Selasa, 02 Januari 2018

Afrizal Malna: Bahasa adalah Hantu yang Mengancam

Bandung Mawardi
Suara Merdeka, 25 Jan 2oo8

Bahasa adalah hantu untuk memberi ancaman hidup dan mati atas kelahiran puisi. Afrizal terus mengurusi bahasa sebagai dalil dan risiko. Eksplorasi dan eksplanasi tentang bahasa bertebaran dalam tubuh puisi.. Afrizal dalam puisi-puisi lama tampak mengimani dan mengamini bahasa melawan rezim. Puisi-puisi lama Afrizal kerap mengandung “dendam di setiap akhir kalimat”. Dendam itu perlahan menyusut dalam puisi-puisi mutakhir.
Penyusutan dendam itu tak merampungkan kritik Afrizal atas rezim bahasa. Bacalah petikan puisi soda susu dan bahasa indonesia buat radhar sebagai sambungan maklumat bahasa dengan pengenduran dan kegamblangan: bahasa Indonesia seperti rumah sakit / yang meninggalkanmu seorang diri / dengan soda susu di sebuah makan / malam. Dendam bahasa mengantarkan sepi, alienasi, dan resistensi.

Bahasa Indonesia memang mengandung hasrat hidup dan hasrat mati. Afrizal Malna sejak awal hidup dan tumbuh dalam bahasa Indonesia dengan sekian tanda tanya dan tanda seru. Bahasa Indonesia untuk puisi adalah menciptakan kehidupan dan kematian di antara kamar mandi dan peti mati. Afrizal mahfum bahwa melahirkan puisi dengan bahasa Indonesia seperti melahirkan perih dan tawa kecil. Bacalah petikan puisi rendra diares ini: lubang bahasa mengucapkan perih atas rezim bahasa: aku besar dalam bahasa indonesia yang dijaga oleh tentara, / bebek-bebek yang setiap lehernya / menyimpan sebutir peluru. Lalu kata-/ kata terasa pahit memasuki / kalimat, untuk melihat keadaan di / sekelilingku. Masa lalu itu terus mengiringi usia lelaki gundul dan tubuh tua untuk melahirkan puisi lalu tumbuh menyapa siapa saja.

Puisi adalah alasan migrasi dari kota ke kota tanpa henti. Istirahat di sebuah kota selalu menjadi resah untuk pindah tanpa melupakan jejak. Puisi pun jadi alasan untuk migrasi estetika dengan bahasa. Puisi hidup dan mati karena bahasa. Afrizal melakoni migrasi untuk puisi sebelum kota jadi mati dan bahasa jadi basi. Penemuan dan kehilangan memberi tanda tanya dan tanda seru untuk masih mengimani dan mengamini puisi. Afrizal dalam puisi pindah ke kota lain dengan satire mengisahkan kesibukan penyair melahirkan puisi: kami sibuk / mencari kota. tempat puisi bisa mem- / bangun atap bahasa. Kalimat ini mengisyaratkan hasrat penyair hidup dalam otoritas bahasa.

Penyair dan puisi adalah perkara genting dalam laku Afrizal ketika awal menulis puisi dan repot mengalami gundah dan kemalasan menulis puisi. Afrizal selalu tak selesai untuk memberi tanya dan merumuskan jawaban atas puisi. Afrizal mengurusi puisi sebagai ambang batas peti mati dan takdir kehidupan karena bahasa. Bahasa ingin direalisasikan sebagai nasib.

Nostalgia dan gairah untuk menulis selalu rentan dengan lelah dan sekarat. Afrizal pun dengan lugas sejak lima tahun lalu mengatakan lelah mengurusi sastra. Afrizal pun merasa lelah untuk mengurusi puisi dalam periode tertentu. Bahasa dalam puisi Indonesia mutakhir kerap mengandung obat tidur. Afrizal tak ingin tidur nyenyak tanpa pertaruhan dan janji atas kenikmatan tanpa akhir. Lelah dan sekarat dialami Afrizal. Pengganti untuk penolakan tidur adalah sibuk memasuki tari dengan segala risiko. Afrizal pun pernah dengan kalem mengaku: “Aku penari. Aku bukan penyair.” Pengakuan itu mengejutkan dan kecut.

Kesanggupan memasuki kembali puisi membuat Afrizal harus membuat rumusan lain sebagai lanjutan atau jalan lain dari jalan lama. Afrizal pun sanggup melahirkan kitab puisi Teman-temanku dari Atap Bahasa. Puisi-puisi dalam kitab itu merepresentasikan belokan gairah, pengulangan, dan kebingungan. Bacalah dan pilahlah puisi-puisi Afrizal dalam kitab itu dengan penentuan kriteria. Puisi-puisi Afrizal dalam curiga penulis telah mengalami lompatan jauh menuju tepi lirik.

Afrizal kentara mengusung getir dari kamar tidur atau buku harian seorang lelaki pemurung. Simaklah petikan puisi taman bahasa ini: aku sedang / bersedih, karena tidak bisa menulis pu- / isi. hanafi bilang para penyair takut / mengosongkan kamarnya sendiri dari / sampah bahasa .... kini aku tak menulis puisi lagi. dan / tak tahu lagi caranya bersedih ... Konstruksi bahasa Afrizal lahir dari detik-detik sekarat di ruang istirahat. Bahasa jadi perkara genting dalam puisi dengan bahasa getir. 

Jejak langkah panjang si kepala gundul dan tubuh kurus sampai pada babak mengejutkan ketika majalah Tempo memilih Afrizal Malna sebagai Tokoh Seni (Puisi) untuk tahun 2oo8. Pilihan itu menggenapi sekian penobatan untuk Afrizal sebagai penyair mumpuni di Indonesia. Penyair mumpuni di ruang kecil tanpa keramaian. Penulis membaca lembaran di majalah itu dengan takjub dan mengajukan tanya lirih: “Mengapa puisi-puisi Afrizal masih belum mati?” 

Tim penerima mandat dari Tempo (Sapardi Djoko Damono, Sitok Srengenge, A.S. Laksana, dan Adi Wicaksono) mengajukan argumen bahwa “puisi-puisi Afrizal memberikan sugesti dunia sehari-hari yang tidak lazim.” Penjelasan lanjutan adalah puisi-puisi Afrizal menegaskan: “puisi pertama kali datang untuk dinikmati, bukan berpretensi untuk dimengerti. Puisi-puisinya menangguhkan konklusi. Ia tak membebaskan kata dari makna, tapi membenamkan makna baru pada kata.” Apakah legitimasi atas puisi-puisi Afrizal Malna itu memang menandakan nasib puisi Indonesia modern tidak selesai dalam perayaan puisi lirik? Puisi-puisi Afrizal Malna belum sekarat?

http://kabutinstitut.blogspot.co.id/2009/02/afrizal-malna-bahasa-adalah-hantu-yang.html

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati