Jumat, 30 Mei 2014

Dari Jula Juli Jombangan hingga Ringin Contong Berbuah Berondong

Sabrank Suparno
Radar Jombang-Mojokerto, 18 Mei 2014

Lek nyang nJombang kampunge Sengon
Lemah geneng akeh wedhine
Najan gak sambang kirimo ingon
Lek gak seneng opo mestine

Empat baris parikan di atas adalah puisi Jombangan yang seluruh pelaku ludruk Jawa Timuran pasti mengenal. Selain menyampaikan kegamblangan isi tentang aturan rumah tangga, pelantunnyamengenalkan tanah Jombang disamping menyusun repetitif irama. Saya yakin para pelaku Ludruk tidak mengenal Octavio Paz yang mengatakan kelelahan ekstase seorang penyair adalah kerja menentukan isi dan sampiran berdasarkan irama. Namun pelantun parikan di atas memahami bahwa pengulangan bunyi, terkesan lebih nyamleng diucapkan dan didengar. Artinya, masih ada yang perlu dipertahankan dalam menyusun puisi, yakni kebersahajaan, kenyamlengan ketika menawarkan adol-tinukuantara pelantun dengan pendengar.
        
Demikianlah puisi Kwatrin RinginContong yang ditulis oleh Binhad Nurrohmat, penyair asal Jakarta yang kini menetap di Pondok Pesantren Alhambra Darul Ulum Rejoso Peterongan. Seluruh puisi dalam Antologi Kwatrin Ringin Contong setiap judulnya hanya berisi empat baris dan bersajak ABAB, AABB atau AAAA. Buku nyentrik setebal enam puluh halaman tersebut dicetak oleh Penerbit Miring, Ar Ruzz Media dan diselesaikan Binhad selama dua tahun ketika pelesiran ke berbagai tempat di Jombang. Alkhasil, terhitung 1 Mei 2014 buku ini resmi beredar di seluruh toko buku yang ada di Jombang.
        
Ada dua kemungkinan yang mempengaruhi Binhad Nurrohmat dalam menawarkan estetika ketika menggarap puisi Kwatrin Ringin Contong. Pertama, menyerap keseharian masyarakat Tanjung Pinang yang setiap pembicaraan mengunakan pantun berbalas atau yang di Jawa Timur dikenal dengan Parikan Jula Juli Jombang. Pengalaman puisi bersajak tersebut diamati Binhad ketika menjadi peserta Temu Sastra Indonesia 2010. Kedua, setelah dua tahun menetap di Jombang, tampaknya Binhad kesemsem budaya pondok pesantren yang kerap mengaji qasidah kitab kuning. Syair dalam puisi Kwatrin Ringin Contong tak ubahnya nadhom, Imriti atau Alfiah. Satu contoh empat baris nadhom Alfiah misalnya: Wayaktadi ridhon bi ghoiri suhti-Faiqotalfiyata Ibnu Mukti-wayaktadi ridhon bi ghoiri suhti-al hayyu qod yughlabu alfamayyiti. Selain mementingkan irama, nadhom Alfiyah di atas juga menyampaikan nilai bahwa ketika santri mampu berkarya yang mengalahkan kiainya, lalu sesumbar, tak ubahnya satu orang yang masih hidup pasti mampu mengalahkan seribu kiainya yang sudah mati.
        
Buku puisi Kwatrin Ringin Contong diniatkan khusus mengabadikan tempat tempat yang ada di wilayah Jombang.Terhitung dari 42 judul puisi di antaranya: Pelukis Morosunggingan, PasarPeterongan, Malam Jumat di Rejoso, Rel Terjulur ke Sumobito, Sayyid di Mojoagung, Pertigaan ke Denanyar, Pasar Burung Tunggorono, Iblis Tak Keluyurandi Diwek, Pelarian di Watugaluh, Trah Brantas, Dewa di Gudo, Bercumbu di Kudu,Komunis Curahmalang, Kemah Raja di Tembelang, Kekasih di Kedung Cinet, Es Tehdi Kebun Raja, Russell Wallace di Ngrimbi, Mojowarno Ahad Pagi, Pelesiran ke Wonosalam. Inilah keberanian puisi Kwatrin Ringin Contong, puisi yang disandarkan berdasarkan konsep nama suatu wilayah. Sementara sebagai pegiat sastra di Jombang saya belum menemukan kumpulan puisi khusus yang mengangkat perangkat sejarah di Jombang, kecuali esai, cerpen, prosa bebas, dan naskah derama.
        
 Berangkat dari nama tempat, kemudian pilihan diksi dalam satu kalimat yang mengangkat nama tokoh dan peristiwa diJombang, sepertinya sang penyair hendak menyembulkan elevansi tanya. Apa yang tersembunyi dibalik tema? Misal larik: Setelah bertapa Sungging menggurat raga// Permaisuri di lukisan tersedu dipeluk raja (hal. 9), Kebo Kicak tak menanamdi rel kepalanya // Di sekujur gerbong kuburan Surontanu tak ada (hal. 13), DiKali Tambak Beras mengucur darah pertama // Perih Wiraraja di Trowulan tahta Wijaya (hal. 31), Kapal Tionghoa di utara // Berlayar dewa ke Jawa (hal. 27). Dari gelagat pilihan tema tersebut penyair menyadari, bahwa beberapa tempat di Jombang tidak muncul begitu saja, melainkan ada sejarah yang melatarbelakangi. Penyair berkeyakianan bahwa wilayah dengan sejarah silam yang berperadaban tinggi berpotensi melahirkan karya dahsyat yang bisa digali dari berbagai sisi. Apalagi Jombang memang berbeda dengan kota sekitar di Jawa yang lahir berdasarkan tata letak kota hasil desain arsitektur Kolonial bersama Amangkurat. Jombang sangat perdikan. Mungkin dahulu tempat kecantolnya jubah Mpu Baradah ketika membelah kerajaan Erlangga menjadi Panjalu dan Jenggala dengan caramengucurkan kendi dari langit. Artinya suatu tempat yang wingit dan aura mistisnya mengalahkan kesaktian sang Empu. Maka tanah yang demikian kemudian terbebas dari pengaruh dua wilayah kerajaan yang terbagi. Batas wilayah itu juga berkemungkinan menjadi garis pembatas antara budaya Arek dengan budaya Mataraman. Meskipun dalam sistem tataletak kota dan pemerintahan akhirnya Jombang harus menyesuaikan dengan desain kota lain di sekitar.
        
Ketertarikan Binhad terhadap sejarah Jombang setara kegelisahan pemikir lain, bahwa penyair itu ibarat penggembala yang selalu kawatir dengan ribuan ternak miliknya. Apalagi ketika malam menjelang, penggembala menggiring seluruh ternaknya ke kandang kawatir dicuri,dirampok, disembelih orang. Sedang sang penggembala sendirian, tak ada yang mau menolong. Demikianlah kekalutan penyair, takut sejarah dan budaya lokal miliknya dicuri atau hilang tak jelas jluntrungnya. Siapa yang hendak mempertahankan? Kwatrin Ringin Contong seolah berteriak, "ke mana penyairJombang? Apakah kebablasan imajinasi menjadi sastrawan Indonesia lantas enggan menulis kota kelahirannya?"
        
Namun, sebagai persembahan catatan tentang sejarah Jombang, Kwatrin Ringin Contong baru sepersen saja meski puisi berjudul Ringin Contong sendiri ditulis dalam empat pengamatan, yakni RinginContong Pagi, Ringin Contong Siang, Sore dan Malam. Harusnya buku KwatrinRingin Contong setebal Antologi Puisi Festival Bulan Purnama Majapahit Trowulanyang digarap Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto edisi Oktober 2010 yang mencapai 829 halaman. Sebab masih banyak fenomena sejarah dan budaya Jombang yang belum ditangkap imajinasi penulis. Misal: Geger batu ajaib Ponari yang mematahkan teori bahwa supaya profesional menyembuhkan orang harus merampungkan fakultas kedokteran. Begitu juga supaya kaya harus menjadi interpreneur yang handal. Ponari cukup dengan batu temuan mampu menyembuhkan ribuan pasien dan cukup waktu beberapa bulan saja sudah menjadi milyuner dan tak perlu menunggu dewasa. Fenomena si Jagal Rian juga menghentakkan kesadaran, bahwa manusia berparas ganteng belum tentu berperilaku baik. Artinya jangan menilai orang berdasarkan ketoke, tapi berdasarkan nyotone.  Fenomena Jombang berikutnya adalah penampakan Manggar Emas, yakni bakal buah kelapa yang mencorong seperti emas disekitaran Mojongapit sebelum tahun 1965. Ada lagi fenomena Kaca Benggala, yakni gedek rumah milik si miskin di sekitaran Desa Kandangan Kecamatan Kesamben berfungsi sebagai cermin. Posisi rumah tetap gedek bambu, cuma siapa yang melintas di depan rumah tersebut seperti melintas di depan kaca raksasa. Persis layar lebar pada film. Kejadian unik sekitar tujuh tahun lalu itu hanya berlangsung satu minggu lalu kembali seperti sediakala. Bahkan, membincang perihal Ringin Contong, menurut cerita tetangga saya, Pak Senipan (alm) bahwa"besok lek ono rejane zaman, Ringin Contong bakale nguwoh brondong (besok jika ada keramaian sejarah, Ringin Contong akan berbuah berondong: snackdari jagung popcorn)." Dongeng dari sesepuh Pak Senipan terbukti bahwa ketika rezim Soeharto berkuasa, orang yang berani menganggu partai berlambang pohon beringin pasti diberondong peluru tembak.   

Untuk menulis tentang sejarah tentang Jombang, Binhad masih terlalu sepintas. Perlu lebih banyak minum sumber air dan merasakan bercak lumpur sawah di Jombang, apalagi memasuki pedesaan yang terpencil sekalipun yang diperkirakan tidak ada hal yang menarik. Siapa sangka misal di tanah Lincak Sastra Dowong ternyata ada selonjor patok batu peninggalan Majapahit. Atau dipekuburan Desa Tengaran Peterongan ternyata ada prasasti tergolong tua sebagai data peninggalan manusia purba Jombang. Masih banyak sejarah budaya Jombang yang berpotensi sebagai bahan untuk menebalkan mini epik puisi puisi Binhad selanjutnya.

*) Tulisan ini sebagai makalah bedah buku Kwatrin Ringin Contong karya Binhad Nurrohmat pada Jumat, 16 Mei 2014 di Elek Comik Center, JL. Adityawarman 3 Jombang.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati