Selasa, 26 Mei 2020

DIBAWAH BENDERA REVOLUSI: TEKS YANG TERUS DITAFSIRKAN

Djoko Saryono *

Teks (tulisan) adalah tenunan kisah dan berita-pikiran yang dijaga akal. Ia otonom dan mandiri. Tak bergantung pada penulisnya, apalagi orang lain: pembaca ataupun orang ahli. Beda dengan omongan yang hidup dalam dunia kegaduhan banyak orang, teks lebih memilih hidup dalam dunia kesenyapan dan keheningan.

Justru di situlah teks terus hidup berbiak, melintasi waktu dan zaman. Seolah memiliki kaki, ia bergerak dan berderap hingga jauh sekali, menyapa sekian banyak subjek pembaca sekaligus penafsir. Tak heran, orang-orang besar selalu berusaha menciptakan teks sekaligus meninggalkan teks.

Plato, Aristoteles, Descartes, Renan, Walmiki, dan Al-Ghazali adalah contoh orang-orang besar masa lampau yang berhasil menciptakan teks cemerlang dan gemilang yang tetap dicari, dibaca, dan ditafsir banyak orang pada masa kini. Sjahrir, Hatta, dan Soekarno adalah tritunggal pendiri bangsa yang juga gigih menenun pikiran mereka ke dalam teks yang kokoh dan kukuh. Teks-teks ciptaan mereka juga elok-memukau sehingga banyak dicari, dibaca, dan ditafsir banyak orang. Agaknya, setiap teks yang elok, cemerlang, dan gemilang akan selalu dibaca dan ditafsir banyak orang dari pelbagai lintasan zaman berbeda.

Semua itu juga telah dibuktikan oleh teks Dibawah Bendera Revolusi karya Soekarno, pendiri bangsa dan proklamator negara kita. Teks itu benar-benar sebuah kisah dan berita pikiran pendiri bangsa kita yang sangat kukuh, kokoh, elok, dan gemilang sebab otonom dan mandiri; ia bukan sekadar pulungan atau comotan gagasan atau pikiran karena penulisnya pemikir, bukan pemulung pikiran orang lain; ia juga bukan sekadar jahitan pikiran orang lain karena penulisnya seorang produsen gagasan, bukan pialang gagasan.

Wajarlah, teks itu mampu bergerak dan berderap melintasi masa-masa yang memihaknya dan menentangnya; menyapa sekian banyak generasi bangsa yang berhasrat mengetahui kisah dan berita-pikiran di dalamnya, tapi juga mengusik sekian banyak anak bangsa yang justru hendak membungkam, bahkan memberangusnya. Ini semua lantaran horison harapan tiap pembaca teks berbeda-beda. Tak ayal, dalam sepanjang keberadaannya hingga sekarang, teks Dibawah Bendera Revolusi dicoba dikagumi sekaligus dibenci; diawetkan sekaligus dicoba dipunahkan (atau dilupakan; dan direproduksi sekaligus dimarginalisasi.

Tapi, kita tahu, teks adalah dunia keberaksaraan, yang tak gampang dilupakan (seperti halnya omongan), juga tak gampang dihilangkan atau dipunahkan, sekaligus tempat yang amat mudah dikunjungi oleh penggemarnya. Telah terbukti juga, dunia keberaksaraan menjadi tempat bertiwikrama teks. Dengan gamblang sekarang kita melihat teks Dibawah Bendera Revolusi bertiwikrama: muncul kembali di ruang-ruang publik dengan jumlah beribu-ribu. Ini membuktikan ia benar-benar awet.

Kenapa awet? Suatu teks awet lantaran keterbukaan teks itu. Ketertutupan suatu teks hanya mengakibatkan kematian teks. Kita tahu, Dibawah Bendera Revokusi adalah sebuah teks terbuka, bukan tertutup. Sebagai teks terbuka, ia bebas dibaca dan ditafsirkan, bahkan minta terus-menerus untuk ditafsirkan apapun rupa tafsirnya: menyanjung atau menghujatnya. Hingga sekarang, bisa jadi, sudah ada ribuan tafsir tentang teks Dibawah Bendera Revolusi. Hadirnya kembali teks tersebut dalam bentuk cetak ulang tentulah akan menambah tafsir-tafsir baru. Ini berarti lahirnya teks-teks tanggapan baru yang beraneka ragam bentuk dan isinya.

Teks-teks tanggapan ini bisa menjadi energi baru bagi teks Dibawah Bendera Revolusi. Begitulah, teks Dibawah Bendera Revolusi senantiasa berada dalam permainan tafsir yang begitu hidup-penuh-gairah dan menjadi titik-pusat lingkaran teks tanggapan terhadapnya. Adanya permainan tafsir dan teks-teks tanggapan terhadap teks Dibawah Bendera Revolusi menandakan bahwa teks tersebut terus hidup, bertenaga, dan berdaya juga punya kuasa.

Kenapa teks Dibawah Bendera Revolusi mampu bertahan dalam permainan tafsir yang terus-menerus dan malah melahirkan teks-teks tanggapan demikian banyak? Sebab ia teks yang menyegarkan, menggugah, memberdayakan, dan bahkan mentransformasikan diri pembaca. Itu terjadi karena ia teks Dibawah Bendera Revolusi itu menampilkan kisah dan berita-pikiran yang memikat-memukau pembaca sekaligus memenuhi hajat batin dan pikiran pembaca. Kisah dan berita pikiran apakah yang ditampilkannya? Kita bisa menyebutkannya berbeda-beda, bergantung pada penerimaan dan horison harapan kita.

Namun, yang jelas, kisah dan berita-pikiran yang ditampilkannya penuh gelora, gemuruh, dan impian yang kuat-dahsyat yang menyorongkan kita ke sebuah geografi imajinatif sekaligus geografi real bernama Indonesia. Di samping itu, ia juga teks yang ditenun dengan indah dan halus sekaligus penuh-kuasa oleh pembuatnya: tenunan kata-kata, kalimat-kalimat, dan gaya-gaya tutur yang hidup-bertenaga dan membimbing pembaca untuk berdiam berlama-lama dalam teks.

Kuasa kata-kata, kalimat-kalimat, dan gaya-gaya tutur yang ada di dalam teks Dibawah Bendera Revolusi demikian otentiknya, orisinalnya, ekspresifnya, dan inspiratifnya sehingga mampu menggiring atau menggerakkan orang untuk bertindak baik menyetujuinya ataupun menolaknya. Demikianlah, teks Dibawah Bendera Revolusi yang terus awet-hidup dan ditafsirkan oleh pembacanya. Ia tetap senantiasa menggoda pembacanya setelah sekian lama penulisnya berpulang ke alam baka.
***

____________________
*) Prof. Dr. Djoko Saryono, M.Pd adalah Guru Besar Jurusan Sastra Indonesia di Fakultas Sastra pada kampus UNM (Universitas Negeri Malang). Telah banyak menghasilkan buku, artikel apresiasi sastra, serta budaya. Dan aktif menjadi pembicara utama di berbagai forum ilmiah kesusatraan tingkat Nasional juga Internasional.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati