M.H. Abid *
komunitassastra.wordpress.com
Dialog on-air Jogja Realitas yang digelar Radio Eltira FM pada 23 Maret 2007 lalu mengangkat topik “Jogja Kota Buku”. Dialog tersebut menghadirkan pihak penerbit, distributor, dan toko buku—pihak yang dianggap menunjang konsep Kota Buku. Sayang, selain tidak dihadirkan, pihak penulis dan dunia kepenulisan di Yogyakarta tidak disinggung dalam dialog itu. Apakah penulis dan dunia kepenulisan bukan unsur penunjang Kota Buku? Atau apakah Yogyakarta tidak menunjang bagi tumbuh dan berkembangnya dunia penulisan?
Tentu saja tidak. Bisa dikata justru penulis dan dunia penulisan adalah unsur terpenting industri perbukuan. Dan di Yogyakarta dunia penulisan juga tumbuh subur, barangkali tersubur ketimbang daerah lain di Indonesia. Ini bisa dilihat di sejumlah media massa nasional, banyak penulis yang mempublikasikan tulisannya di sana berasal atau berdomisili di Yogyakarta.
Demikian pula, dalam diskusi Eltira Bookshelf yang digelar Eltira FM pada 26 Maret 2007 lalu yang membedah buku kumpulan cerpen Loktong (cina: Pelacur), penulis terbanyak di buku tersebut berasal dari Yogyakarta. Loktong adalah kumpulan cerpen pemenang lomba penulisan cerpen pemuda nasional yang digelar oleh Creative Writing Institute (CWI) dan Kementerian Pemuda dan Olahraga pada penghujung tahun 2006. Tidak hanya penulis Yogya yang terbanyak masuk nominasi dibanding penulis kota lain, di akhir buku itu dicantumkan nama-nama peserta yang berpartisipasi dalam lomba tersebut. Dan, peserta terbanyak tersebut berasal dari Yogyakarta.
Yogyakarta sejak lama memang menjadi kota tempat bersemayamnya banyak penulis, tidak hanya tingkat nasional bahkan juga dunia. Secara serampangan kita bisa menyebutkan nama-nama seperti Umar Kayam, Kuntowijoyo, Mukti Ali, Emha Ainun Nadjib, Y.B. Mangunwijaya, Sindhunata, dan masih banyak lagi. Penyair sekaligus wartawan F. Rahardi pernah menyebutkan bahwa pada 1970-an Yogyakarta merupakan kota terbanyak melahirkan penyair. Pada 1960 hingga 1970-an tercatat Rendra, Kirjomulyo, Darmanto Yatman, dan Sapardi Djoko Damono pernah tinggal di Yogyakarta.
Masihkah Yogyakarta sekarang melahirkan penulis-penulis seperti tahun-tahun 1970-an? Seperti telah disebutkan, jika mereka yang menulis di media massa, dan jika ini bisa dijadikan parameter, jawabannya adalah masih. Kata kuncinya adalah regenerasi. Yogyakarta bisa dikata merupakan laboratorium regenerasi kepenulisan di negeri ini. Beberapa tahun terakhir, kita mencatat penulis-penulis baru yang lahir dari rahim Yogyakarta antara lain Indra Tranggono, Agus Noor, Puthut EA., Eka Kurniawan, Dwicipta, dll.
Saya melihat, regenerasi tersebut berhasil sukses hingga Yogyakarta tak pernah habis melahirkan penulis baru karena beberapa faktor. Pertama, iklim akademis yang mendukung. Yogyakarta dikenal sebagai kota pendidikan, dengan ratusan sekolah dan perguruan tinggi tersebar di sini. Salah satu faktor yang dekat dengan dunia pendidikan adalah dunia tulis-menulis.
Memang, beberapa waktu lalu di Kompas Yogyakarta pernah diperdebatkan tentang sedikitnya karya-karya “bermutu” yang diterbitkan. Kalau sebelumnya penerbitan Yogyakarta dikenal sebagai penerbit buku “berat”, beberapa tahun belakangan berubah menjadi penerbit buku “kacangan” berselera pasar. Ketiadaan naskah dari akademisi dituding sebagai penyebab, yang kemudian dijawab wakil akademisi akibat dari iklim dunia akademik yang tidak kondusif. Namun demikian, kedekatan dunia kampus dengan dunia tulis-menulis tidak terbantahkan.
Salah satu bukti kedekatan itu adalah adanya lembaga pers mahasiswa (LPM). LPM adalah lembaga di mana mahasiswa bisa berlatih menulis, meliput berita, dan mengelola penerbitan. Fakta lain yang tak terbantahkan adalah bahwa dunia penerbitan Yogyakarta banyak lahir dari mereka yang semasa mahasiswa aktif di LPM. Namun disayangkan, menurut penelitian Nuraini Juliastuti (2005), kalau sebelum Reformasi pers kampus diliputi suasana kekritisan (terhadap kekuasaan), pasca-Reformasi banyak pers kampus lahir sebagai bagian dari gaya hidup (life-style).
Kedua, regenerasi dan lahirnya penulis-penulis baru juga berkat banyaknya komunitas-komunitas menulis di Yogyakarta. Di kota ini terdapat komunitas menulis seperti Rumah Lebah, Rumah Poetika, Kajian Jumat Sore, Bulaksumur, Tanda Baca, serta dulu ada Akademi Kebudayaan Yogyakarta (AKY). Komunitas-komunitas ini terbukti melahirkan banyak penulis berbakat. AKY misalnya antara lain melahirkan Eka Kurniawan dan Puthut EA., sementara Rumah Lebah terbukti menelurkan Raudal Tanjung Banua dan Sunlie Thomas Alexander.
Menulis memang aktifitas soliter, yang pada akhirnya dikerjakan sendiri. Namun kehadiran komunitas setidaknya berfungsi sebagai tempat diskusi, saling menyemangati, saling kritik, serta yang terpenting menyediakan beragam bacaan (entah dengan membeli bersama atau saling pinjam). Sayang komunitas-komunitas tersebut sering tidak mendapat dukungan (baca: kurang dana) untuk berbuat lebih. Sebagai misal, sewaktu Rumah Poetika beberapa waktu lalu mengadakan Forum Penyair Empat Kota, mereka terpaksa menyelenggarakannya secara “pontang-panting” karena tidak banyak mendapat dukungan dana, padahal mereka membawa nama sebagai wakil dari Yogyakarta.
Ketiga, hubungan sesama penulis di Yogyakarta yang lebih cair dan mesra. Senioritas-yunioritas, kalau harus disebut demikian, bukan halangan untuk saling berbagi dan berbincang. Yang senior membimbing yang yunior, sementara yang yunior menghormati yang lebih senior. Ini yang tidak terdapat di kota lain. Sewaktu saya menghadiri peluncuran buletin sebuah komunitas menulis di Solo bulan lalu, banyak teman di sana yang mengeluhkan tidak adanya hubungan harmonis sebagaimana di Yogya. Di sana, yang senior berjalan sendiri, bahkan kemudian tidak betah dengan iklim seperti itu dan berpindah ke kota lain.
Sebagai turunan dari pembimbingan dari yang senior tadi, keempat, lahir kemudian penulis senior yang menjadi semacam “guru”, karena dia memang tiada kenal lelah memberikan bimbingan kepada yang yunior. Pada 1960 hingga 1970-an, di Yogya yang dianggap sebagai “guru” menulis adalah penyair Umbu Landu Paranggi. Meski tidak pernah mengklaim diri demikian, tapi beberapa penulis seperti Emha Ainun Nadjib, Linus Suryadi AG., Korrie Layun Rampan, Iman Budi Santosa menahbiskannya sebagai “guru” mereka.
Namun, pascapindahnya Umbu ke Bali pada 1975, Yogyakarta seperti kehilangan “guru” yang serius membina yuniornya seperti dia. Beberapa tahun setelahnya, nama Umbu sang “Presiden Malioboro” hanya jadi kenangan sebagai pengharum dunia penulisan Yogyakarta, tanpa pernah menemukan penggantinya.
Baru pada akhir 1990-an muncul “Gus” Zainal Arifin Thoha. Namanya mungkin jauh dari publisitas, tapi perannya dalam memajukan dunia penulisan terutama di pesantren tidak bisa dikata kecil. Beberapa penulis seperti Joni Ariadinata dan Muhidin M. Dahlan menyebut dia sebagai “guru” menulis mereka. Gus Zainal mendirikan pesantren Hasyim Asy’ari dan lembaga penulisan Kutub di bilangan Krapyak, Bantul. Kutub pada tahun-tahun terakhir cukup dikenal di jagad penulisan Yogyakarta.
Namun, takdir ternyata punya logikanya sendiri. Kalau beberapa kalangan seperti Shiho Sawai, peneliti komunitas sastra di Yogyakarta asal Jepang, menyebut Gus Zainal sebagai penerus Umbu, sang penerus itu ternyata lebih cepat mendahului yang digantikan. Pada Maret 2007 lalu Gus Zainal menghadap Sang Pencipta. Siapa pengganti guru penulis Yogya pasca Umbu dan Gus Zainal?
Demikianlah di antara faktor yang menyebabkan proses regenerasi penulis Yogya terus berlangsung hingga kini. Penulis dan dunia kepenulisan tentu tidak bisa diabaikan sebagai penyokong Kota Buku, tidak hanya penerbit, distributor, dan toko buku. Sinergi antara penulis dan penerbit setidaknya harus terbangun. Memang, selama ini, dengan sifatnya yang “kecil”, penerbitan Yogya terkadang abai dengan hak-hak penulis, sehingga menyebabkan penulis Yogya yang sudah dikenal memercayakan penerbitan karyanya pada penerbit luar Yogya. Namun, penulis juga harus berterima kasih kepada penerbitan seperti itu, karena merekalah yang paling berani mengambil risiko ketika sang penulis belum menjadi siapa-siapa.
***
*) Penulis, Editor, Tinggal di Yogyakarta
Dijumput dari: https://komunitassastra.wordpress.com/2010/08/21/dunia-penulis-yogyakarta-2/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Azis Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.S. Laksana
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Malik
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adi Prasetyo
Afnan Malay
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Suyudi
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amalia Sulfana
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminullah HA Noor
Andari Karina Anom
Andi Nur Aminah
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Anindita S. Thayf
Anitya Wahdini
Anton Bae
Anton Kurnia
Anung Wendyartaka
Anwar Nuris
Anwari WMK
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arief Budiman
Ariel Heryanto
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Arifi Saiman
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
Ary Wibowo
AS Sumbawi
Asarpin
Asbari N. Krisna
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asti Musman
Atep Kurnia
Atih Ardiansyah
Aulia A Muhammad
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
B. Nawangga Putra
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bakdi Sumanto
Balada
Bale Aksara
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bedah Buku
Beni Setia
Benni Indo
Benny Arnas
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Buku Kritik Sastra
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Butet Kartaredjasa
Cahyo Junaedy
Cak Kandar
Caroline Damanik
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Saifullah
Cornelius Helmy Herlambang
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Sunendar
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Dante Alighieri
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Pramono
Delvi Yandra
Deni Andriana
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewey Setiawan
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hartati
Diana A.V. Sasa
Dianing Widya Yudhistira
Dina Jerphanion
Djadjat Sudradjat
Djasepudin
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Dwijo Maksum
E. M. Cioran
E. Syahputra
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Triono
Elisa Dwi Wardani
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endro Yuwanto
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Esai
Evi Idawati
F Dewi Ria Utari
F. Dewi Ria Utari
Fadlillah Malin Sutan Kayo
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Faruk HT
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fazabinal Alim
Fazar Muhardi
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Frans Ekodhanto
Fransiskus X. Taolin
Franz Kafka
Fuad Nawawi
Gabriel García Márquez
Gde Artawa
Geger Riyanto
Gendhotwukir
Gerakan Surah Buku (GSB)
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gunoto Saparie
Gusty Fahik
H. Rosihan Anwar
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Haris del Hakim
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hasyuda Abadi
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Herdiyan
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman Hasyim
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru Emka
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Humam S Chudori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Tito Sianipar
Ian Ahong Guruh
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IDG Windhu Sancaya
Iffah Nur Arifah
Ignas Kleden
Ignasius S. Roy Tei Seran
Ignatius Haryanto
Ignatius Liliek
Ika Karlina Idris
Ilham Khoiri
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah S. Pratidina
Indiar Manggara
Indra Tranggono
Indrian Koto
Insaf Albert Tarigan
Ipik Tanoyo
Irine Rakhmawati
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Norman
Istiqomatul Hayati
Iswara N Raditya
Iverdixon Tinungki
Iwan Gunadi
Iwan Nurdaya Djafar
Jadid Al Farisy
Jakob Sumardjo
Jamal D. Rahman
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jaya Suprana
Jean-Paul Sartre
JJ. Kusni
Joanito De Saojoao
Jodhi Yudono
John Js
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Ki Panji Kusmin
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Ko Hyeong Ryeol
Koh Young Hun
Komarudin
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Lenah Susianty
Leon Trotsky
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayani
Luhung Sapto Nugroho
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lusiana Indriasari
Lutfi Mardiansyah
M Syakir
M. Faizi
M. Fauzi Sukri
M. Mustafied
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
Made Wianta
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Majalah Budaya Jejak
Makmur Dimila
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Mariana Amiruddin
Martin Aleida
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Media Dunia Sastra
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
Melani Budianta
Mezra E Pellondou
MG. Sungatno
Micky Hidayat
Mikael Johani
Mikhael Dua
Misbahus Surur
Moch Arif Makruf
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohamed Nasser Mohamed
Mohammad Takdir Ilahi
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyidin
Mujtahid
Munawir Aziz
Musa Asy’arie
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N. Mursidi
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naqib Najah
Narudin Pituin
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Neni Ridarineni
Nezar Patria
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Rastiti
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noval Jubbek
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Utami Sari’at Kurniati
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Obrolan
Odhy`s
Okta Adetya
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Otto Sukatno CR
Pablo Neruda
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Pertemuan Mahasiswa
Puji Santosa
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Rahmah Maulidia
Rahmi Hattani
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rambuana
Ramzah Dambul
Raudal Tanjung Banua
Redhitya Wempi Ansori
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Ria Febrina
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Richard Strauss
Rida K Liamsi
Riduan Situmorang
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Rina Mahfuzah Nst
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roland Barthes
Romi Zarman
Romo Jansen Boediantono
Rosidi
Ruslani
S Prana Dharmasta
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Müller
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Saiful Amin Ghofur
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Madany Syani
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sem Purba
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siti Mugi Rahayu
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Sohifur Ridho’i
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Sri Rominah
Sri Wintala Achmad
St. Sularto
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Sudarmoko
Sudaryono
Sudirman
Sugeng Satya Dharma
Suhadi
Sujiwo Tedjo
Sukar
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susilowati
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Buyil
Syaifuddin Gani
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Usman Awang
UU Hamidy
Vinc. Kristianto Batuadji
Vladimir I. Braginsky
W.S. Rendra
Wahib Muthalib
Wahyu Utomo
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weni Suryandari
Wiko Antoni
Wina Karnie
Winarta Adisubrata
Wiwik Widayaningtias
Yanto le Honzo
Yanuar Widodo
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yudhis M. Burhanudin
Yukio Mishima
Yulhasni
Yuli
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusmar Yusuf
Yusri Fajar
Yuswinardi
Yuval Noah Harari
Zaki Zubaidi
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zen Rachmat Sugito
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar