A.S. Laksana *
Jawa Pos 6/04/2015
TANPA memperhitungkan faktor kemalasan diri sendiri, pada suatu siang, tiba-tiba terlintas dalam benak bahwa tampaknya lebih baik saya menjadi penulis kritik sastra saja. Saya pikir, ini urusan yang besar manfaatnya. Kita tidak lagi memiliki orang seperti H.B. Jassin dan A. Teeuw yang tekun mengikuti perkembangan kesastraan dan rajin menyampaikan pemikiran mereka tentang karya-karya para penulis.
Bahasa Indonesia, kita tahu, digunakan hanya oleh orang-orang di negara kepulauan ini. Di luar sana, orang menggunakan bahasa mereka masing-masing. Mereka tidak akan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, tidak akan membaca buku-buku berbahasa Indonesia, tidak akan peduli terhadap karya-karya para pengarang Indonesia. Sama belaka dengan kebanyakan orang Indonesia yang tidak akan peduli terhadap karya-karya para penulis dari Botswana atau karya sastra dari Kepulauan Faroe atau dari Negeri Bonga.
Mungkin ada satu dua orang di antara kita yang ingin tahu seperti apa karya-karya terbaik dari Botswana atau Negeri Bonga. Maka orang itu akan mencari sedapat mungkin ulasan yang pernah ditulis orang tentang perkembangan kesastraan di kedua negara itu, demi menemukan judul buku paling fenomenal, atau untuk menemukan nama sastrawan paling berpengaruh, atau mengenali tema-tema apa yang banyak digarap di sana, atau untuk menemukan sejumlah fenomena penting lainnya dalam kesastraan di sana. Kita perlu pintu masuk untuk memahami dunia yang kita ingin kenali.
Saya bayangkan seperti itu juga dengan orang-orang dari luar sana yang memiliki minat terhadap sastra Indonesia. Mereka mula-mula akan mencari tulisan tentang sastra Indonesia terkini, atau karya sastra yang ditulis sepanjang kurun waktu tertentu, dan mengenal nama-nama pengarangnya. Jika mereka tidak mendapatkan ulasan-ulasan yang memadai, mereka akan mencari tahu melalui figur yang mereka kenal di dalam jaringan pertemanan mereka dan mereka anggap sebagai sosok penting dalam sastra Indonesia. Maka, politik perkoncoan bekerja.
Dan politik perkoncoan adalah risiko yang harus kita tanggung ketika kita tidak memperkenalkan karya-karya terbaik para penulis kita dan tidak ada orang yang betul-betul mengikuti perkembangan kesastraan secara tekun, menulis kritik, dan mencatat pencapaian-pencapaian para penulis. Anda tidak mungkin merekomendasikan nama-nama yang tidak Anda kenal. Seseorang yang membangun jaringan dengan orang-orang di luar negeri tentu akan menyodorkan konco-konconya sendiri lebih dulu sebagai penulis-penulis terdepan yang layak diperkenalkan kepada khalayak pembaca di luar sana.
Apa boleh buat, itu situasi yang hanya bisa kita terima. Jika kita marah-marah, mereka hanya akan menganggap kita anjing menggonggong. Mereka kafilah yang tak peduli dan akan terus berlalu ke arah yang mereka tuju.
Lintasan-lintasan pikiran semacam itu, yang bisa datang sembarang waktu, kadang-kadang bisa segera saya lupakan, namun sering juga menjadi gangguan dalam waktu lama. Pikiran, Anda tahu, adalah makhluk yang bisa berbuat semaunya. Jika kita tidak mengendalikannya, ia bisa membawa kita mengembara ke mana pun ia suka. Pikiran bisa juga menjadi monster ganas yang menyandera kita dan akan membuat kita terus berkubang pada kesedihan, kepahitan, dan mendorong kita meyakini bahwa kita sedang memikul seluruh jenis penderitaan di muka bumi.
Dorongan selintas untuk menjadi penulis kritik itu kemudian memunculkan konsekuensi lanjutan. Itu berarti saya sebaiknya tidak usah menulis cerita. Kalau saya masih menulis cerita, mungkin saya tidak akan bisa menjadi penulis kritik yang lebih tekun. Selain itu, saya akan dianggap bus kota yang ugal-ugalan dan suka menyerempet-nyerempet bus kota lain. Selama ini, dengan risiko dianggap sebagai bus kota yang ugal-ugalan, saya sesekali mengulas karya penulis lain.
Saya kira tidak akan menjadi masalah sekiranya saya berhenti menulis cerita. Masih banyak di negara ini orang-orang yang ingin menulis karya sastra. Mereka ada di mana-mana dan kita bisa menjumpai para penulis itu di sembarang tempat. Di gerumbul semak-semak, Anda bisa menjumpai penulis berbakat. Di lumbung penyimpanan gabah kering, Anda bisa menjumpai penulis berbakat lainnya. Di balik bongkahan batu koral, Anda bisa menemukan seseorang tengah menulis puisi atau mengarang cerita.
Orang-orang yang tidak kita kenal, yang sama-sama berbelanja mi instan di supermarket kecil seberang jalan, beberapa di antara mereka mungkin penulis. Ibu-ibu yang memarahi anaknya sampai si anak menangis tersengal-sengal dan mengantuk sangat mungkin adalah kolega, sesama penulis.
Tapi, dengan perasaan yang tidak enak, saya terpaksa menyampaikan, meskipun jumlah mereka sangat banyak dan ada di mana-mana, saya tidak yakin kebanyakan di antara mereka memiliki ketekunan untuk belajar menulis secara sungguh-sungguh, baik untuk menghasilkan karya populer maupun karya sastra.
Teman saya, editor sebuah penerbitan, suatu hari cengar-cengir sambil memperlihatkan kepada saya naskah novel yang sama tebalnya dengan bantalan rel kereta api. Penulisnya datang ke kantor redaksi dan membuat presentasi tentang novel yang baru saja dia serahkan kepada penerbit. Sesudahnya, mereka bercakap-cakap sebentar dan membicarakan buku-buku dan penulis itu mengakui tidak pernah membaca buku.
Itu satu sampel. Ditambah empat orang yang pernah membuat pengakuan serupa kepada saya, jumlah penulis atau calon penulis berbakat yang tidak membaca satu buku pun kini menjadi lima. Tiga di antara lima orang itu takut karya mereka menjadi tidak orisinal jika mereka membaca buku orang lain. Itu yang saya ketahui. Yang tidak saya ketahui lebih banyak lagi.
Dalam bahasa Inggris, kita bisa menjumpai banyak buku teknik menulis, mungkin sudah ada ribuan judul, dan mereka telah membahas sampai hal-hal terkecil dalam penulisan. Buku-buku semacam itu tidak banyak dalam bahasa Indonesia. Ada beberapa judul dan separonya terasa seperti buku-buku pembangkit kepercayaan diri, yang menyampaikan kepada pembaca bahwa menjadi penulis sama sekali tidak memerlukan bakat, atau siapa pun bisa menjadi penulis hebat, atau siapa pun besok pagi bisa menjadi penulis genius.
Mungkin untuk menjadi penulis (cerita) yang hebat atau genius, seseorang memang tidak memerlukan bakat apa pun. Mereka hanya memerlukan, antara lain, (1) kecakapan menulis; (2) kemampuan bercerita; (3) pemahaman yang memadai tentang seperti apa tulisan yang baik dan seperti apa tulisan yang buruk; (4) kecakapan berbahasa, memilih kata, dan menyusun kalimat; (5) pengetahuan yang baik tentang unsur-unsur penceritaan; (6) tahu cara menulis dialog yang bagus; (7) tahu cara menciptakan tokoh yang menarik; (8) kemampuan menyunting tulisan sendiri; (9) pengetahuan tentang cara mengatur ritme cerita; (10) dan lain-lain.
Jika Anda memiliki pemahaman mendalam tentang manusia, itu lebih baik. Jika Anda kurang memahami watak manusia, Anda bisa membaca karya-karya Shakespeare. Pak Pujangga Inggris itu telah menciptakan lebih dari 1.200 karakter melalui seluruh karyanya. Dalam bukunya yang berjudul Shakespeare: The Invention of the Human, kritikus sastra Harold Bloom menulis: ''Tidak ada orang lain, baik sebelum maupun sesudah Shakespeare, yang menciptakan begitu banyak karakter.'' Bloom menyebutnya sebagai penemu manusia dan orang yang telah mengubah teknik penceritaan. Shakespeare telah mengubah cara karakter-karakter itu dipresentasikan.
''Tokoh-tokoh cerita sebelum Shakespeare relatif tidak mengalami perubahan,'' tulis Bloom. ''Para perempuan dan lelaki memang ditampilkan menua dan sekarat, tetapi tidak mengalami perubahan yang disebabkan relasi mereka dengan diri sendiri. Dalam Shakespeare, tokoh-tokoh mengalami perkembangan dan tidak sekadar dituturkan, dan mereka berkembang karena memikirkan kembali tentang diri mereka sendiri.''
Bloom menyarankan, jika Anda ingin memahami manusia, dan memahami bagaimana karakter-karakter itu ditampilkan serta berkembang di dalam cerita, bacalah Shakespeare sebulan satu. Tapi, sialnya, membaca Shakespeare sulit sekali dan bahasa Inggrisnya akan membuat kepala kita melintir. Hanya jika memiliki kesungguhan untuk belajar menulis, Anda akan tahan membacanya.
Saya pikir akan sangat menyenangkan untuk mengulas karya-karya yang ditulis oleh mereka yang selalu berusaha meningkatkan pengetahuan dan kecakapan menulis. Pada saat itu, saya ingin betul-betul menjadi kritikus saja dan memperkenalkan dengan rasa gembira karya-karya para penulis yang berdiam di balik semak-semak, atau hanya bercokol sepanjang hayat di balik bongkahan batu koral.
*) A.S. LAKSANA ;Sastrawan, pengarang, kritikus sastra yang dikenal aktif menulis di berbagai media cetak nasional di Indonesia.
http://www2.jawapos.com/baca/opinidetail/15339/para-penulis-di-balik-bongkahan-koral
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Azis Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.S. Laksana
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Malik
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adi Prasetyo
Afnan Malay
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Suyudi
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amalia Sulfana
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminullah HA Noor
Andari Karina Anom
Andi Nur Aminah
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Anindita S. Thayf
Anitya Wahdini
Anton Bae
Anton Kurnia
Anung Wendyartaka
Anwar Nuris
Anwari WMK
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arief Budiman
Ariel Heryanto
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Arifi Saiman
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
Ary Wibowo
AS Sumbawi
Asarpin
Asbari N. Krisna
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asti Musman
Atep Kurnia
Atih Ardiansyah
Aulia A Muhammad
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
B. Nawangga Putra
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bakdi Sumanto
Balada
Bale Aksara
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bedah Buku
Beni Setia
Benni Indo
Benny Arnas
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Buku Kritik Sastra
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Butet Kartaredjasa
Cahyo Junaedy
Cak Kandar
Caroline Damanik
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Saifullah
Cornelius Helmy Herlambang
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Sunendar
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Dante Alighieri
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Pramono
Delvi Yandra
Deni Andriana
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewey Setiawan
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hartati
Diana A.V. Sasa
Dianing Widya Yudhistira
Dina Jerphanion
Djadjat Sudradjat
Djasepudin
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Dwijo Maksum
E. M. Cioran
E. Syahputra
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Triono
Elisa Dwi Wardani
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endro Yuwanto
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Esai
Evi Idawati
F Dewi Ria Utari
F. Dewi Ria Utari
Fadlillah Malin Sutan Kayo
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Faruk HT
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fazabinal Alim
Fazar Muhardi
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Frans Ekodhanto
Fransiskus X. Taolin
Franz Kafka
Fuad Nawawi
Gabriel García Márquez
Gde Artawa
Geger Riyanto
Gendhotwukir
Gerakan Surah Buku (GSB)
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gunoto Saparie
Gusty Fahik
H. Rosihan Anwar
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Haris del Hakim
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hasyuda Abadi
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Herdiyan
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman Hasyim
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru Emka
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Humam S Chudori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Tito Sianipar
Ian Ahong Guruh
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IDG Windhu Sancaya
Iffah Nur Arifah
Ignas Kleden
Ignasius S. Roy Tei Seran
Ignatius Haryanto
Ignatius Liliek
Ika Karlina Idris
Ilham Khoiri
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah S. Pratidina
Indiar Manggara
Indra Tranggono
Indrian Koto
Insaf Albert Tarigan
Ipik Tanoyo
Irine Rakhmawati
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Norman
Istiqomatul Hayati
Iswara N Raditya
Iverdixon Tinungki
Iwan Gunadi
Iwan Nurdaya Djafar
Jadid Al Farisy
Jakob Sumardjo
Jamal D. Rahman
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jaya Suprana
Jean-Paul Sartre
JJ. Kusni
Joanito De Saojoao
Jodhi Yudono
John Js
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Ki Panji Kusmin
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Ko Hyeong Ryeol
Koh Young Hun
Komarudin
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Lenah Susianty
Leon Trotsky
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayani
Luhung Sapto Nugroho
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lusiana Indriasari
Lutfi Mardiansyah
M Syakir
M. Faizi
M. Fauzi Sukri
M. Mustafied
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
Made Wianta
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Majalah Budaya Jejak
Makmur Dimila
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Mariana Amiruddin
Martin Aleida
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Media Dunia Sastra
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
Melani Budianta
Mezra E Pellondou
MG. Sungatno
Micky Hidayat
Mikael Johani
Mikhael Dua
Misbahus Surur
Moch Arif Makruf
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohamed Nasser Mohamed
Mohammad Takdir Ilahi
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyidin
Mujtahid
Munawir Aziz
Musa Asy’arie
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N. Mursidi
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naqib Najah
Narudin Pituin
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Neni Ridarineni
Nezar Patria
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Rastiti
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noval Jubbek
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Utami Sari’at Kurniati
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Obrolan
Odhy`s
Okta Adetya
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Otto Sukatno CR
Pablo Neruda
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Pertemuan Mahasiswa
Puji Santosa
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Rahmah Maulidia
Rahmi Hattani
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rambuana
Ramzah Dambul
Raudal Tanjung Banua
Redhitya Wempi Ansori
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Ria Febrina
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Richard Strauss
Rida K Liamsi
Riduan Situmorang
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Rina Mahfuzah Nst
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roland Barthes
Romi Zarman
Romo Jansen Boediantono
Rosidi
Ruslani
S Prana Dharmasta
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Müller
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Saiful Amin Ghofur
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Madany Syani
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sem Purba
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siti Mugi Rahayu
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Sohifur Ridho’i
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Sri Rominah
Sri Wintala Achmad
St. Sularto
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Sudarmoko
Sudaryono
Sudirman
Sugeng Satya Dharma
Suhadi
Sujiwo Tedjo
Sukar
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susilowati
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Buyil
Syaifuddin Gani
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Usman Awang
UU Hamidy
Vinc. Kristianto Batuadji
Vladimir I. Braginsky
W.S. Rendra
Wahib Muthalib
Wahyu Utomo
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weni Suryandari
Wiko Antoni
Wina Karnie
Winarta Adisubrata
Wiwik Widayaningtias
Yanto le Honzo
Yanuar Widodo
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yudhis M. Burhanudin
Yukio Mishima
Yulhasni
Yuli
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusmar Yusuf
Yusri Fajar
Yuswinardi
Yuval Noah Harari
Zaki Zubaidi
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zen Rachmat Sugito
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar