, Teror, Kroco, Byar Pet).
PADA landasan teorinya, Pamela Allen menguraikan relativitas makna dalam sebuah teks yang didasarkan pada sejumlah pendapat dalam kawasan teori respons-pembaca atau kekuatan-pembaca menurut istilah Belsey. Meskipun fokus dan posisi kritisnya bervariasi, menurut Allen, pendekatan-pendekatan dalam kritik sastra itu mempertanyakan obyektivitas teks tersebut. Dalam praktik itu, berarti penaksiran-kembali dan penataan-kembali peran pengarang, pembaca, dan teks tersebut dalam proses “menciptakan” suatu karya sastra. Kalau sebuah teks tertentu dulu dianggap sebagai satu produk dari pengarangnya, dan oleh karena itu dianggap penting dan menjadi “harta milik” pengarang itu; pendekatan kritis “kekuatan pembaca” akan menolak pendapat tentang pengarang sebagai penjaga makna dalam sebuah teks. Pendek kata, menurut Allen, teks itu bebas dari “tirani pengarang” (halaman 1).
Pada bagian ini Pamela Allen mengutip sejumlah tokoh yang mengkaji masalah interpretasi teks, mulai dari Hirsch, Juhl, Wimsatt dan Beardsley, Barthes, Derrida, Gibson, Riffaterre, Poulet, Jauss, Iser, Fish, dan kemudian memfokuskan kajian teorinya pada pemikiran tiga tokoh interpretasi yang lebih kemudian, yakni Eco, Belsey, dan Easthope.
Buku Membaca, dan Membaca Lagi ini terdiri atas enam bab: (1) Pokok-pokok Masalah dalam Interpretasi, (2) Kisah-kisah Nasion (I)-Realisme Sosial, (3) Kisah-kisah Nasion (II)-Neo Regionalisme, (4) Anti Intelektualisme: Alegori, Imaji, dan Sastra Teror, (5) Pembacaan Pasca-modernis, dan (6) Pembacaan Pasca-kolonial. Buku ini diawali dengan sebuah pengantar dari Prof Dr Benny Hoed, pengantar dari penulis, dan intisari, serta diakhiri dengan sebuah kesimpulan.
Dari hasil analisisnya, Allen menyatakan bahwa iklim sastra Indonesia pada periode 1980-1995 ditandai oleh perputaran perdebatan sastra, di antaranya yang paling umum adalah masalah seni berpihak dan kemungkinan universalisme dalam sastra, atau yang lebih dikenal dengan Polemik Sastra Kontekstual. Keterlibatan politik dalam sastra sering diutamakan dalam diskusi-diskusi sastra, baik dari sudut pandang pengaruh rezim politik kala itu terhadap tindakan penulisan kreatif itu sendiri, dan sampai di mana karya-karya individual seharusnya dibaca sebagai pernyataan politik. Yang berbaring di belakang perdebatan tersebut adalah tumbuhnya suatu sastra antirealis, yang menuntut tempatnya di samping realisme yang menjadi basis dari novel Indonesia periode modern.
Periode tersebut juga ditandai oleh minat yang direvitalisasi dalam tradisi regional. Ini digabungkan ke dalam pertunjukan teatrikal dan karya-karya sastra dalam cara-cara yang terkadang melayani kebutuhan pemerintah Orde Baru untuk keselarasan dan stabilitas yang justru merupakan tantangan pada kebijakan-kebijakan itu sendiri (halaman 251).
KETIGA penulis yang dibicarakan dalam buku Allen ini mewakili berbagai titik pada kontinum realis-antirealis dan kontinum nasionalis-neo-regionalis. Karya-karya Pramoedya jatuh persis pada ujung keduanya: realis dan nasionalis. Karya-karya Mangunwijaya mencerminkan realitas yang bisa dikenali-nasion Indonesia-yang menggabungkan beberapa unsur eksperimentasi, fantasi, dan tradisi wayang. Karya-karya Putu Wijaya, sebaliknya, merupakan antitesis dari tulisan Pramoedya: fantastik dan bersifat tidak langsung, dan Putu mencampur hal tersebut dengan pinjaman-pinjaman liberal dari tradisi Bali dan Jawa.
Meskipun neoregionalisme merupakan ciri yang penting dalam beberapa karya Putu Wijaya dan Mangunwijaya, mereka memasukkan wayang ke dalam karya mereka dalam cara-cara yang amat berbeda. Mangunwijaya merajut acuan dan analogi wayang ke dalam wacana yang sebagian besar realis, sementara Putu Wijaya mengambil lisensi besar sekali dengan Mahabarata dalam narasi-narasinya yang diskursif dan fantastik.
Berlawanan dengan hal tersebut, narasi “tetralogi Pulau Buru” Pramoedya tidak mengandung jejak tradisi regional seperti yang diambil Mangunwijaya dan Putu Wijaya. Tetralogi itu ditulis dalam tradisi realisme yang murni, dengan mencerminkan keterlibatan Pramoedya pada proyek modernis dan penolakannya terhadap banyak unsur kebudayaan regional “feodal” yang ia anggap bertentangan dengan kemajuan bangsanya (halaman 252).
Dalam novel-novel Pram, suara pengarang itu terdengar paling jelas dalam kisah-kisah ketika Minke bergelut melawan warisan Jawanya, khususnya pada bagian yang mengisahkan interaksi Minke dengan ibunya. Menurut Allen, penolakan Pramoedya terhadap warisan Jawanya jauh lebih tegas daripada penolakan Minke dan, oleh karena itu, ia sungguh-sungguh berselisih paham dengan Ngugi Wa Thiong’o yang menyatakan bahwa menolak bahasa-ibu seseorang akan menghapuskan identitas diri kultural orang tersebut. Pramoedya juga tidak akan menyetujui pernyataan Memmi tentang buruknya pendidikan kolonial; Pram malah bersyukur atas pendidikan Belanda yang ia terima.
Demikian pula dalam Burung-Burung Manyar, dalam konteks pembacaan post-kolonial, kita sering “mendengar” keyakinan Mangunwijaya bahwa dekolonisasi seharusnya merupakan proses menolak kolonisasi tanpa perlu menolak orang Belanda. Hibriditas Teto, tokoh utama Burung-Burung Manyar, merupakan pernyataan politik Mangunwijaya dan sumbangan pemikirannya terhadap kondisi “pasca-Indonesia” yang amat heterogen.
Novel-novel Putu Wijaya yang interogatif (dan justru tidak bersifat deklaratif atau imperatif) menampilkan suara pengarangnya yang hadir dalam bentuk yang lebih menengahi. Suara pengarang itu hadir karena memang diajukan Putu dalam novel-novelnya yang juga ia ajukan dalam esai dan wawancaranya guna mengerti makna dan keberadaan manusia (halaman 255).
Pembacaan Pamela Allen memang berangkat dari tiga model pembacaan: 1) materialisme kultural dari Raymond William, 2) pembacaan post-modern, dan 3) pembacaan post-kolonial. Dalam kajian teorinya, Allen mengemukakan sejumlah teori yang membebaskan teks dari pengarangnya; meski demikian, dia mengakui suara pengarang tidak dapat “dibungkam” dalam analisisnya ini. Dengan begitu, pembacaan atas karya-karya Pramoedya, Mangunwijaya, dan Putu Wijaya dalam konstelasi kesusastraan dan kondisi sosial politik Indonesia pada umumnya menjadi lebih lengkap dan menarik, apalagi dia orang Australia yang melihat Indonesia dari luar.
Kajian Allen terhadap ketiga karya pengarang besar pada periode akhir abad ke-20 itu merupakan suatu angin segar dalam kritik Indonesia, apalagi kritik sastra Indonesia telah kehilangan “Paus Kritik Sastra Indonesia” HB Jassin. Publikasi atas karya-karya ilmiah semacam disertasi ini merupakan hal yang positif sehingga publik dapat mengikuti perkembangan keilmuan, khususnya kritik sastra, sehingga tidak terkurung dalam menara gading perpustakaan yang hanya dapat dibaca di tempat dan dilarang untuk mengopinya. Juga termasuk terjemahan semacam ini yang turut menyemarakkan kritik sastra Indonesia.
*) Dosen FBS Universitas Negeri Yogyakarta, Kini Tengah Mengikuti Program S3 Sastra di UGM Yogyakarta.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Azis Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.S. Laksana
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Malik
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adi Prasetyo
Afnan Malay
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Suyudi
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amalia Sulfana
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminullah HA Noor
Andari Karina Anom
Andi Nur Aminah
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Anindita S. Thayf
Anitya Wahdini
Anton Bae
Anton Kurnia
Anung Wendyartaka
Anwar Nuris
Anwari WMK
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arief Budiman
Ariel Heryanto
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Arifi Saiman
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
Ary Wibowo
AS Sumbawi
Asarpin
Asbari N. Krisna
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asti Musman
Atep Kurnia
Atih Ardiansyah
Aulia A Muhammad
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
B. Nawangga Putra
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bakdi Sumanto
Balada
Bale Aksara
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bedah Buku
Beni Setia
Benni Indo
Benny Arnas
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Buku Kritik Sastra
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Butet Kartaredjasa
Cahyo Junaedy
Cak Kandar
Caroline Damanik
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Saifullah
Cornelius Helmy Herlambang
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Sunendar
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Dante Alighieri
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Pramono
Delvi Yandra
Deni Andriana
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewey Setiawan
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hartati
Diana A.V. Sasa
Dianing Widya Yudhistira
Dina Jerphanion
Djadjat Sudradjat
Djasepudin
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Dwijo Maksum
E. M. Cioran
E. Syahputra
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Triono
Elisa Dwi Wardani
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endro Yuwanto
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Esai
Evi Idawati
F Dewi Ria Utari
F. Dewi Ria Utari
Fadlillah Malin Sutan Kayo
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Faruk HT
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fazabinal Alim
Fazar Muhardi
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Frans Ekodhanto
Fransiskus X. Taolin
Franz Kafka
Fuad Nawawi
Gabriel GarcÃa Márquez
Gde Artawa
Geger Riyanto
Gendhotwukir
Gerakan Surah Buku (GSB)
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gunoto Saparie
Gusty Fahik
H. Rosihan Anwar
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Haris del Hakim
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hasyuda Abadi
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Herdiyan
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman Hasyim
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru Emka
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Humam S Chudori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Tito Sianipar
Ian Ahong Guruh
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IDG Windhu Sancaya
Iffah Nur Arifah
Ignas Kleden
Ignasius S. Roy Tei Seran
Ignatius Haryanto
Ignatius Liliek
Ika Karlina Idris
Ilham Khoiri
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah S. Pratidina
Indiar Manggara
Indra Tranggono
Indrian Koto
Insaf Albert Tarigan
Ipik Tanoyo
Irine Rakhmawati
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Norman
Istiqomatul Hayati
Iswara N Raditya
Iverdixon Tinungki
Iwan Gunadi
Iwan Nurdaya Djafar
Jadid Al Farisy
Jakob Sumardjo
Jamal D. Rahman
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jaya Suprana
Jean-Paul Sartre
JJ. Kusni
Joanito De Saojoao
Jodhi Yudono
John Js
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Ki Panji Kusmin
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Ko Hyeong Ryeol
Koh Young Hun
Komarudin
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Lenah Susianty
Leon Trotsky
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayani
Luhung Sapto Nugroho
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lusiana Indriasari
Lutfi Mardiansyah
M Syakir
M. Faizi
M. Fauzi Sukri
M. Mustafied
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
Made Wianta
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Majalah Budaya Jejak
Makmur Dimila
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Mariana Amiruddin
Martin Aleida
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Media Dunia Sastra
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
Melani Budianta
Mezra E Pellondou
MG. Sungatno
Micky Hidayat
Mikael Johani
Mikhael Dua
Misbahus Surur
Moch Arif Makruf
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohamed Nasser Mohamed
Mohammad Takdir Ilahi
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyidin
Mujtahid
Munawir Aziz
Musa Asy’arie
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N. Mursidi
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naqib Najah
Narudin Pituin
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Neni Ridarineni
Nezar Patria
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Rastiti
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noval Jubbek
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Utami Sari’at Kurniati
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Obrolan
Odhy`s
Okta Adetya
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Otto Sukatno CR
Pablo Neruda
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Pertemuan Mahasiswa
Puji Santosa
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Rahmah Maulidia
Rahmi Hattani
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rambuana
Ramzah Dambul
Raudal Tanjung Banua
Redhitya Wempi Ansori
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Ria Febrina
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Richard Strauss
Rida K Liamsi
Riduan Situmorang
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Rina Mahfuzah Nst
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roland Barthes
Romi Zarman
Romo Jansen Boediantono
Rosidi
Ruslani
S Prana Dharmasta
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Müller
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Saiful Amin Ghofur
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Madany Syani
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sem Purba
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siti Mugi Rahayu
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Sohifur Ridho’i
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Sri Rominah
Sri Wintala Achmad
St. Sularto
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Sudarmoko
Sudaryono
Sudirman
Sugeng Satya Dharma
Suhadi
Sujiwo Tedjo
Sukar
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susilowati
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Buyil
Syaifuddin Gani
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Usman Awang
UU Hamidy
Vinc. Kristianto Batuadji
Vladimir I. Braginsky
W.S. Rendra
Wahib Muthalib
Wahyu Utomo
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weni Suryandari
Wiko Antoni
Wina Karnie
Winarta Adisubrata
Wiwik Widayaningtias
Yanto le Honzo
Yanuar Widodo
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yudhis M. Burhanudin
Yukio Mishima
Yulhasni
Yuli
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusmar Yusuf
Yusri Fajar
Yuswinardi
Yuval Noah Harari
Zaki Zubaidi
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zen Rachmat Sugito
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar