Agus Himawan
http://kompas-cetak/
TS Eliot dalam Tradition and Individual Talent (The Sacret Wood, London: Methuen& Co, 1960) berseru, “Kritik yang jujur dan apresiatif diarahkan bukan kepada penyair, tetapi pada sajaknya. Jika kita memerhatikan omongan kacau para kritikus di koran serta desir ulangan populer yang menyusulnya, kita akan mendengar banyak nama penyair. Sedangkan jika kita mencari kenikmatan karya, kita akan jarang mendapatkannya.”
Jika kita lebih cermat memerhatikan perkembangan sastra lima tahun terakhir ini, bisa jadi seruan Eliot tersebut sampai kinilah yang terasa dalam sastra kita. Perkembangan kritik sastra jadi tak sebanding dengan banyaknya buku sastra yang diterbitkan.
Selain itu, tulisan esai kritik yang ada di media massa, pun makalah diskusi, sebagian besar kebanyakan hanya “mencatut” pelbagai ide besar ke dalam teks sastra sehingga bukannya jouissance kenikmatan tekstual yang muncul dari sebuah karya yang dibahas, melainkan sorotan “puja-puji” dalam bingkai “intelektual” yang dapat dikomoditaskan pihak tertentu (baca: penerbit) sebagai “penglaris”.
Akibatnya, kita sulit mencari kritik independen terlepas dari intervensi penerbit sebagai bagian dari jaringan sebuah media massa yang besar. Pun ketokohan pengarang selain banyak nama pengarang dan karya yang baik cenderung terluputkan karena perhatian umumnya kritikus dan media massa terpukau pada sosok biografi pengarang, bukan pada analisis karya yang dapat menunjukkan kenikmatan tekstual.
F Rahardi dalam Kompas, 23 April 2000, mengharapkan setelah meninggalnya “Paus Sastra” HB Jassin kondisi sastra dapat lebih sehat dengan tiada lagi figur tunggal yang dimitoskan sehingga membuat sastrawan tumbuh sendiri secara alami untuk mendapatkan pengakuan.
Sialnya harapannya tak begitu banyak dimanfaatkan pemawas sastra kita sehingga kritik sastra terkini selain tak bernyali, juga mudah dimanfaatkan sebagai “senandung pujian” (baca: “blurb” yang dicantumkan di sampul belakang buku atau esai untuk “kata pengantar”) dalam industri penerbitan buku. Tudingan lebih gawat krisis kritik sastra terjadi karena “politik sastra”, satu hal yang umumnya enggan diakui pemawas sastra kita.
Buku ini ditulis oleh Katrin Bandel, penulis kelahiran Wuppertal, Jerman, yang meraih gelar doktor dalam sastra Indonesia pada 2004 di Universitas Hamburg. Kehadiran buku ini tentunya menarik walau dapat pula menimbulkan sedikit rasa kecewa lantaran otokritik sastra yang bersih malah dihasilkan peneliti bukan dari Indonesia.
Pertanyaan mengusik, sebegitu gawatkah krisis kritik sastra kita yang independen sehingga setelah membaca buku ini telah memberi bukti beberapa pemawas sastra kita terjerembab arus sensasi media massa bak selebriti intelektual dengan melontarkan pujian berlebihan kepada beberapa penulis perempuan, tanpa disadari telah menghancurkan potensi yang menjanjikan?
Hal demikian dapat terbaca dalam Nayla: Potret Perempuan Pengarang sebagai Selebriti (hal 143) yang dengan kemunculan tiba-tiba karya Djenar Maesa Ayu sebagai “sastrawati” ternyata tak sebanding dengan pujiannya. Jika kita menghubungkannya dengan kemunculan pengarang perempuan lain, maka di mata Katrin selain pujian pada Djenar berlebihan, karya lain yang menggarap tema seks secara lebih bebas ternyata baru sampai pada pemaparan ide yang belum tuntas. Dalam tulisannya Katrin menyiapkan argumentasi meyakinkan dengan merujuk teori, membongkar kelemahan sehingga pujian yang terbetik di media massa atau dalam buku Djenar sendiri menjadi rontok.
Geliat sastra mutakhir dengan munculnya sastra internet yang pada awal kehadirannya dicibir sebagai tren sesaat seperti pernah disebutkan Hamsad Rangkuti di majalah Gatra, 18 November 2000, juga disinggung Katrin dalam “Karya Sastra sebagai Taman Bermain”. Di sini ia menyinggung antara diri pengarang dan alter-ego Dewi “Dee” Lestari dalam Supernova (2001) sehingga batas antara fiksi dan kenyataan menjadi bias. Uniknya hal tersebut bukan muncul dari bukunya sendiri, melainkan dari situs internet penerbit Supernova, yaitu truedee.com.
Esai menarik lainnya adalah Religiusitas dalam Novel Tiga Pengarang Perempuan Indonesia (hal 67) yang sedikit memberi bukti nyata masih ada potensi penulis perempuan mampu menulis tema lain bukan hanya sekadar seks yang terlalu digembar-gemborkan di media massa sebagai “pembaru”. Kondisi ini cukup berbahaya karena menimbulkan kesan seolah penulis perempuan, terutama setelah ramainya publikasi Djenar, hanya mampu menulis soal seks saja, padahal hal tersebut dibentuk industri kapital penerbitan buku sebagai tren.
Sastra klasik Indonesia juga tak luput dari amatan Katrin. Dalam Nyai Dasima dan Nyai Ontosoroh (hal 31) ia cukup tajam mengurai sejarah terjadinya “politik sastra” di masa jayanya penerbit Balai Pustaka sebagai institusi kolonial ternyata punya andil menggerus “Cerita Nyai” bahasa Melayu rendah akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 sebagai bacaan murahan tak layak dikategorikan dalam sastra.
Meskipun buku ini cukup berhasil sebagai otokritik sastra dari sudut pandang pengamat sastra berkebangsaan bukan Indonesia seperti yang dilakukan oleh A Teeuw, John H McGlynn, dan Harry Aveling, buku ini juga menyimpan kelemahan. Sebutlah tulisan Sastra Koran di Indonesia (hal 45) Katrin tak banyak memberi penjelasan bagaimana kondisi media sastra di Jerman sebagai perbandingan. Dalam tulisan tersebut Katrin hanya memberi contoh posisi artikel sastra Jerman yang dinamakan “Feulliton” lebih netral dibandingkan dengan rubrik sastra koran Indonesia karena kehadirannya hanya berupa reportase acara sastra dan resensi buku, bukan sebagai “ajang” melahirkan sastrawan (juga penulis kritiknya) yang masih dalam kondisi “diletan” dengan memamerkan istilah asing hanya untuk memperindah tulisannya.
Kelemahan berikut adalah ulasan novel Disgrace karya pemenang Booker Prize 1999 dan Nobel Sastra 2003, JM Coetzee (hal 119) yang aslinya adalah resensi buku yang pernah dimuat di Kompas, 23 Oktober 2005.
Dalam tulisan tersebut nyaris Katrin hanya menceritakan Disgrace tanpa menghubungkannya secara kontekstual dengan perkembangan sastra Indonesia. Akibatnya pembaca jadi bertanya-tanya apa korelasinya dengan sastra kita, sedangkan maksud penulisan buku ini adalah menghadirkan kritik sastra kita secara netral tanpa intervensi pihak mana pun. Sebutlah A Teeuw dalam Khazanah Sastra Indonesia (Balai Pustaka, 1982) yang juga menyebut karya asing, begitu pula Harry Aveling dalam Rahasia Membutuhkan Kata (IndonesiaTera, 2003) yang jelas terlihat korelasinya dengan karya sastra Indonesia.
Kelemahan lain, buku ini belum karya utuh seperti buku A Teeuw dan Harry Aveling lantaran hanya mengumpulkan tulisan Katrin yang pernah dimuat di berbagai media massa sehingga data dan argumennya terasa kurang lengkap (Sastra Koran di Indonesia juga ulasan karya JM Coetzee). Rata-rata buku kritik yang berasal dari kumpulan tulisan menyimpan kelemahan sejenis, misalnya Sastra dan Massa-nya Jakob Soemardjo (ITB, 1995) atau Solilokui-nya Budi Drama (Gramedia, 1983) yang sebenarnya dapat lebih komprehensif jika ditulis ulang, bukan sekadar mengumpulkan kembali tulisannya.
*) Pengamat Sastra Tinggal di Jakarta.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Azis Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.S. Laksana
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Malik
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adi Prasetyo
Afnan Malay
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Suyudi
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amalia Sulfana
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminullah HA Noor
Andari Karina Anom
Andi Nur Aminah
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Anindita S. Thayf
Anitya Wahdini
Anton Bae
Anton Kurnia
Anung Wendyartaka
Anwar Nuris
Anwari WMK
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arief Budiman
Ariel Heryanto
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Arifi Saiman
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
Ary Wibowo
AS Sumbawi
Asarpin
Asbari N. Krisna
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asti Musman
Atep Kurnia
Atih Ardiansyah
Aulia A Muhammad
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
B. Nawangga Putra
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bakdi Sumanto
Balada
Bale Aksara
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bedah Buku
Beni Setia
Benni Indo
Benny Arnas
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Buku Kritik Sastra
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Butet Kartaredjasa
Cahyo Junaedy
Cak Kandar
Caroline Damanik
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Saifullah
Cornelius Helmy Herlambang
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Sunendar
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Dante Alighieri
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Pramono
Delvi Yandra
Deni Andriana
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewey Setiawan
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hartati
Diana A.V. Sasa
Dianing Widya Yudhistira
Dina Jerphanion
Djadjat Sudradjat
Djasepudin
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Dwijo Maksum
E. M. Cioran
E. Syahputra
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Triono
Elisa Dwi Wardani
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endro Yuwanto
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Esai
Evi Idawati
F Dewi Ria Utari
F. Dewi Ria Utari
Fadlillah Malin Sutan Kayo
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Faruk HT
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fazabinal Alim
Fazar Muhardi
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Frans Ekodhanto
Fransiskus X. Taolin
Franz Kafka
Fuad Nawawi
Gabriel García Márquez
Gde Artawa
Geger Riyanto
Gendhotwukir
Gerakan Surah Buku (GSB)
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gunoto Saparie
Gusty Fahik
H. Rosihan Anwar
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Haris del Hakim
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hasyuda Abadi
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Herdiyan
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman Hasyim
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru Emka
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Humam S Chudori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Tito Sianipar
Ian Ahong Guruh
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IDG Windhu Sancaya
Iffah Nur Arifah
Ignas Kleden
Ignasius S. Roy Tei Seran
Ignatius Haryanto
Ignatius Liliek
Ika Karlina Idris
Ilham Khoiri
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah S. Pratidina
Indiar Manggara
Indra Tranggono
Indrian Koto
Insaf Albert Tarigan
Ipik Tanoyo
Irine Rakhmawati
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Norman
Istiqomatul Hayati
Iswara N Raditya
Iverdixon Tinungki
Iwan Gunadi
Iwan Nurdaya Djafar
Jadid Al Farisy
Jakob Sumardjo
Jamal D. Rahman
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jaya Suprana
Jean-Paul Sartre
JJ. Kusni
Joanito De Saojoao
Jodhi Yudono
John Js
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Ki Panji Kusmin
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Ko Hyeong Ryeol
Koh Young Hun
Komarudin
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Lenah Susianty
Leon Trotsky
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayani
Luhung Sapto Nugroho
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lusiana Indriasari
Lutfi Mardiansyah
M Syakir
M. Faizi
M. Fauzi Sukri
M. Mustafied
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
Made Wianta
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Majalah Budaya Jejak
Makmur Dimila
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Mariana Amiruddin
Martin Aleida
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Media Dunia Sastra
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
Melani Budianta
Mezra E Pellondou
MG. Sungatno
Micky Hidayat
Mikael Johani
Mikhael Dua
Misbahus Surur
Moch Arif Makruf
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohamed Nasser Mohamed
Mohammad Takdir Ilahi
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyidin
Mujtahid
Munawir Aziz
Musa Asy’arie
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N. Mursidi
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naqib Najah
Narudin Pituin
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Neni Ridarineni
Nezar Patria
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Rastiti
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noval Jubbek
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Utami Sari’at Kurniati
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Obrolan
Odhy`s
Okta Adetya
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Otto Sukatno CR
Pablo Neruda
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Pertemuan Mahasiswa
Puji Santosa
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Rahmah Maulidia
Rahmi Hattani
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rambuana
Ramzah Dambul
Raudal Tanjung Banua
Redhitya Wempi Ansori
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Ria Febrina
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Richard Strauss
Rida K Liamsi
Riduan Situmorang
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Rina Mahfuzah Nst
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roland Barthes
Romi Zarman
Romo Jansen Boediantono
Rosidi
Ruslani
S Prana Dharmasta
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Müller
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Saiful Amin Ghofur
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Madany Syani
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sem Purba
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siti Mugi Rahayu
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Sohifur Ridho’i
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Sri Rominah
Sri Wintala Achmad
St. Sularto
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Sudarmoko
Sudaryono
Sudirman
Sugeng Satya Dharma
Suhadi
Sujiwo Tedjo
Sukar
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susilowati
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Buyil
Syaifuddin Gani
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Usman Awang
UU Hamidy
Vinc. Kristianto Batuadji
Vladimir I. Braginsky
W.S. Rendra
Wahib Muthalib
Wahyu Utomo
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weni Suryandari
Wiko Antoni
Wina Karnie
Winarta Adisubrata
Wiwik Widayaningtias
Yanto le Honzo
Yanuar Widodo
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yudhis M. Burhanudin
Yukio Mishima
Yulhasni
Yuli
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusmar Yusuf
Yusri Fajar
Yuswinardi
Yuval Noah Harari
Zaki Zubaidi
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zen Rachmat Sugito
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar