Selasa, 19 Desember 2017

Para Penulis di Balik Bongkahan Koral

A.S. Laksana *
Jawa Pos 6/04/2015

TANPA memperhitungkan faktor kemalasan diri sendiri, pada suatu siang, tiba-tiba terlintas dalam benak bahwa tampaknya lebih baik saya menjadi penulis kritik sastra saja. Saya pikir, ini urusan yang besar manfaatnya. Kita tidak lagi memiliki orang seperti H.B. Jassin dan A. Teeuw yang tekun mengikuti perkembangan kesastraan dan rajin menyampaikan pemikiran mereka tentang karya-karya para penulis.

Bahasa Indonesia, kita tahu, digunakan hanya oleh orang-orang di negara kepulauan ini. Di luar sana, orang menggunakan bahasa mereka masing-masing. Mereka tidak akan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, tidak akan membaca buku-buku berbahasa Indonesia, tidak akan peduli terhadap karya-karya para pengarang Indonesia. Sama belaka dengan kebanyakan orang Indonesia yang tidak akan peduli terhadap karya-karya para penulis dari Botswana atau karya sastra dari Kepulauan Faroe atau dari Negeri Bonga.

Mungkin ada satu dua orang di antara kita yang ingin tahu seperti apa karya-karya terbaik dari Botswana atau Negeri Bonga. Maka orang itu akan mencari sedapat mungkin ulasan yang pernah ditulis orang tentang perkembangan kesastraan di kedua negara itu, demi menemukan judul buku paling fenomenal, atau untuk menemukan nama sastrawan paling berpengaruh, atau mengenali tema-tema apa yang banyak digarap di sana, atau untuk menemukan sejumlah fenomena penting lainnya dalam kesastraan di sana. Kita perlu pintu masuk untuk memahami dunia yang kita ingin kenali.

Saya bayangkan seperti itu juga dengan orang-orang dari luar sana yang memiliki minat terhadap sastra Indonesia. Mereka mula-mula akan mencari tulisan tentang sastra Indonesia terkini, atau karya sastra yang ditulis sepanjang kurun waktu tertentu, dan mengenal nama-nama pengarangnya. Jika mereka tidak mendapatkan ulasan-ulasan yang memadai, mereka akan mencari tahu melalui figur yang mereka kenal di dalam jaringan pertemanan mereka dan mereka anggap sebagai sosok penting dalam sastra Indonesia. Maka, politik perkoncoan bekerja.

Dan politik perkoncoan adalah risiko yang harus kita tanggung ketika kita tidak memperkenalkan karya-karya terbaik para penulis kita dan tidak ada orang yang betul-betul mengikuti perkembangan kesastraan secara tekun, menulis kritik, dan mencatat pencapaian-pencapaian para penulis. Anda tidak mungkin merekomendasikan nama-nama yang tidak Anda kenal. Seseorang yang membangun jaringan dengan orang-orang di luar negeri tentu akan menyodorkan konco-konconya sendiri lebih dulu sebagai penulis-penulis terdepan yang layak diperkenalkan kepada khalayak pembaca di luar sana.

Apa boleh buat, itu situasi yang hanya bisa kita terima. Jika kita marah-marah, mereka hanya akan menganggap kita anjing menggonggong. Mereka kafilah yang tak peduli dan akan terus berlalu ke arah yang mereka tuju.

Lintasan-lintasan pikiran semacam itu, yang bisa datang sembarang waktu, kadang-kadang bisa segera saya lupakan, namun sering juga menjadi gangguan dalam waktu lama. Pikiran, Anda tahu, adalah makhluk yang bisa berbuat semaunya. Jika kita tidak mengendalikannya, ia bisa membawa kita mengembara ke mana pun ia suka. Pikiran bisa juga menjadi monster ganas yang menyandera kita dan akan membuat kita terus berkubang pada kesedihan, kepahitan, dan mendorong kita meyakini bahwa kita sedang memikul seluruh jenis penderitaan di muka bumi.

Dorongan selintas untuk menjadi penulis kritik itu kemudian memunculkan konsekuensi lanjutan. Itu berarti saya sebaiknya tidak usah menulis cerita. Kalau saya masih menulis cerita, mungkin saya tidak akan bisa menjadi penulis kritik yang lebih tekun. Selain itu, saya akan dianggap bus kota yang ugal-ugalan dan suka menyerempet-nyerempet bus kota lain. Selama ini, dengan risiko dianggap sebagai bus kota yang ugal-ugalan, saya sesekali mengulas karya penulis lain.

Saya kira tidak akan menjadi masalah sekiranya saya berhenti menulis cerita. Masih banyak di negara ini orang-orang yang ingin menulis karya sastra. Mereka ada di mana-mana dan kita bisa menjumpai para penulis itu di sembarang tempat. Di gerumbul semak-semak, Anda bisa menjumpai penulis berbakat. Di lumbung penyimpanan gabah kering, Anda bisa menjumpai penulis berbakat lainnya. Di balik bongkahan batu koral, Anda bisa menemukan seseorang tengah menulis puisi atau mengarang cerita.

Orang-orang yang tidak kita kenal, yang sama-sama berbelanja mi instan di supermarket kecil seberang jalan, beberapa di antara mereka mungkin penulis. Ibu-ibu yang memarahi anaknya sampai si anak menangis tersengal-sengal dan mengantuk sangat mungkin adalah kolega, sesama penulis.

Tapi, dengan perasaan yang tidak enak, saya terpaksa menyampaikan, meskipun jumlah mereka sangat banyak dan ada di mana-mana, saya tidak yakin kebanyakan di antara mereka memiliki ketekunan untuk belajar menulis secara sungguh-sungguh, baik untuk menghasilkan karya populer maupun karya sastra.

Teman saya, editor sebuah penerbitan, suatu hari cengar-cengir sambil memperlihatkan kepada saya naskah novel yang sama tebalnya dengan bantalan rel kereta api. Penulisnya datang ke kantor redaksi dan membuat presentasi tentang novel yang baru saja dia serahkan kepada penerbit. Sesudahnya, mereka bercakap-cakap sebentar dan membicarakan buku-buku dan penulis itu mengakui tidak pernah membaca buku.

Itu satu sampel. Ditambah empat orang yang pernah membuat pengakuan serupa kepada saya, jumlah penulis atau calon penulis berbakat yang tidak membaca satu buku pun kini menjadi lima. Tiga di antara lima orang itu takut karya mereka menjadi tidak orisinal jika mereka membaca buku orang lain. Itu yang saya ketahui. Yang tidak saya ketahui lebih banyak lagi.

Dalam bahasa Inggris, kita bisa menjumpai banyak buku teknik menulis, mungkin sudah ada ribuan judul, dan mereka telah membahas sampai hal-hal terkecil dalam penulisan. Buku-buku semacam itu tidak banyak dalam bahasa Indonesia. Ada beberapa judul dan separonya terasa seperti buku-buku pembangkit kepercayaan diri, yang menyampaikan kepada pembaca bahwa menjadi penulis sama sekali tidak memerlukan bakat, atau siapa pun bisa menjadi penulis hebat, atau siapa pun besok pagi bisa menjadi penulis genius.

Mungkin untuk menjadi penulis (cerita) yang hebat atau genius, seseorang memang tidak memerlukan bakat apa pun. Mereka hanya memerlukan, antara lain, (1) kecakapan menulis; (2) kemampuan bercerita; (3) pemahaman yang memadai tentang seperti apa tulisan yang baik dan seperti apa tulisan yang buruk; (4) kecakapan berbahasa, memilih kata, dan menyusun kalimat; (5) pengetahuan yang baik tentang unsur-unsur penceritaan; (6) tahu cara menulis dialog yang bagus; (7) tahu cara menciptakan tokoh yang menarik; (8) kemampuan menyunting tulisan sendiri; (9) pengetahuan tentang cara mengatur ritme cerita; (10) dan lain-lain.

Jika Anda memiliki pemahaman mendalam tentang manusia, itu lebih baik. Jika Anda kurang memahami watak manusia, Anda bisa membaca karya-karya Shakespeare. Pak Pujangga Inggris itu telah menciptakan lebih dari 1.200 karakter melalui seluruh karyanya. Dalam bukunya yang berjudul Shakespeare: The Invention of the Human, kritikus sastra Harold Bloom menulis: ''Tidak ada orang lain, baik sebelum maupun sesudah Shakespeare, yang menciptakan begitu banyak karakter.'' Bloom menyebutnya sebagai penemu manusia dan orang yang telah mengubah teknik penceritaan. Shakespeare telah mengubah cara karakter-karakter itu dipresentasikan.

''Tokoh-tokoh cerita sebelum Shakespeare relatif tidak mengalami perubahan,'' tulis Bloom. ''Para perempuan dan lelaki memang ditampilkan menua dan sekarat, tetapi tidak mengalami perubahan yang disebabkan relasi mereka dengan diri sendiri. Dalam Shakespeare, tokoh-tokoh mengalami perkembangan dan tidak sekadar dituturkan, dan mereka berkembang karena memikirkan kembali tentang diri mereka sendiri.''

Bloom menyarankan, jika Anda ingin memahami manusia, dan memahami bagaimana karakter-karakter itu ditampilkan serta berkembang di dalam cerita, bacalah Shakespeare sebulan satu. Tapi, sialnya, membaca Shakespeare sulit sekali dan bahasa Inggrisnya akan membuat kepala kita melintir. Hanya jika memiliki kesungguhan untuk belajar menulis, Anda akan tahan membacanya.

Saya pikir akan sangat menyenangkan untuk mengulas karya-karya yang ditulis oleh mereka yang selalu berusaha meningkatkan pengetahuan dan kecakapan menulis. Pada saat itu, saya ingin betul-betul menjadi kritikus saja dan memperkenalkan dengan rasa gembira karya-karya para penulis yang berdiam di balik semak-semak, atau hanya bercokol sepanjang hayat di balik bongkahan batu koral.

*) A.S. LAKSANA ;Sastrawan, pengarang, kritikus sastra yang dikenal aktif menulis di berbagai media cetak nasional di Indonesia.
http://www2.jawapos.com/baca/opinidetail/15339/para-penulis-di-balik-bongkahan-koral

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati