Minggu, 25 Juli 2021

Sastra Masa Depan Harus Kembali pada Perenungan

Isbedy Stiawan Z.S. *
Riau Pos, 21 Apr 2013
 
PADA November 2012 lalu, saya berjumpa lagi dengan penyair asal Madura ini, D. Zawawi Imron, pada acara Pertemuan Pengarang Indonesia (PPI) di Makassar. Setelah beberapa tahun tak bertemu, penulis buku puisi Bantalku Ombak Selimutku Angin ini sudah bertongkat. Kami pun berangkulan.
 
Ternyata penambahan satu kaki itu untuk menyangga kaki kanan D Zawawi Imron yang katanya teridentifikasi pengeroposan. Tapi penyair ini tetaplah terpancar kegagahannya. Ia juga selalu tersenyum, menaburkan tawa dan canda pada rekan-rekan pengarang tanpa memandang senior ataupun junior.
 
Saya baru tahu, kenapa penyair yang juga pernah diundang di berbagai forum sastra dan budaya di Tanah Air ataupun luar negeri ini selalu tersenyum walaupun mungkin ada canda rekan-rekan penyair yang keliwat batas. ‘’Selalu berpikir positif dan tersenyumlah pada siapapun dan itu dilakukan dari dalam jiwa,’’ katanya.
 
Ia pun mencontohkan, para pengajar semestinya sejak masuk kelas hingga keluar berilah senyuman pada siswa (murid) dengan senyuman dari dalam hati. Dengan demikian, para guru telah menyumbangkan pada anak-anak bangsa rasa damai. ‘’Damai itu datang dari hatinurani, bukan dari slogan. Damai itu indah, harus dimulai dari perilaku bukan menyuruh,’’ ujar D Zawawi Imron.
 
Saya telah menduga salah, pertemuan di Makassar tak lagi berlanjut. Penyair Madura ini kembali saya jumpai di Lampung, Rabu malam, 6 Maret 2013 lalu. Saya berkesempatan menemaninya selama dua jam.
 
Bersama penyair Syaiful Irba Tanpaka, kami mengobrol dengan penyair ‘’silawan’’ (nama daun yang tumbuh di desa kelahiran Zawawi) ini di Kafe Diggers, Pahoman, Bandarlampung. Kedatangan Zawawi Imrom ke Lampung serangkaian kegiatan yang diadakan Yayasan Paramadina di Universitas Lampung.
***
 
D ZAWAWI Imron, penyair yang juga kyai ini, meski hanya berpendidikan rendah setingkat SD di desa yang dulunya sangat terpencil namun dengan kegigihan dan perjuangannya bisa menjadi salah seorang penyair Indonesia yang diperhitungkan (Celurit Emas, Said Abdullah Institute, untuk Kongres Kebudayaan Madura II, 2012).
 
Penyair “Bulan Tertusuk Ilalang” yang telah memperoleh penghargaan The SEA Writers dari Kerajaan Thailand tahun 2012 ini, banyak menerbitkan kumpulan puisi. Zawawi Imron mulai diperhitungkan dalam ranah sastra Indonesia ketika diundang Pertemuan Penyair 10 Kota tahun 1982 di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta.
 
Dari Hotel Sheraton, tempat penyair ini menginap, hingga Kafe Diggers kami membincangkan ihwal sastra Indonesia. Percakapan dilanjutkan di kafe di sela-sela menikmati hidangan ringan dan penyair ini membuat sketsa wajah kami.
 
Menurut penyair yang semasa kecil pernah menjalani kehidupan sebagai kuli dan mengumpulkan batu-batu untuk menghampari jalan, saat ini banyak penyair muda yang di antaranya bagus dan bisa diharapkan menjadi penyair yang benar-benar bagus.
 
Bagi mereka yang baru muncul menghiasi media cetak, biarlah berproses untuk menemukan identitas dirinya dalam puisinya. ‘’Saya senang membacanya, karena ada warna dan gaya yang bagus,’’ ujar penyair kelahiran 1 Januari 1945 di Batang-Batang, Sumenep, Madura.
 
Penyair kumpulan puisi Nenek Moyangku Airmata yang ditunjuk sebagai Buku Puisi Terbaik dari Yayasan Buku Utama (1985) mengaku ada semacam perasaan bahagia tersendiri dalam kehidupan bersajak, yakni ia sering berhadapan dengan aneka rahasia dan teka-teki yang mengasyikkan untuk disingkap.
 
‘’Adakalanya saya berhasil membuka sebagian saja wajah teka-teki itu, tapi adakalanya pula saya kehilangan jejak karena rahasia dan teka-teki itu secara tiba-tiba menghilang dari jangkauan ingatan atau kenangan,’’ ujar penyair yang dikenal sebagai ustad ini.
 
Proses kreatif Zawawi Imron ini pernah pula ia sampaikan pada pembacaan sajak-sajak “Celurit Emas” di TIM, 22 November 1984. Menyinggung maraknya komunitas sastra di Tanah Air, Zawawi melihatnya sebagai gerakan positif. Dikatakan penulis buku Madura Akulah Darahmu dan Lautmu tak Habis Gelombang ini, kalau anak-anak muda mau menulis dengan jiwa yang jernih dan kreatif, berarti makin banyak barisan hatinurani yang akan memberikan inspirasi positif bagi bangsa nantinya.
 
Menanggapi masa depan sastra harus kembali kepada sastra ’renungan’ yang sempat dilontarkan Budi Darma, penyair yang kini bekerja di Yayasan Paramadina ini, sangat setuju. Pasalnya, Zawawi menerangkan, olah pikir dan olah rasa dengan penghayatan terhadap nilai-nilai hidup itu diperlukan untuk memberikan ruh dan substansi kemanusiaan ke dalam sastra.
 
Karena itu, sastra tanpa renungan tentu tak mengandung pendalaman. Ia hanya ditulis mengikuti selera pasar dan otomatis tak bisa memberi inspirasi yang menuju kehidupan berbudaya dan bermartabat.
 
Sastra hasil kontemplasi, menurut Zawawi, akan menyimpan nilai-nilai yang diperlukan pembaca. Sehingga pembaca menemukan sesuatu yang berharga (bernilai) yang sebelumnya tidak terpikirkan. Ihwal anggapan karya sastra di media cetak cenderung mengikuti selera redaktur, Zawawi Imron menilai, bahwa tiap tedaktur sastra punya selera sendiri itu sudah sejak dulu. Karena itu, pesan dia, redaktur sastra harus pula luas cakrawala sastranya. Tetapi yang sudah berjalan ini sudah sehat.
 
Sayang percakapan harus dihentikan, sebab malam menunjukkan pukul 22.13. Penyair D Zawawi Imron harus istirahat, seperti kata dia saat di mobil seakan mengingatkan kami, berilah hak bagi tubuhmu untuk istirahat karena jika kau tak memberikan hak itu pada tubuhmu sama artinya telah menzalimi diri sendiri.
 
*) Isbedy Stiawan ZS, sastrawan yang rajin menulis karya sastra seperti sajak, cerpen dan esai. Buku-buku kumpulan puisinya telah terbit dan terjual di pasaran. Bermastautin di Bandarlampung, Lampung. http://sastra-indonesia.com/2013/04/sastra-masa-depan-harus-kembali-pada-perenungan/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati