Senin, 01 Februari 2021

Gerilya Penulis Pemberontak

Fahrudin Nasrulloh *
Pontianak Post & jawapos.com
 
SETIAP penulis berdiri genting di kecamuk proses kreatifnya. Karena ia menyadari telah terlempar ke dunia, dirayapi gamang, terhirup waktu, diterbangkan iman. Telanjur sudah ia berlaga di padang kurusetra yang tak habis-habis itu. Sementara manusia lain, yang gentar nerjang nan alpa atas segala, cuma jadi ternak-ternak Tuhan belaka.
 
Inilah gambaranku atas lanskap batin penulis pemberontak ini, Nurel Javissyarqi, yang gede nyali bikin penerbit sendiri, Pustaka Pujangga. Ia menerbitkan karya-karyanya meski awalnya stensilan dan dicetak terbatas: 100 sampai 200 eksemplar. Tak cukup itu, ia bergerilya memasarkannya sendiri, dengan motor butut GL-nya, menjelajah dari kota ke kota. Sudah sejak 1995 aku mengenal penulis unik dan ngedan berkarya ini. Ia juga getol ngompori banyak penulis untuk terus berkreasi-cipta bahkan ia apresiatif menerbitkan karya-karya mereka, dengan kerja sama yang akomodatif dan blak-blakan. Misalnya, penulis bersangkutan sedia menyokong dana 20 persen atau 30 persen dari total ongkos cetak. Di antara karya mereka yang telah diterbitkan seperti Balada-Balada Serasi Denyutan Puri karya Suryanto Sastroatmodjo (2006); Kantring Genjer-Genjer karya Teguh Winarsho AS (novel, 2006); Herbarium (antologi puisi empat kota, 2007); Ngaceng karya Mashuri (rampai puisi, 2007); Sastra Perkelaminan karya Binhad Nurrohmat (kumpulan esai, 2007); Amuk Tun Teja karya Marhalim Zaini (kumpulan puisi, 2007); Dunia Kecil: Panggung dan Omong Kosong karya A. Syauqi Sumbawi (novel, 2007); dan terakhir Nabi Tanpa Wahyu karya Hudan Hidayat (rampai esai, 2008).
 
Tak jarang Nurel menanggung semua biaya produksi sebagian kawan penulisnya di atas. Eskalasi penerbitan buku-buku sejenis itu terbilang merugi. Aku yakin, di antara 500-an penerbit Jogja nyaris tak akan yang berani menempuh langkah ’’bunuh diri’’ ala Nurel demikian. Hanya bos penerbit yang sinting plus tim redaksi yang konyol tertarik menerbitkan buku-buku seperti itu yang kemungkinan besar tak akan laku di pasar. Tapi dari mana ia punya dana saving? Hitungan kasarnya, jika satu judul buku dicetak 1.000 eksemplar, dengan ketebalan sekisar 250 halaman, maka ongkos produksinya bisa sampai Rp 4.000-Rp 5.000/eksemplar. Nurel pasti punya pertimbangan lain. Dan setahuku, ia juga seorang pedagang toko kelontong yang tergolong sukses di kampungnya. Aku patut salut: semangatnya mengingatkanku pada gagasan ’’sastra pinggiran’’ yang disorong Kuspriyanto Namma di era 90-an, meski mandek dan sepi apresian. Namun Nurel membabah peta anyar, walau dalam skala kecil dan agak ndeso: membangkitkan kembali greget ’’sastra pedalaman’’ tersebut di kancah ingar-bingar arus besar sastra Indonesia.
 
Penulis ’’bandel bin nekat’’ ini memang tak kunjung patah arang. Sekian lampau pertarungannya di media tak banyak membuahkan hasil. Terlebih puisi-puisi dan esai-esainya nyaris tak diapresiasi koran. Kalaupun ada, hanya satu-dua. Yang ironik, karya-karyanya pernah dicap sampah. Ia membalas tudingan itu semata cincong kosong yang tak membakar lemak jiwa. Tak lebih ledekan ecek-ecek si pecundang yang nyinyir menantang absurditas kepengarangan.
 
’’Ayo, sobat, libas dan kalahkan! Sekarang penulis harus pede menerbitkan karyanya sendiri. Diam atau membangkai hanya pantas bagi mayat. Catatlah, aku kini telah jadi ’’hantu kecil’’ bagi penulis lain, lebih-lebih bagi penerbit-penerbit besar dan mapan, ketika sekian buku yang pernah kutawarkan, mereka cibir sebagai karya kacangan. Hanya cecoretan jorok-pesing di tembok WC! Bualan itu tak bakal membunuhku,’’ serunya tajam, sekilas bacot pedasnya itu meringkus tatapanku, di denyar malam iruk-pucat tahun baru 2008, saat ia bersambang ke Pesantren Denanyar, lalu mampir ke padepokanku di Lembah Pring Jombang.
 
Membaca sosoknya, benakku tiba-tiba mendesis: ia telah mewarisi spirit ’’nyala api’’ dari tlatah Lamongan asal teroris Amrozi itu. Semacam ledakan proses kreatif yang lama nian dipanggang di atas kesadaran ’’ras pemberontak’’ Nietzchean sebagaimana termaktub dalam bukunya Trilogi Kesadaran (2006). Di samping itu, jam terbang kreatifnya terbukti dengan sederet bukunya yang menderas terbit, seperti Sarang Ruh (1999); Takdir Terlalu Dini (2001); Ujaran-ujaran Sang Pujangga (2004); Batas Pasir Nadi (2005), Kekuasaan Rindu Sayang (2007), dll. Dan yang terbaru antologi puisi Kitab Para Malaikat (2007). Karya ini, telisik Maman S. Mahayana di pengantarnya, ’’Berbeda dengan karya Sutardji Calzoum Bachri atau Afrizal Malna. Karya Nurel Javisssyarqi lebih menyerupai bentuk ekspresi yang menggelegak. Maka, yang muncul adalah penghancuran struktur kalimat, pemorakporandaan imaji-imaji, dan penciptaan bentuk-bentuk metafora yang sempoyongan, berantakan dalam gerakan dewa mabuk.’’
 
Terkait itu, bila disepadankan, Nurel tak sepopuler dengan kesuksesan Habiburrahman El-Shirazy di mana novel Ayat-Ayat Cinta-nya sejak 2004 hingga akhir 2007 mencapai rating penjualan 300 ribu eksemplar. Bayangkan, saban sebulan alumnus Universitas Al-Azhar Mesir ini menerima royalti sekitar Rp 100 juta. Gila! Atau coba bandingkan dengan karya-karya Asma Nadia (Catatan Hati Seorang Istri), Langit Kresna Hariadi (Gajah Mada), Muammar Emka (Jakarta Undercover), Andrea Hirata (Laskar Pelangi dan Edensor). Namun buku laris belum tentu baik, begitu pula sebaliknya.
 
Jika merenungkan teka-teki kembara Don Quixote, Cervantes seolah mendesirkan bebayang kutukan bagi tiap penulis bahwa tindakan magis melahirkan karya besar teramat lengkara. Menjelang punah. Lantaran kini, tandas Nirwan Dewanto, ’’Kita telah dikepung lautan karya yang mahaluas, jika bukan lautan mahakarya.’’ Tapi Nurel, di balik kelimun pahit itu, bak Don Quixote tanpa Sancho Panza, si majenun kampungan yang menyana dirinya penulis tersohor yang liwung bertualang ke mana-mana. Bersama GL Rozinante-nya: nelangsa merawat imajinasi demi bercampuh di belantara sejarah sastra kita yang, konon, berjibun kronik politis itu.
 
Malangnya, ia tetap bersikukuh meledakkan diri di kubangannya. Ia tahu ia tak akan dapat menggores sejarah, hanya menoreh setilas ingatan yang lambat-laun pudar. Justru karena ia terus bermimpi begitu, ia menggeret perubahan, seperti Sisifus, di jagat kepengarangan yang melulu tak selesai. Paling tidak, ia kuasa mengebor spirit kawan-kawan sekotanya untuk gigih berkarya: Haris Del Hakim (Laras Liris); Ridlo Tl (Dazedlove); Javid Paul Syatha (Tamasya Langit); Alang Khoiruddin (Seruling Cinta); dan Imamuddin AS (Anggun Sasmita). Nurel mungkin sekadar menuliskan takdirnya, dan Tuhan menghamparkan kertas suci untuknya. Inilah secawuk cerita yang rapuh tapi boleh jadi menyimpan bara tuah.
 
Walakhir, atas kemajenunannya aku layak memekik, ’’Jangan berhenti berkarya, sobat, sebelum belati hitammu terbakar!!’’
***

*) Fahrudin Nasrulloh, lahir 16 Agustus 1976 di Jombang. Alumnus Pesantren Denanyar Jombang (1995), pesantren Salafiyyah Al-Muhsin Nglaren Yogyakarta (2005), dan IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2002) Fakultas Syari’ah, jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum. http://sastra-indonesia.com/2009/01/gerilya-penulis-pemberontak/

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati