Sabtu, 08 Oktober 2011

Sastra Gagal Dalam Pemberadaban

Putu Wijaya: Seperti Benda Asing di Awang-awang
Ipik Tanoyo
http://www.balipost.co.id/

KEBANGKITAN sastra pada hakikatnya adalah kebangkitan masyarakatnya. Dalam kesusastraan dunia, karya-karya sastra monumental secara legendaris memberikan pengaruh dan tuntunan kepada peradaban. Bahkan, boleh dibilang dunia berubah oleh sastra. Moral dan citra manusia terarah oleh sastra. Demikian sastrawan Putu Wijaya mengutarakan pendapatnya dalam diskusi sastra di Bentara Budaya, Jakarta, Kamis (26/2).

Susastra adalah sastra yang memiliki kelebihan gengsi karena muatannya mengandung kegunaan untuk meningkatkan peradaban manusia. Meski hiburan atau klangenan adalah bagian dari potensi sastra, tetapi sasaran sastra yang utama adalah peningkatan buah budi kemanusiaan.

“Banyak bukti bahwa sastra bahkan mendahului pencapaian ilmu pengetahuan untuk membuka adab manusia ke depan. Jika sejarah secara rinci adalah saksi peradaban manusia ke belakang, ilmu pengetahuan potret manusia masa kini, maka sastra eksistensi manusia dalam seluruh dimensinya,” papar Putu Wijaya yang juga sutradara, pemain drama, sinetron dan film ini.

Dikatakannya, ketika seorang pengarang mulai menulis kesadaran bahwa dia akan menyentuh adab dunia, mungkin belum penuh bahkan bisa tak ada. Seorang pengarang bukan seorang ilmuwan yang menulis. “Sastra bukan risalah ilmiah walau memiliki kandungan pengetahuan. Sastra lebih banyak didorong oleh kebangkitan estetika secara personal di dalam diri seorang pengarang untuk mempergunakan bahasa sebagai senjata menumpahkan lintasan perasaan dan pikirannya,” urai Putu Wijaya.

Belakangan, mungkin saja ekspresi artistik yang personal dari seorang pengarang akan dirumuskan oleh para kritisi. Di situ kemudian seorang pengarang akan dinobatkan atau disulap menjadi seorang pemikir, pengamat dan pemikul beban dunia untuk memasuki masa (adab) yang lebih baik.

Di sisi lain, Putu juga menggarisbawahi ihwal sastra populer atau sastra pop. Sebuah karya yang hubungannya hanya sesaat dengan massa dan orang lain, mungkin akan menjadi karya populer. Digandrungi tetapi dalam waktu yang terbatas. Karya yang lain, yang menyangkut hal-hal yang lebih umum dan fundamental kemanusiaan, akan awet. Meski ada kemungkinan karya awet kurang populer, karena membahas masa yang belum ada dan membicarakan yang tidak kasat mata bagi setiap orang, tapi keawetannya akan menyebabkan dia menjadi panutan. Di situ sastra punya kesempatan mengompori adab.

Namun yang jelas, karya populer maupun karya yang awet, keduanya akan memiliki pengaruh kepada kehidupan dan manusia pembacanya. Apalagi kalau kehadiran itu disertai iklim yang membuat masyarakat percaya bahwa karya sastra bukan hanya hiburan (klangenan) tetapi juga pengetahuan. Sastra adalah ilmu yang disampaikan dengan cara bertutur, seperti nenek-nenek menitipkan kearifan lokal kepada cucu-cucunya lewat dongeng.

Media Massa

Banyak keluhan mengatakan sastra sudah ditinggalkan dalam kurikulum sekolah, tapi masih punya tempat di media massa meskipun cenderung berebut dengan berita-berita politik dan ekonomi yang lebih membius pembaca. Sastra masih dibaca, tetapi dalam jarak yang sedemikian rupa, sehingga ia tersisih dari kehidupan nyata. “Sastra seperti benda asing yang melayang di awang-awang. Tidak ada perasaan tertinggal pada masyarakat kalau tidak membaca sebuah karya baru. Berbeda dengan film dan musik yang sudah mulai merupakan kebutuhan masyarakat,” tegas Putu Wijaya.

Para sastrawan kondang seperti Hamka, Pramudya Ananta Toer, Chairil Anwar, Mangunwijaya, Umar Khayam, WS Rendra, Linus Suryadi, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono, Ayu Utami, Seno Gumira Ajidarma dan lain-lain sudah memberikan sumbangan yang nyata pada pemberadaban di Indonesia. Tapi segelintir nama itu saja masih belum dapat mengangkat bahwa sastra Indonesia sudah memberikan sumbangan pemberadaban. Sebab, kalau betul sudah, sastra Indonesia tidak akan terpuruk hanya sebagai pengemis dalam pembangunan, seperti adanya kini.

Dengan tegas Putu Wijaya mengemukakan bahwa sastra Indonesia umumnya masih dikategorikan sebagai hanya klangenan (hiburan). Tidak digubris apalagi dianggap sebagai ilmu oleh para pemimpin dan intelektual. Jadi, kalau mereka buta sastra, itu sah. “Sastra Indonesia tanpa pembelaan ketika terdepak dari kurikulum. Ditolak oleh beberapa sekolah ketika ada kesempatan bertemu dengan para sastrawan, karena jam untuk kelas matematika masih kurang atau ada tamu yang lebih penting akan datang (maksudnya bintang film),” kata Putu Wijaya.

Pada akhirnya, Putu menyimpulkan bahwa pemberadaban dengan sangat potensial bisa disumbangkan oleh agama, pendidikan, ilmu pengetahuan dan sesungguhnya sastra. Kita tidak akan membuka polemik dengan mengatakan keempatnya sudah gagal. Atau lebih baik dikatakan, belum terjadi sebagaimana seharusnya. “Saat ini, sesudah reformasi, kita merasakan pemberadaban tak berjalan. Berbagai kejadian yang mengejutkan terus mengucur setiap hari menyebabkan kita malah cenderung mengatakan yang ada sekarang adalah pemunduran peradaban,” papar Putu sembari menambahkan, tak semua sastrawan bersalah atas kenyataan bahwa pemberadaban oleh sastra tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Tidak Serius

Pendapat senada dilontarkan oleh pengamat sastra Jakob Sumardjo dari STSI Bandung mengungkapkan bahwa kebutuhan sastra tentu masih tetap dibutuhkan oleh masyarakat modern Indonesia, terutama kaum terpelajarnya yang jumlahnya mencapai 20 persen jumlah penduduk. Kini kaum elit Indonesia tak kenal lagi sastra dunia atau sastra bangsa sendiri. Sastra tidak lagi menjadi kebutuhan nilai bagi hidup mereka. Sudan tentu mereka mengenal apa yang disebut sastra, dengan merujuk pada sastra populer yang memang berkembang sejak zaman kolonial.

“Sastra semacam ini mengandung nilai-nilai afirmatif yang tidak usah terlalu serius dibaca dari sastra tetapi langsung pada sumber-sumber ilmunya. Bagi mereka, sastra jenis ini adalah bagian dari pemenuhan kebutuhan klangenan atau relaksasi. Sastra sebagai bagian pembentuk peradaban tidak dikenal di kalangan kaum terpelajar sesudah kemerdekaan,” kata Jakob Sumardjo.

Sastra adalah kerja penafsiran realitas, menemukan sistem hubungan yang bermakna, dan mengaktualisasikannya dalam bentuk-bentuk simbol, karena hanya melalui simbol-simbol saja hakikat realitas yang tak tampak oleh sembarang orang diperlihatkan sastrawannya demi realitas itu kembali. “Orang-orang sastra tidak dapat berbuat banyak kecuali dapat mengubah kebutuhan nilai-nilai hedonistik menjadi kreatif pada masyarakat Indonesia,” tegas Jakob Sumardjo.

Ihwal nama-nama pengarang sastra populer dunia macam JK Rowling pengarang cerita “Harry Potter” maupun Habiburahman El Shirazi pengarang novel “Ayat-ayat Cinta” dan Andrea Hirata pengarang novel “Laskar Pelangi” tentu saja tidak dapat disejajarkan dan dibandingkan dengan pengarang-pengarang seperti Pramudya Ananta Toer, NH Dini, Chairil Anwar maupun WS Rendra. Pengarang-pengarang sastra populer namanya melejit, dielu-elukan massa, karyanya dicetak sampai 30 kali dan kaya raya. “Tapi harap dicatat, Pramudya bisa masuk nominasi hadiah Nobel, tapi Habiburahman maupun Andrea Hirata tidak mungkin dan tidak bisa,” pungkas Jakob Sumardjo.

01 Maret 2009 | BP

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati