Rabu, 16 Juli 2014

Buku dan Semangat Mencerdaskan Bangsa

Akhmad Sekhu *
kompasiana.com/akhmadsekhu

Dalam buku Tempat-tempat Imajiner: Perlawatan ke Dunia Sastra Amerika terbitan Yayasan Obor Indonesia terjemahan Sori Siregar, Erwin Yusbar Salim, Ayu Utami, terdapat sebuah cerita, dimana Michael Pearson, penulis buku tersebut, tidak sengaja mendengar obrolan anaknya dengan sekelompok temannya. Mereka membicarakan pekerjaan ayah masing-masing. Ia ingat betul anaknya berkata, “Pekerjaan ayahku membaca buku.” Ia menyesal karena ia tidak mampu mengatakan sesuatu yang lebih menarik atau lebih mempunyai alasan kuat daripada mengatakan itu.
Namun, anaknya toh mendekati kenyataan. Membaca buku, lantas membicarakannya di kelas dengan para pendengar – yang sebagian besar memperhatikan dirinya karena mereka diwajibkan untuk itu – memang itulah yang dikerjakan untuk sisi baik hidupnya. Namun, baginya buku juga selalu berarti petualangan, suatu kesempatan untuk menjejahi wilayah yang tidak kukenal, sebuah jalan untuk sesaat melepaskan diri dari dunia ini lantas menemukannya kembali.

Aku membayangkan bagaimana anakku, Fahri Puitisandi Arsyi, kalau besar nanti melakukan hal yang sama seperti anaknya Michael Pearson, membicarakan pekerjaanku pada teman-temannya, bahwa pekerjaanku membaca buku. Apakah aku akan menyesal seperti menyesalnya Pearson karena tidak mampu mengatakan sesuatu yang lebih menarik atau lebih mempunyai alasan kuat daripada mengatakan itu? Sebuah kenyataan bahwa aku membaca buku, kemudian menuliskan resensinya di berbagai media massa. Ya, sekarang pekerjaanku memang sebagai pengamat buku yang menulis resensi di media massa.

Sebagaimana nasib tragis profesi penulis di negeri ini, demikian juga dengan aku yang menjadi penulis resensi buku pendapatannya tak seberapa sehingga selalu mendapat protes keras dari istriku karena hanya untuk membeli susu anakku saja tidak sanggup. Anakku memang sekarang masih balita, entah, bagaimana kalau sekarang sudah besar tentu juga dipastikan akan protes karena tak bisa membeli kebutuhan gaya hidup layaknya anak-anak sekarang yang pola hidupnya sangat hedon. Selalu ingin berganti handphone sesuai dengan perkembangan teknologi terbaru yang ada kamera canggih, bisa digunakan untuk facebook-an, bisa blogging, bisa chating, dan lain-lain.

Buku, entah mengapa benda ini selalu sangat menarik bagiku, dari sejak kecil, aku selalu tidak mau kalau diajak ibuku untuk shopping atau pergi ke salon. Sebuah kegiatan yang waktu itu sekitar tahun 80-an sangat jarang dilakukan oleh orang-orang di desa kami, desa Jatibogor, Suradadi, Tegal. Tapi ibuku yang dikenal sebagai “seorang kembang desa” dan memang cantik rupawan selalu rutin ke tempat perawatan kecantikan itu. Aku pun bangga, tapi kebanggaanku sebagai orang modern diwujudkan dengan gemar membaca buku. Sebuah kegiatan yang tahun 80-an, bahkan hingga sekarang jarang dilakukan, karena jangankan beli buku, untuk kebutuhan hidup sehari-hari saja masyarakat desa masih kekurangan.

Tapi aku yang kemudian dikenal kutu buku dan memang oleh karena itu banyak pengetahuan jadi setiap ibuku pergi ke salon selalu saja aku menuliskan pesanan sejumlah buku untuk dibelikan. Aku benar-benar menjadi orang rumahan yang jarang pergi kemana-kemana, kecuali selalu di rumah saja. Hingga pulangnya ibuku dari salon selalu aku tunggu-tunggu, bukan karena oleh-oleh makanannya yang lezat-lezat, tapi sejumlah buku-buku yang tentu bagiku amat sangat bermanfaat. Kegemaranku membaca buku itu pun sampai sekarang masih tetap aku pupuk.

Mahalnya harga buku tidak menyurutkan aku menjadi kutu buku karena aku punya tips yang praktis untuk mendapatkan buku-buku baru, yaitu menjadi penulis resensi buku. Kalau tulisan resensiku dimuat maka aku mendapatkan buku-buku baru pada penerbit. Dalam hal ini aku dengan penerbit buku menjalin hubungan mutualisme yang memang sama-sama menguntungkan. Dengan dimuatnya resensi buku berarti aku membantu promosi buku-buku baru jadi penerbit dengan senang hati selalu memberi buku-buku baru untuk kembali aku tulis resensi buku lagi.

Pengalaman pertama aku menulis resensi buku, sepuluh tahun lalu, sekitar tahun 1999-an, ketika saya masih kuliah di Yogyakarta. Berawal dari sebuah diskusi yang pembicaranya dari para penerbit, panitia penyelenggara berinisiatif melakukan pengundian dengan hadiah buku-buku dari para penerbit, dan aku ternyata termasuk yang memenangkan undian buku. Pulangnya langsung aku mencoba belajar menulis resensi dan dikirim ke sebuah media massa, tapi tidak dimuat. Kemudian, aku ralat tulisan resensi buku berulang kali revisi sampai akhirnya dimuat di media massa Jakarta, betapa sampai bahagianya karena honornya bisa untuk membayar kos selama enam bulan.

Dengan menulis resensi buku, aku mendapat keuntungan berlipat, yaitu honor dari media massa yang memuat resensiku dan sekaligus juga dapat buku baru lagi dari penerbit. Juga yang lebih penting lagi tentu saja, aku semakin bertambah pengetahuan dengan memuaskan kegemaranku selalu membaca buku. Harapannya, kalau sudah banyak buku maka aku punya niat akan membuat perpustakaan untuk masyarakat yang kurang mampu membeli buku yang memang harganya masih melambung tinggi sehingga semakin tak terjangkau bagi tangan-tangan masyarakat yang ingin meraih cita-cita setinggi mungkin.

Masih melambungnya harga buku dikarenakan terutama karena masih mahalnya harga kertas. Kertas, yang pertama kali ditemukan oleh Ts’ai Lun, seorang penemu kertas pada abad ke-2 di Cina, dan teknik pembuatan kertas baru menyebar ke seluruh dunia di abad ke-12. Sesudah itulah pemakaian kertas mulai berkembang luas dan sesudah Gutenberg menemukan mesin cetak modern, kertas menggantikan kedudukan kulit kambing sebagai sarana tulis-menulis di Barat. Kini penggunaan kertas telah menjadi begitu umum sehingga tak seorang pun sanggup membayangkan bagaimana bentuk dunia ini tanpa kertas.

Di Cina, sebelum ada penemuan kertas, umumnya buku dibuat dari bambu. Buku yang terbuat dari kayu tentu berat dan kaku. Ada juga buku dibuat dari sutra, tapi tentu harganya sangat mahal sekali. Sedangkan di Barat, sebelum ada penemuan kertas, buku ditulis di atas kulit kambing atau lembu. Material ini sebagai pengganti papirus yang digemari oleh orang-orang Yunani, Romawi, dan Mesir. Sekarang, setelah penemuan mesin cetak, bahan hingga sampai mesin cetak super canggih yang mampu produksi sangat banyak dalam waktu singkat, semestinya harga buku murah. Tapi entah mengapa harga buku sekarang malah sangat mahal bahkan sampai tidak terjangkau oleh khalayak masyarakat banyak.

Kalau harga BBM bisa diturunkan, mengapa harga buku tidak? Kalau penurunan harga BBM sudah ada yang menjadikannya sebagai kampanye politik, tapi mengapa tidak ada caleg atau capres-cawapres yang juga mengusung penurunan harga buku?! Mereka yang maju di pemilu sebagai calon pemimpin negeri ini seharusnya peduli dengan nasib buku yang tampaknya makin terpuruk sehingga makin memperparah krisis negeri ini yang masih berkepanjangan sampai saat ini.

Untuk sebuah niat baik, tidak ada kata terlambat, karena itu ayo para pembesar negeri ini; mulai dari presiden dan wakil presiden yang baru serta jajaran menteri Kabinet Indonesia Bersatu jilid 2, para anggota legislatif yang baru dilantik dan kini duduk empuk di Gedung DPR/MPR Senayan, para gubernur, para walikota, para bupati, para camat, para lurah, para kepala desa, para ketua RW, sampai para ketua RT, demi kemajuan bangsa, ayo kita satukan tekad untuk memperjuangkan turunnya harga buku dan juga mengkampanyekan kegemaran masyarakat untuk membaca buku. Sebuah kegiatan yang nantinya akan mampu membawa negara ini menjadi lebih bermartabat di mata dunia internasional. Sesuai tujuan nasional yang dirumuskan para pendiri negeri ini bertekad mencerdaskan kehidupan bangsa dengan pembukaan undang-undang dasar 1945. Betapa gairah semangatnya masih dapat kita rasakan sampai sekarang.

__________________09 October 2009
*) Akhmad Sekhu lahir di desa Jatibogor, Suradadi, Tegal, besar di “Kota Budaya” Yogyakarta, kini hijrah ke “Kota Gelisah” Jakarta, yang insya Allah dalam hidupnya ingin selalu berkarya. Menulis berupa puisi, cerpen, novel, esai sastra-budaya, resensi buku, artikel arsitektur-kota, kupasan film, telaah tentang televisi di berbagai media massa, juga banyak mengerjakan penulisan buku biografi karier dan kisah kehidupan, kini bekerja sebagai wartawan Majalah Film MOVIEGOERS.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati