Jumat, 30 Mei 2014

Sastra Islami dan ‘Jalan Tengah’

Judul Buku: Pesan Al-Qur’an untuk Sastrawan
Penulis: Aguk Irawan MN
Penerbit: Jalasutra, Jogjakarta
Cetakan: I, November 2013
Tebal: x + 434 hlm.
Peresensi: Ridwan Munawwar Galuh *)
Jawa Pos, 01 Des 2013


Sebagai bagian dari tradisi tulis, esai memegang peranan penting dalam kehidupan berbudaya secara luas. Esai merefleksikan berbagai gerak kebudayaan dalam gerak nalar seorang individu sebagai subjek budaya itu. Kita mungkin akan ingat ungkapan Ignas Kleden dalam esainya “Esai: Godaan Subyektivitas” (Horison, Januari 2004) menulis, “…sebuah esai menjadi prosa yang dibaca karena memikat dan mencekam perhatian, daya-tariknya muncul karena ada bayangan pribadi penulis berkelebat atau mengendap di sana…”.Esai harus menarik, dan karena itulah esai tidak kaku dalam berbahasa mengartikulasikan gagasan, dan sifat luwesnya menjadikannya mediator antara dunia publik dengan dunia disiplin ilmu yang rigid.

Puluhan esai yang terhimpun dalam buku ini adalah kumpulan esai yang pernah ditulis Aguk Irawan MN, seorang santri yang telah lama bergelut dalam kebudayaan, terutama bidang sastra. Esai-esai yang terkumpul dalam buku ini, sebagian besar pernah terpublikasikan di media masa, baik lokal maupun nasional, sebagian kecil lainnya pernah dipresentasikan dalam beberapa kesempatan seminar dan diskusi pada komunitas-komunitas seni-sastra, jadi semua menyimpan rekam jejak dari berbagai masalah yang mucul dalam kebudayaan kita, sekitar sepuluh tahun ke belakang, sekaligus juga memperlihatkan bagaimana si penulis menyikapi masalah-masalah itu. Menulis esai dalam rangka menghadapi masalah sosial-budaya menjadi suatu nilai tersendiri bagi seorang penulis, karena itu menunjukkan bagaimana spontanitas dan kepekaan kontekstual dari tradisi-diri dalam berfikir dalam menyikapi problem budaya yang ada.

Judul dari buku ini jelas menunjukkan spirit yang menjadi landasan Aguk dalam menyikapi masalah-masalah budaya itu; Al-Qur’an sebagai pedoman berbudaya. Al-Qur’an memiliki keutuhan dan keluhuran dalam dimensi keindahan (estetika) maupun kebenaran (the truth). Prinsip inilah yang disadari betul oleh Aguk, sehingga dalam menyampaikan suatu kritik, ia meneladani sifat Al-Qur’an, ia mengedepankan prinsip keindahan; keindahan berbahasa dan keindahan budi. Kritik dan pangeling, pepeling (pengingat) ia sampaikan dalam tutur bahasa yang sopan, ucap-kalimah yang tamah dan etika-nirmala yang krama, meskipun tentu saja dengan tetap diiringi ketegasan yang pasti.

Satu contoh, dalam menghadapi persoalan seksisme dalam dunia sastra dikisaran tahun 2007, Aguk mengingatkan kembali akan adanya tradisi sastra linuhung yang terlahir karena terinspirasi oleh Al-Qur’an. Bahkan, Al-Qur’an itu sendiri memiliki kualitas sastrawi yang agung linuhung dan susah ditandingi, dan karena itulah ia bisa mengungguli tradisi sastra pra-Islam di Arab/sastra jahiliyyah yang saat itu terbagi ke dalam dua genre; mu’allaqat dan mufaddaliyat.

Dengan kekayaan referensi dan literatur yang dimilikinya tentang historisitas sastra (dalam dunia) Islam, Aguk yang sempat mereguk ilmu di Mesir ini meneroka secara lebih jauh perihal bagaimana sastra Arab jahiliyyah yang sudah mencapai puncak kejayaan dan keemasaanya. Kejayaan itu dinilai dari dua sisi: pertama, para penyairnya yang memiliki kepiawaian tingkat tinggi dalam berbahasa seperti Imri’il-Qais dan Musailamah, dan Abu Mihjan Ats-tsaqafi serta sederet nama terkenal lainnya. Menurut budayawan Adonis, karya Imri’il Qais yang berjudul “Ayyuhat Ath-thalali al-Bali” (Wahai Puing-Puing yang Usang) dan karya Musailamah yang berjudul “Aayat ad-dhifda’ (Ayat-ayat Katak) memiliki kualitas bahasa sastra yang sangat tinggi, nyaris laik kitab suci.

Kedua, tradisi sastra Arab jahiliyyah juga mendapat dukungan publik yang luar biasa dan total dari masyarakat Arab saat itu; penyair menjadi tokoh masyarakat yang paling disegani, dan puisi menjadi sesuatu yang sangat berharga dan dicintai oleh khalayak luas. Dengan kata lain, istilah “masyarakat sastra ideal” yang sampai saat ini masih digelisahkan oleh kritikus Indonesia, itu sudah menyata pada Arab jahiliyyah. Tetapi kendungan satrawinya yang nyaris tanpa makna yang diperlukan bagi kebudayaan atau peradaban, sebaliknya, yang ada dan banyak justru sastra lendir, atau seksisme itu.

Karena itu Al-Qur’an membawa fungsi dan peran baru dalam bersastra (jahiliyah), dan penyair seperti Ka’ab bin Zuhair, Ibnu Rawah dan Hasan bin Tsabit yang terinspirasi oleh kandungan al-Qur’an kemudian mencipta puisi-puisi yang tidak saja indah dalam bahasa, tapi isinya juga sangat menggetarkan kalbu. Jadi kehadiran kitab suci sastrawi Al-Qur’an di tengah mayarakat Arab jahiliyyah yang bertradisi sastra tinggi adalah pergeseran dari keindahan yang afirmatif pada kebobrokan sistemik menjadi keindahan yang berlandaskan kebenaran yang fitrah. Dan, kehadiran Al-Qur’an tidak membunuh urat nadi tradisi sastraArab, tapi justru semakin memekarkannya dan menjadikannya bernilai mulia.

Nah, apabila gambaran di atas direfleksikan pada kondisi tradisi sastra kita yang penuh lendir itu, bukankah itu sama saja kita tengah berbalik meniru sastra Arab jahiliyyah? Puisi-puisi lendir dan vulgar itu tentu saja meskipun kasar tetap memiliki sisi estetis tersendiri dari segi bahasa dan sastra, tetapi apakah itu cukup, dengan ambiguitas nilai atau bahkan tanpa landasan nilai sama sekali? Kilahan akan mudah sekali dimunculkan, misalnya seperti “puisi-puisi lendir itu hanyalah cerminan atas kebobrokan sosial yang ada”. Sesuatu yang sudah bobrok tidak perlu diafirmasi, tidak perlu dipanjangkan dalam tradisi menulis, dan “kritik sosial” tidak perlu dilakukan dengan cara sembrono seperti itu. Mengafirmasi kebobrokan realitas dengan membuat tulisan yang juga bobrok, adalah sebuah kekalahan diri. Sastra kehilangan jatidirinya sebagai guru pangampih bagi pembaca. Harus ada kesunyian dan kesejatian yang dipertahankan.

Jalan Tengah

Bersamaan dengan mengkritik kecenderungan sastra banal-lendir yang distansiasi dari sakralitas berbudaya, sebaliknya Aguk juga mengkritik tradisi “sastra Islami” yang mengedepankan label dan sisi artifisial dari simbol-simbol agama Islam seperti doa-doa, ucapan salam dan semacamnya. Ini tidak salah, namun beresiko untuk mengerdilkan fungsi sastra sebagai media yang syarat nilai universal. Pada kenyataannya, “sastra Islami” didominasi oleh corak narasi tulisan yang berisi dogma fiqhiyah, kriteria halal-haram, demarkasi hitam-putih antara muhrim dan non-muhrim dan mengabaikan eksplorasi estetik sebagai unsur penting dalam sastra (hlm. 48). Religiusitas terkait dengan nilai universal, “segala sastra mulanya bersifat religius” (YB Mangunwijaya) dan sastra religius tidak harus diekspresikan dengan modus-modus yang melulu bersifat permukaan.

Apa yang diinginkan Aguk adalah “jalan tengah”, seorang yang beriman perlu mengambil inspirasi esensi sastranya dari kitab suci, tetapi juga tak harus mengorbankan estetika. Singkat kata, yang lebih penting sebenarnya esensi dan substansi, bukan serta merta bungkus dan wadah. Toh, sastrawan Islam yang sudah ngempu seperti Adonis atau Nadjib Mahfudz tidak terjebak pada jerat sekadar simbol permukaan bukan? Sebaliknya mereka menjadikan spirit islami sebagai landasan diri dalam menjalani dan mencandra realitas sosial dengan tetap mengedepankan estetika berbahasa. Menghadapi realitas sosial yang semakin rumit dan keras, membutuhkan kelenturan jiwa.

Walyatalattof. lentur. Jalan tengah. Demikian Al-Qur’an ngendika. Dengan berbekal spirit ini pula esai-esai Aguk berlanjut di bab-bab berikutnya, dalam tema yang semakin meluas.

*) Ridwan Munawwar Galuh, pecinta buku, bergiat di Komunitas Budaya Sakra. Tinggal di Jogja.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati