Yohanes Sehandi *
Flores Pos (Ende), 1 Feb 2010
Dunia tulis-menulis adalah dunia yang memiliki kekhasan dan keunikan yang tidak dimiliki oleh jenis kegiatan atau profesi manapun. Kekhasan dan keunikan inilah yang membuat dunia tulis-menulis atau karang-mengarang menarik minat banyak orang dan tergoda untuk menggelutinya. Kekhasan dan keunikan ini pulalah yang membuat dunia tulis-menulis penuh pesona. Apanya yang pesona? Berikut ini diuraikan secara singkat kepesonaan dunia tulis-menulis atau karang-mengarang.
Pertama, tidak memerlukan ijazah khusus. Dalam lapangan kerja atau profesi yang lain, untuk dapat diterima menjadi pegawai atau karyawan dituntut kualifikasi formal tertentu, seperti ijazah, gelar akademis, umur, pengalaman kerja, bahkan rekomendasi (katabelece) dari petinggi tertentu. Dalam dunia tulis-menulis, kualifikasi formal seperti itu tidak mendapat perhatian serius. Yang diperhatikan serius adalah hasil karya, yakni tulisan atau karangan yang dihasilkan seseorang, bermutu atau tidak.
Mutu tulisan seseorang memang seringkali tidak berbanding lurus dengan ijazah, gelar akademis, umur, pengalaman kerja, dan lain-lain. Tulisan seorang doktor bisa sama mutunya dengan tulisan seorang tamatan SMA. Dalam rubrik opini surat kabar atau majalah, tulisan seorang profesor bisa bersandingan dengan tulisan seorang mahasiswa yang mungkin sedang mengikuti mata kuliah profesor yang bersangkutan. Bobot tulisan profesor bisa dibandingkan oleh para pembaca dengan bobot tulisan mahasiswa anak didikannya. Inilah kekhasan dan keunikan dunia tulis-menulis, ukurannya pada mutu hasil karya, bukan pada ijazah atau gelar akademis.
Kedua, tidak punyai struktur kerja resmi. Seorang penulis atau pengarang, kecuali wartawan, tidak mempunyai struktur kerja yang resmi. Seorang penulis tidak harus menjadi pegawai atau karyawan suatu perusahaan penerbitan. Tidak terikat, misalnya, dengan menjadi pegawai tetap seperti pegawai di kantor-kantor pemerintah atau perusahaan swasta. Juga tidak terikat jam kerja, seperti instansi pemerintah dan swasta, dari pukul 07.00 sampai pukul 14.00. Tidak terikat pula dengan tempat tinggal, tinggal di mana saja, jauh atau dekat dengan perusahaan penerbitan. Jangan lupa pula, dan ini unik, tidak ada atasan dan bawahan. Dunia tulis-menulis adalah dunia bebas merdeka dari tekanan, baik tekanan dari atasan maupun dari bawahan. Bukankah ini sesuatu yang menarik dan mempesona?
Ketiga, tidak mengenal pensiun. Kerja seorang penulis sepanjang hayat masih dikandung badan. Tidak mengenal pensiun atau purnabakti. Bahkan umur pensiun merupakan umur kematangan berpikir yang potensial menghasilkan karya-karya tulis yang bermutu. Sejauh otak masih bisa berpikir, mata masih bisa membaca, dan tangan masih bisa bergerak, seorang penulis atau pengarang akan tetap dan terus berkarya. Dalam keadaan lumpuh atau bisu sekali pun, seorang penulis akan tetap berjaya dengan karya-karya tulisnya. Tidak ada kekuasaan manapun yang bisa memberhentikan atau memecatnya sebagai seorang penulis atau pengarang, kecuali dirinya sendiri. Sungguh pesona, bukan?
Keempat, menciptakan lapangan kerja sendiri. Di tengah susah-sulitnya lapangan kerja seperti sekarang ini, kegiatan menulis atau mengarang adalah lahan subur yang menawarkan lapangan kerja di depan mata Anda. Anda bisa menjadikan tulis-menulis sebagai bidang kerja atau profesi yang tidak kalah pamor dengan profesi yang lain, misalnya sebagai pengusaha rumah makan, pengusaha kios/toko, atau kontraktor. Bahkan profesi sebagai penulis terkesan sedikit bersih dan intelektual.
Perbedaan dengan profesi yang lain hanya pada modal kerja. Pengusaha rumah makan atau kios/toko atau kontraktor perlu modal kerja besar, seperti dana, sarana, dan prasarana. Sedangkan penulis, modal kerjanya hanyalah pulpen, kertas, amplop, dan perangko. Pada era internet sekarang ini, modal kerja penulis lebih sederhana lagi, cukup bisa mengoperasikan komputer (internet) yang ada di berbagai warung internet (warnet) dengan mengandalkan flashdisk di saku. Pulpen, kertas, amplop, dan perangko tidak perlu lagi pada era internet sekarang ini. Tulisan atau karangan kita ketik langsung di komputer, terus dikirim ke media massa lewat e-mail, sampailah tulisan kita di meja redaksi media dalam hitungan menit, selanjutnya tinggal menunggu kapan nama kita muncul di media tersebut. Gampang, kan? Bukankah ini sesuatu yang mempesona?
Kelima, ajang kreativitas pribadi. Dunia tulis-menulis adalah dunia yang memberi kesempatan yang sangat luas kepada siapa saja untuk menampilkan kemampuan intelektual semaksimal mungkin. Dalam pengertian, kesempatan untuk menampilkan ide orisinal yang bernas, gaya penyajian dengan bahasa tulis yang indah dan khas, mengemukakan gagasan yang cemerlang, wawasan yang luas, menawarkan visi yang jauh ke depan, mencari solusi atas sebuah masalah atau kemelut, menggugah kesadaran atas suatu bencana atau malapetaka, dan untuk mempengaruhi opini publik tentang isu sosial politik ekonomi yang krusial.
Tulisan atau karangan pulalah yang dapat mengukur sekaligus melegitimasi keunggulan kemampuan/intelektual seseorang dibandingkan dengan orang lain. Dan jangan kaget, dengan bertebaran tulisan-tulisan Anda di berbagai media massa, akan membuat nama Anda mudah dikenal, meskipun tampang muka (potongan) Anda tidak dikenal pembaca. Ada pembaca fanatik yang senang membaca tulisan-tulisan seorang penulis idolanya, tetapi kecewa berat pada waktu bertemu langsung, tenyata tampang muka penulis itu jelek. Sungguh unik, bukan?
Dalam dunia modern seperti sekarang ini, kegiatan tulis-menulis mempunyai kaitan erat dengan kegiatan rutin/harian seseorang, baik sebagai hobi atau kegemaran maupun sebagai bidang kerja atau profesi. Tentang hobi dan profesi ini, The Liang Gie dalam bukunya Pengantar Dunia Karang-Mengarang (1992, hlm. 7) menyatakan: Setiap orang untuk kegairahan hidupnya perlu mempunyai suatu kegemaran atau hobi, sedangkan untuk kelangsungan hidupnya harus memiliki suatu bidang kerja atau profesi. Hobi yang digeluti dengan penuh kegembiraan, membuat hidup ini menarik hati, dan profesi yang dijalani dengan penuh rasa tanggung jawab, membuat hidup ini mengandung arti !
Tulis-menulis atau karangan-mengarang yang merupakan salah satu aktivitas penting masyarakat modern sebagaimana halnya masyarakat kita pada saat ini, bisa dikelompokkan sebagai hobi atau kegemaran yang menggairahkan hidup, dan juga sebagai bidang kerja atau profesi yang menjadi sumber penghidupan.
Berkat kemajuan peralatan teknologi modern dewasa ini yang cukup banyak menggantikan tenaga manusia, menyebabkan banyak waktu seseorang menjadi longgar. Waktu yang longgar itu alangkah terpujinya apabila diisi dengan kegiatan menulis atau mengarang, daripada ngobrol tak tentu arah atau gosipin tetangga sebelah rumah yang bisa merusak hubungan kekerabatan. Atau juga, daripada menghabiskan waktu untuk main kartu, dengan sanksi gantung batu kerikil di telinga atau leher, yang bila dilihat dari jauh mirip kera kena kutu anjing. Inilah penyakit psikososial masyarakat kita akhir-akhir ini yang belum banyak disadari.
Aktivitas menulis atau mengarang merupakan sebuah solusi atau alternatif. Kegiatan tulis-menulis atau karang-mengarang, tidak saja bermanfaat tetapi juga menyenangkan. Semua orang bisa melakukannya: pelajar, mahasiswa, dosen (apalagi), PNS, pegawai swasta, pejabat, guru, ibu rumah tangga, penganggur, pemabuk, pedagang, pensiunan, dan lain-lain. Orang yang sudah pensiun atau purnabakti, yang tentu sudah punyai tumpukan bekal pengetahuan dan pengalaman berharga, tinggal dibagi-bagikan kepada pelbagai pihak lewat tulisan atau karangan. Betapa indahnya hidup ini apabila bisa dan rela berbagi pengetahuan dan pengalaman kepada orang lain, demikianlah salah satu ungkapan bijak dari Kahlil Gibran, seorang penyair kaliber dari Timur Tengah.
Menulis sebagai hobi atau kegemaran tujuan utamanya adalah untuk memperoleh kesenangan diri dan membuat kehidupan sehari-hari kita senantiasa menarik dan menggairahkan, apalagi kalau dilakukan dengan penuh keterlibatan diri. Melakukan sesuatu dengan serius dan penuh keterlibatan diri akan terasa adanya katarsis (chatarsis), yakni suatu proses kejiwaan sebagai pelepasan segala beban pikiran dan perasaan yang menimbulkan kelegahan batin. Kelegahan batin inilah yang mempengaruhi kesehatan jasmani dan rohani seseorang.
Bolehlah dikatakan bahwa menulis sebagai hobi atau kegemaran itu, kata The Liang Gie, 1992, hlm. 10) dapat mengisi waktu luang seseorang agar produktif, menyibukkan diri agar tetap aktif, mencerdaskan pikiran agar lebih kreatif, mendorong diri-sendiri agar terus melangkah maju, mengatasi tekanan hidup agar berkurang dampak merusaknya, dan meningkatkan mutu hidup ini agar menjadi lebih indah, menarik, dan bermakna.
Menulis sebagai bidang kerja atau profesi, semakin nyata dan dibutuhkan berbagai pihak, tidak saja pada dewasa ini juga untuk masa-masa mendatang. Berkat kemajuan yang pesat di bidang penerbitan/publikasi, baik penerbitan buku maupun penerbitan majalah dan surat kabar, membuat profesi menulis mendapat tempat terhormat dalam masyarakat, yang tidak kalah gengsi dengan profesi yang lain.
Kegiatan tulis-menulis atau karang-mengarang serta hasil-hasil yang diperoleh dari kegiatan itu, sadar atau tidak oleh penulisnya, mendatangkan berbagai nilai. Nilai-nilai itulah yang dapat memuaskan aneka kebutuhan seseorang. Pengertian nilai yang dimaksudkan di sini adalah suatu “keberhargaan” yang timbul atau diperoleh seseorang sebagai hasil dari perbuatan, pengalaman, dan penerimaan yang dihasilkan dalam kegiatan tulis-menulis atau karang-mengarang.
*) Lembaga Publikasi Universitas Flores
Dijumput dari: http://yohanessehandi.blogspot.com/2011/05/pesona-dunia-tulis-menulis_27.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Azis Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.S. Laksana
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Malik
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adi Prasetyo
Afnan Malay
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Suyudi
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amalia Sulfana
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminullah HA Noor
Andari Karina Anom
Andi Nur Aminah
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Anindita S. Thayf
Anitya Wahdini
Anton Bae
Anton Kurnia
Anung Wendyartaka
Anwar Nuris
Anwari WMK
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arief Budiman
Ariel Heryanto
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Arifi Saiman
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
Ary Wibowo
AS Sumbawi
Asarpin
Asbari N. Krisna
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asti Musman
Atep Kurnia
Atih Ardiansyah
Aulia A Muhammad
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
B. Nawangga Putra
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bakdi Sumanto
Balada
Bale Aksara
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bedah Buku
Beni Setia
Benni Indo
Benny Arnas
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Buku Kritik Sastra
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Butet Kartaredjasa
Cahyo Junaedy
Cak Kandar
Caroline Damanik
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Saifullah
Cornelius Helmy Herlambang
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Sunendar
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Dante Alighieri
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Pramono
Delvi Yandra
Deni Andriana
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewey Setiawan
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hartati
Diana A.V. Sasa
Dianing Widya Yudhistira
Dina Jerphanion
Djadjat Sudradjat
Djasepudin
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Dwijo Maksum
E. M. Cioran
E. Syahputra
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Triono
Elisa Dwi Wardani
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endro Yuwanto
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Esai
Evi Idawati
F Dewi Ria Utari
F. Dewi Ria Utari
Fadlillah Malin Sutan Kayo
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Faruk HT
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fazabinal Alim
Fazar Muhardi
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Frans Ekodhanto
Fransiskus X. Taolin
Franz Kafka
Fuad Nawawi
Gabriel GarcÃa Márquez
Gde Artawa
Geger Riyanto
Gendhotwukir
Gerakan Surah Buku (GSB)
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gunoto Saparie
Gusty Fahik
H. Rosihan Anwar
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Haris del Hakim
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hasyuda Abadi
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Herdiyan
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman Hasyim
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru Emka
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Humam S Chudori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Tito Sianipar
Ian Ahong Guruh
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IDG Windhu Sancaya
Iffah Nur Arifah
Ignas Kleden
Ignasius S. Roy Tei Seran
Ignatius Haryanto
Ignatius Liliek
Ika Karlina Idris
Ilham Khoiri
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah S. Pratidina
Indiar Manggara
Indra Tranggono
Indrian Koto
Insaf Albert Tarigan
Ipik Tanoyo
Irine Rakhmawati
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Norman
Istiqomatul Hayati
Iswara N Raditya
Iverdixon Tinungki
Iwan Gunadi
Iwan Nurdaya Djafar
Jadid Al Farisy
Jakob Sumardjo
Jamal D. Rahman
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jaya Suprana
Jean-Paul Sartre
JJ. Kusni
Joanito De Saojoao
Jodhi Yudono
John Js
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Ki Panji Kusmin
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Ko Hyeong Ryeol
Koh Young Hun
Komarudin
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Lenah Susianty
Leon Trotsky
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayani
Luhung Sapto Nugroho
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lusiana Indriasari
Lutfi Mardiansyah
M Syakir
M. Faizi
M. Fauzi Sukri
M. Mustafied
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
Made Wianta
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Majalah Budaya Jejak
Makmur Dimila
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Mariana Amiruddin
Martin Aleida
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Media Dunia Sastra
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
Melani Budianta
Mezra E Pellondou
MG. Sungatno
Micky Hidayat
Mikael Johani
Mikhael Dua
Misbahus Surur
Moch Arif Makruf
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohamed Nasser Mohamed
Mohammad Takdir Ilahi
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyidin
Mujtahid
Munawir Aziz
Musa Asy’arie
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N. Mursidi
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naqib Najah
Narudin Pituin
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Neni Ridarineni
Nezar Patria
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Rastiti
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noval Jubbek
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Utami Sari’at Kurniati
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Obrolan
Odhy`s
Okta Adetya
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Otto Sukatno CR
Pablo Neruda
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Pertemuan Mahasiswa
Puji Santosa
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Rahmah Maulidia
Rahmi Hattani
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rambuana
Ramzah Dambul
Raudal Tanjung Banua
Redhitya Wempi Ansori
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Ria Febrina
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Richard Strauss
Rida K Liamsi
Riduan Situmorang
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Rina Mahfuzah Nst
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roland Barthes
Romi Zarman
Romo Jansen Boediantono
Rosidi
Ruslani
S Prana Dharmasta
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Müller
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Saiful Amin Ghofur
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Madany Syani
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sem Purba
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siti Mugi Rahayu
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Sohifur Ridho’i
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Sri Rominah
Sri Wintala Achmad
St. Sularto
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Sudarmoko
Sudaryono
Sudirman
Sugeng Satya Dharma
Suhadi
Sujiwo Tedjo
Sukar
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susilowati
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Buyil
Syaifuddin Gani
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Usman Awang
UU Hamidy
Vinc. Kristianto Batuadji
Vladimir I. Braginsky
W.S. Rendra
Wahib Muthalib
Wahyu Utomo
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weni Suryandari
Wiko Antoni
Wina Karnie
Winarta Adisubrata
Wiwik Widayaningtias
Yanto le Honzo
Yanuar Widodo
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yudhis M. Burhanudin
Yukio Mishima
Yulhasni
Yuli
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusmar Yusuf
Yusri Fajar
Yuswinardi
Yuval Noah Harari
Zaki Zubaidi
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zen Rachmat Sugito
Zuriati
2 komentar:
Tulisannya mantap sekali. *acungan jempol. Cocok sekali tulisan itu buat para penulis pemula yang hendak terjun dalam dunia tulis-menulis atau karang-mengarangan tetapi mereka masih kebingungan. Tulisan di atas wajib dibaca mereka.
Salah satu yang menarik dari tulisan di atas adalah, menulis itu "bebas". Sebebas kepakan burung yang hendak terbang kemana saja. Semau hati. Tak ada aturan, tekanan, apalagi paksaan. Itulah mengapa aku juga suka dan memilih menulis sebagai kegiatan wajibku. Banyak juga seruan dari teman-teman penulis, yang intinya, "Menulisalah! Menulislah! dan Menulislah! Demi kesejahteraan hidupmu."
Saya sedang belajar memulai utuk menulis, artikelnya sangat bermanfaat dan memberi saya semangat untuk tetap berlatih menulis..
salam sukses : fiipoo.blogspot.com
Posting Komentar