Pergulatan Panjang Menuju Tuhan
Salman Rusydie Anwar*
http://airbeningkehidupan.blogspot.com/
Bagi sebagian masyarakat yang sudah merasa bahwa pemahaman merekaselama ini tentang konsep “Tuhan” sudah mapan, barangkali judul tulisan di atas terkesan sangat dan terlalu janggal. Bagaimana mungkin mereposisi (memposisikan kembali) keberadaan Tuhan jika selama ini sudah jelas bahwa Tuhan adalah Dzat yang harus diyakini keberadaannya serta sekaligus harus disembah oleh mereka yang meyakininya.
Dalam konteks pergumulan teologis, persepsi (pandangan) manusia mengenai Tuhan telah melahirkan berbagai ketegangan intelektual –dan bahkan tidak jarang menimbulkan berbagai goncangan serta benturan-benturan sosial. Sejarah mencatat bahwa perdebatan panjang mengenai eksistensi Tuhan telah memicu munculnya firqah-firqah di kalangan umat manusia, terutama umat Islam, seperti hal munculnya faham-faham Qadariyah, Jabariyah, Mu’tazilah, Syi’i, Sunni dan sebagainya.
Munculnya aliran-aliran kalam tersebut pada dasarnya dipicu oleh satu faktor yang sangat urgen dan sekaligus sensitif; yaitu tentang masalah Tuhan. Dengan kata lain eksistensi Tuhan telah menjadi objek pemikiran, pengkajian dan penelitian yang dari sana kemudian bermunculan rumusan keilmuan mengenai ketuhanan, seperti ilmu tauhid, ilmu kalam, ilmu teologi, ilmu teosofi dan semacamnya.
Pertanyaannya kemudian adalah: dalam konteks kehidupan kita saat ini, pada wilayah apa saja Tuhan itu boleh dipikirkan, dikaji dan diteliti?
Pertanyaan di atas, bagi sebagian orang, mungkin akan membawa pada munculnya berbagai spekulasi teologis atau ketersinggungan keyakinan. Sebab selama ini sudah pakem dipegang adanya sebuah ajaran yang menyatakan bahwa memikirkan Tuhan adalah sesuatu yang terlarang meski di samping itu masih juga terdapat sebuah apologi sufistik yang menyatakan bahwa ‘araftu Robby bi Robby (Tuhan dapat diketahui melalui kesediaan Tuhan memperkenalkan diri-Nya sendiri).
Namun bagaimanapun spekulasi itu, jika keberadaannya masih bersifat pasif, maka selamanya tidak akan memberi tambahan wawasan apa pun selain hanya kepercayaan dan keimanan statis yang ujung-ujungnya akan tetap berpuncak pada kuatnya klaim kebenaran (truth claim) di antara umat. Meski demikian, pertanyaan yang masih tersisa untuk kita jawab sekarang ini adalah; masih perlukah memikirkan Tuhan jika keberadaannya tetap selalu menjadi misteri? Jika harus dipikirkan, bagian mana dari keberadaan Tuhan yang harus dipikirkan: Dzatnya, Sifatnya, Sikapnya, atau apa?
A. Chaliq Muchtar di dalam jurnal Esensia Vol.3, No.2, Juli 2002 pernah menulis sebuah artikel cukup memikat, “Membumikan Tuhan?.” Istilah “membumikan” ini sebenarnya merupakan istilah yang diadaptasi Muchtar dari dua karya tokoh ulama sebelumnya, yaitu Quraish Shihab (Membumikan Al-Qur’an) dan Ahmad Syafi’i Ma’arif (Membumikan Islam). Menurut pendapat penulis, istilah “Membumikan Tuhan” barangkali mengandung sebuah isyarat, bahwa Tuhan harus dipahami sebagai sesuatu yang membumi untuk dapat dimengerti.
Hal ini cukup rasional mengingat selama ini persepsi, konsepsi dan keyakinan sebagian umat beragama terhadap eksistensi Tuhan masih terlalu menempatkan Tuhan sebagai sesuatu yang jauh melangit. Bahkan, perdebatan panjang seputar masalah ketuhanan kerap menyebabkan terjadinya peperangan yang begitu tragis meskipun akhir dari semua perdebatan itu tetap tidak kunjung menemukan kesimpulan yang benar-benar pasti mengenai siapa dan bagaimana Tuhan itu yang sebenarnya. Lain kata, Tuhan akan tetap dipahami sesuai dengan keyakinan masing-masing umat yang menyembahnya.
Salah satu upaya mengakhiri perdebatan dan pertengkaran panjang umat manusia dalam memahami konsep Tuhan barangkali bisa dilakukan dengan “menempatkan” Tuhan sebagai sesuatu yang membumi. Tuhan tidak harus melulu dibayangkan sebagai sesuatu yang jauh melangit. Untuk kepentingan manusia, Tuhan harus diyakini terlibat secara aktif di muka bumi ini dan hal itu hanya dapat terwujud dengan kemampuan manusia dalam memahami keberadaan dan kehadiran-Nya dalam setiap kegiatan dan aktifitas sejarah manusia di atas bumi ini.
Sepanjang sejarah, upaya manusia dalam memahami keberadaan dan kehadiran Tuhan telah melahirkan banyak pemikiran-pemikiran berharga yang perlu kita pelajari. Dalam tulisan ini, penulis hendak menghadirkan pemikiran seorang tokoh filsafat dan sastrawan besar muslim kelahiran India, yaitu Sir Muhammad Iqbal.
Muhammad Iqbal (1873-1938) adalah seorang penyair dan filosof muslim yang berasal dari India. Ia dilahirkan di Sialkot, Punjab, pada tanggal 22 Februari 1873. Pendidikan dasar dan menengah didapatkannya di daerah kelahirannya itu. Pada tahun 1895 ia pindah ke Lahore untuk belajar di perguruan tinggi dan pada tahun 1905 ia melanjutkan studinya ke Eropa dan memperoleh gelar doktor dalam filsafat dari Universitas Munich. Gelar doktor lainnya terutama di bidang kesusasteraan didapatnya dari Universitas Punjab pada tahun 1935. Pada tahun 1927 ia pernah dipilih menjadi anggota Majelis Legislatif Punjab dan pada tahun 1930 ia juga pernah dipilih sebagai Presiden sidang tahunan dari Liga Muslimin. Karena pada periode ini, ia mendukung gagasan tentang sebuah negara Islam di wilayah Timur Laut India, maka oleh para pendukung negara Pakistan, ia dianggap sebagai pemimpin mereka.
Secara keseluruhan, konsepsi Iqbal tentang Tuhan terbagi ke dalam tiga pemahaman. Pertama, oleh Iqbal Tuhan diyakini sebagai suatu “Keindahan Abadi yang ada tanpa tergantung pada –dan mendahului- segala sesuatu selain diri-Nya, dan karena itu Tuhan menampakkan diri dalam semuanya.” Selain itu, Iqbal juga menyatakan bahwa Tuhan adalah penyebab gerak segala sesuatu. Sementara seluruh kemaujudan (eksistensi) selain Tuhan, semuanya adalah fana.
Konsep kedua Iqbal mengenai Tuhan lebih bersifat filosofis. Hal ini disebabkan karena dalam membuat konsep tersebut Iqbal mempergunakan filsafatnya tentang pribadi (philosophy of the self) sebagai salah satu metode pemahamannya. Iqbal berpendapat bahwa Tuhan adalah “Pribadi Mutlak, Ego Tertinggi dan suatu Kemauan Abadi yang Esa.”
Dengan pemahaman ini, Iqbal mengatakan bahwa Tuhan tidak menyatakan atau melibatkan dirinya di dalam dunia yang terinderai atau dunia yang dapat dirasa, dilihat dan disentuh. Sebab, dunia yang dapat dirasa, dilihat dan disentuh ini sebenarnya merupakan hasil ciptaan dari pribadi terbatas manusia atau merupakan bentukan dari hasrat-hasrat manusia meskipun hal ini tidak berarti bahwa dunia merupakan ciptaan dari manusia.
Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa Tuhan merupakan Pribadi Mutlak dan Ego Tertinggi yang keberadaan-Nya melampaui keberadaan manusia sebagai makhluk yang juga termasuk ‘pribadi’ (namun terbatas/tidak mutlak). Oleh karena itu, berdasarkan konsep ini, usaha manusia untuk mencari dan mendekatkan diri kepada Tuhan hanya dapat dilakukan melalui pribadi manusia itu sendiri dengan cara menyerap (memasukkan, menghayati, menghadirkan) Tuhan ke dalam diri pribadi kita, bukan sebaliknya dengan membiarkan pribadi kita terserap ke dalam Tuhan hingga tiada (fana).
Konsep Iqbal ini sangat berbeda dengan konsep ketuhanan (terutama mengenai masalah fana) yang diberikan oleh tokoh-tokoh lain, seperti Al-Hallaj, Rumi, Sa’di dan beberapa ulama sufistik lainnya. Jika para sufistik ini membuat konsep bahwa untuk menemukan Tuhan, maka seseorang harus meleburkan diri ke dalam Tuhan hingga menjadi tiada atau fana, maka Iqbal berkata sebaliknya bahwa Tuhan sebagai Pribadi Mutlaklah yang harus kita masukkan atau kita leburkan ke dalam pribadi kita.
Konsep ketuhanan Iqbal yang ketiga adalah berupa “penggambaran” Iqbal bahwa Tuhan merupakan suatu Ego Maha Kreatif yang terarah secara rasional. Mengenai kreativitas Tuhan, Iqbal berpendapat bahwa kegiatan penciptaan alam oleh Tuhan tidaklah seperti kegiatan mencipta dalam sebuah pabrik dimana hasil penciptaan itu berdiri secara independen dan terlepas dari penciptanya.
Adapun kegiatan penciptaan alam oleh Tuhan itu adalah secara terus menerus, tidak pernah berhenti, karena keberadaan alam yang sebenarnya adalah suatu struktur peristiwa-peristiwa yang saling berhubungan dan ganti berganti yang kesemuanya tergantung dari kegiatan penciptaan Tuhan.
Untuk menegaskan pendapatnya ini, Iqbal menggunakan analogi paham Asy’ari mengenai keberadaan atom. Paham teologi Asy’ari menyatakan bahwa kelanjutan sebuah atom ditentukan oleh terjadinya aksiden-aksiden yang terjadi secara terus menerus di dalam atom itu sendiri. Dalam hal ini Iqbal membenarkan beberapa hal di dalam paham teologi Asy’ari mengenai masalah penciptaan atom ini. Akan tetapi ia mengubah konsep atomisme Asy’ari menjadi suatu paham pluralisme rohaniah. Ia mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini, termasuk atom, sebenarnya adalah suatu ego, dan segala macam ego yang ada di dunia ini adalah merupakan pewedaran atau perwujudan diri dari Tuhan sebagai Dzat Yang Maha Pencipta.
Demikianlah beberapa konsep mengenai ketuhanan, salah satunya menurut Iqbal. Tentu konsep ini bukan satu-satunya konsep yang paling benar karena memang tidak ada satupun konsep di dunia ini yang benar-benar mampu menjelaskan tentang Tuhan dengan pasti. Namun pemikiran-pemikiran yang berkembang tentang-Nya tetap menjadi dinamika ilmu pengetahuan yang selalu menarik untuk diminati dan dinikmati. Wallahu A’lam bi al-Showab!
Cilacap, 30 Desember 2009
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Azis Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.S. Laksana
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Malik
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adi Prasetyo
Afnan Malay
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Suyudi
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amalia Sulfana
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminullah HA Noor
Andari Karina Anom
Andi Nur Aminah
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Anindita S. Thayf
Anitya Wahdini
Anton Bae
Anton Kurnia
Anung Wendyartaka
Anwar Nuris
Anwari WMK
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arief Budiman
Ariel Heryanto
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Arifi Saiman
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
Ary Wibowo
AS Sumbawi
Asarpin
Asbari N. Krisna
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asti Musman
Atep Kurnia
Atih Ardiansyah
Aulia A Muhammad
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
B. Nawangga Putra
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bakdi Sumanto
Balada
Bale Aksara
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bedah Buku
Beni Setia
Benni Indo
Benny Arnas
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Buku Kritik Sastra
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Butet Kartaredjasa
Cahyo Junaedy
Cak Kandar
Caroline Damanik
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Saifullah
Cornelius Helmy Herlambang
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Sunendar
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Dante Alighieri
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Pramono
Delvi Yandra
Deni Andriana
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewey Setiawan
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hartati
Diana A.V. Sasa
Dianing Widya Yudhistira
Dina Jerphanion
Djadjat Sudradjat
Djasepudin
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Dwijo Maksum
E. M. Cioran
E. Syahputra
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Triono
Elisa Dwi Wardani
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endro Yuwanto
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Esai
Evi Idawati
F Dewi Ria Utari
F. Dewi Ria Utari
Fadlillah Malin Sutan Kayo
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Faruk HT
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fazabinal Alim
Fazar Muhardi
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Frans Ekodhanto
Fransiskus X. Taolin
Franz Kafka
Fuad Nawawi
Gabriel GarcÃa Márquez
Gde Artawa
Geger Riyanto
Gendhotwukir
Gerakan Surah Buku (GSB)
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gunoto Saparie
Gusty Fahik
H. Rosihan Anwar
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Haris del Hakim
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hasyuda Abadi
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Herdiyan
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman Hasyim
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru Emka
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Humam S Chudori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Tito Sianipar
Ian Ahong Guruh
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IDG Windhu Sancaya
Iffah Nur Arifah
Ignas Kleden
Ignasius S. Roy Tei Seran
Ignatius Haryanto
Ignatius Liliek
Ika Karlina Idris
Ilham Khoiri
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah S. Pratidina
Indiar Manggara
Indra Tranggono
Indrian Koto
Insaf Albert Tarigan
Ipik Tanoyo
Irine Rakhmawati
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Norman
Istiqomatul Hayati
Iswara N Raditya
Iverdixon Tinungki
Iwan Gunadi
Iwan Nurdaya Djafar
Jadid Al Farisy
Jakob Sumardjo
Jamal D. Rahman
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jaya Suprana
Jean-Paul Sartre
JJ. Kusni
Joanito De Saojoao
Jodhi Yudono
John Js
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Ki Panji Kusmin
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Ko Hyeong Ryeol
Koh Young Hun
Komarudin
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Lenah Susianty
Leon Trotsky
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayani
Luhung Sapto Nugroho
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lusiana Indriasari
Lutfi Mardiansyah
M Syakir
M. Faizi
M. Fauzi Sukri
M. Mustafied
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
Made Wianta
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Majalah Budaya Jejak
Makmur Dimila
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Mariana Amiruddin
Martin Aleida
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Media Dunia Sastra
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
Melani Budianta
Mezra E Pellondou
MG. Sungatno
Micky Hidayat
Mikael Johani
Mikhael Dua
Misbahus Surur
Moch Arif Makruf
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohamed Nasser Mohamed
Mohammad Takdir Ilahi
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyidin
Mujtahid
Munawir Aziz
Musa Asy’arie
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N. Mursidi
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naqib Najah
Narudin Pituin
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Neni Ridarineni
Nezar Patria
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Rastiti
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noval Jubbek
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Utami Sari’at Kurniati
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Obrolan
Odhy`s
Okta Adetya
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Otto Sukatno CR
Pablo Neruda
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Pertemuan Mahasiswa
Puji Santosa
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Rahmah Maulidia
Rahmi Hattani
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rambuana
Ramzah Dambul
Raudal Tanjung Banua
Redhitya Wempi Ansori
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Ria Febrina
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Richard Strauss
Rida K Liamsi
Riduan Situmorang
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Rina Mahfuzah Nst
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roland Barthes
Romi Zarman
Romo Jansen Boediantono
Rosidi
Ruslani
S Prana Dharmasta
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Müller
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Saiful Amin Ghofur
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Madany Syani
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sem Purba
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siti Mugi Rahayu
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Sohifur Ridho’i
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Sri Rominah
Sri Wintala Achmad
St. Sularto
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Sudarmoko
Sudaryono
Sudirman
Sugeng Satya Dharma
Suhadi
Sujiwo Tedjo
Sukar
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susilowati
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Buyil
Syaifuddin Gani
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Usman Awang
UU Hamidy
Vinc. Kristianto Batuadji
Vladimir I. Braginsky
W.S. Rendra
Wahib Muthalib
Wahyu Utomo
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weni Suryandari
Wiko Antoni
Wina Karnie
Winarta Adisubrata
Wiwik Widayaningtias
Yanto le Honzo
Yanuar Widodo
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yudhis M. Burhanudin
Yukio Mishima
Yulhasni
Yuli
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusmar Yusuf
Yusri Fajar
Yuswinardi
Yuval Noah Harari
Zaki Zubaidi
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zen Rachmat Sugito
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar