Putu Wijaya: Seperti Benda Asing di Awang-awang
Ipik Tanoyo
http://www.balipost.co.id/
KEBANGKITAN sastra pada hakikatnya adalah kebangkitan masyarakatnya. Dalam kesusastraan dunia, karya-karya sastra monumental secara legendaris memberikan pengaruh dan tuntunan kepada peradaban. Bahkan, boleh dibilang dunia berubah oleh sastra. Moral dan citra manusia terarah oleh sastra. Demikian sastrawan Putu Wijaya mengutarakan pendapatnya dalam diskusi sastra di Bentara Budaya, Jakarta, Kamis (26/2).
Susastra adalah sastra yang memiliki kelebihan gengsi karena muatannya mengandung kegunaan untuk meningkatkan peradaban manusia. Meski hiburan atau klangenan adalah bagian dari potensi sastra, tetapi sasaran sastra yang utama adalah peningkatan buah budi kemanusiaan.
“Banyak bukti bahwa sastra bahkan mendahului pencapaian ilmu pengetahuan untuk membuka adab manusia ke depan. Jika sejarah secara rinci adalah saksi peradaban manusia ke belakang, ilmu pengetahuan potret manusia masa kini, maka sastra eksistensi manusia dalam seluruh dimensinya,” papar Putu Wijaya yang juga sutradara, pemain drama, sinetron dan film ini.
Dikatakannya, ketika seorang pengarang mulai menulis kesadaran bahwa dia akan menyentuh adab dunia, mungkin belum penuh bahkan bisa tak ada. Seorang pengarang bukan seorang ilmuwan yang menulis. “Sastra bukan risalah ilmiah walau memiliki kandungan pengetahuan. Sastra lebih banyak didorong oleh kebangkitan estetika secara personal di dalam diri seorang pengarang untuk mempergunakan bahasa sebagai senjata menumpahkan lintasan perasaan dan pikirannya,” urai Putu Wijaya.
Belakangan, mungkin saja ekspresi artistik yang personal dari seorang pengarang akan dirumuskan oleh para kritisi. Di situ kemudian seorang pengarang akan dinobatkan atau disulap menjadi seorang pemikir, pengamat dan pemikul beban dunia untuk memasuki masa (adab) yang lebih baik.
Di sisi lain, Putu juga menggarisbawahi ihwal sastra populer atau sastra pop. Sebuah karya yang hubungannya hanya sesaat dengan massa dan orang lain, mungkin akan menjadi karya populer. Digandrungi tetapi dalam waktu yang terbatas. Karya yang lain, yang menyangkut hal-hal yang lebih umum dan fundamental kemanusiaan, akan awet. Meski ada kemungkinan karya awet kurang populer, karena membahas masa yang belum ada dan membicarakan yang tidak kasat mata bagi setiap orang, tapi keawetannya akan menyebabkan dia menjadi panutan. Di situ sastra punya kesempatan mengompori adab.
Namun yang jelas, karya populer maupun karya yang awet, keduanya akan memiliki pengaruh kepada kehidupan dan manusia pembacanya. Apalagi kalau kehadiran itu disertai iklim yang membuat masyarakat percaya bahwa karya sastra bukan hanya hiburan (klangenan) tetapi juga pengetahuan. Sastra adalah ilmu yang disampaikan dengan cara bertutur, seperti nenek-nenek menitipkan kearifan lokal kepada cucu-cucunya lewat dongeng.
Media Massa
Banyak keluhan mengatakan sastra sudah ditinggalkan dalam kurikulum sekolah, tapi masih punya tempat di media massa meskipun cenderung berebut dengan berita-berita politik dan ekonomi yang lebih membius pembaca. Sastra masih dibaca, tetapi dalam jarak yang sedemikian rupa, sehingga ia tersisih dari kehidupan nyata. “Sastra seperti benda asing yang melayang di awang-awang. Tidak ada perasaan tertinggal pada masyarakat kalau tidak membaca sebuah karya baru. Berbeda dengan film dan musik yang sudah mulai merupakan kebutuhan masyarakat,” tegas Putu Wijaya.
Para sastrawan kondang seperti Hamka, Pramudya Ananta Toer, Chairil Anwar, Mangunwijaya, Umar Khayam, WS Rendra, Linus Suryadi, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono, Ayu Utami, Seno Gumira Ajidarma dan lain-lain sudah memberikan sumbangan yang nyata pada pemberadaban di Indonesia. Tapi segelintir nama itu saja masih belum dapat mengangkat bahwa sastra Indonesia sudah memberikan sumbangan pemberadaban. Sebab, kalau betul sudah, sastra Indonesia tidak akan terpuruk hanya sebagai pengemis dalam pembangunan, seperti adanya kini.
Dengan tegas Putu Wijaya mengemukakan bahwa sastra Indonesia umumnya masih dikategorikan sebagai hanya klangenan (hiburan). Tidak digubris apalagi dianggap sebagai ilmu oleh para pemimpin dan intelektual. Jadi, kalau mereka buta sastra, itu sah. “Sastra Indonesia tanpa pembelaan ketika terdepak dari kurikulum. Ditolak oleh beberapa sekolah ketika ada kesempatan bertemu dengan para sastrawan, karena jam untuk kelas matematika masih kurang atau ada tamu yang lebih penting akan datang (maksudnya bintang film),” kata Putu Wijaya.
Pada akhirnya, Putu menyimpulkan bahwa pemberadaban dengan sangat potensial bisa disumbangkan oleh agama, pendidikan, ilmu pengetahuan dan sesungguhnya sastra. Kita tidak akan membuka polemik dengan mengatakan keempatnya sudah gagal. Atau lebih baik dikatakan, belum terjadi sebagaimana seharusnya. “Saat ini, sesudah reformasi, kita merasakan pemberadaban tak berjalan. Berbagai kejadian yang mengejutkan terus mengucur setiap hari menyebabkan kita malah cenderung mengatakan yang ada sekarang adalah pemunduran peradaban,” papar Putu sembari menambahkan, tak semua sastrawan bersalah atas kenyataan bahwa pemberadaban oleh sastra tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Tidak Serius
Pendapat senada dilontarkan oleh pengamat sastra Jakob Sumardjo dari STSI Bandung mengungkapkan bahwa kebutuhan sastra tentu masih tetap dibutuhkan oleh masyarakat modern Indonesia, terutama kaum terpelajarnya yang jumlahnya mencapai 20 persen jumlah penduduk. Kini kaum elit Indonesia tak kenal lagi sastra dunia atau sastra bangsa sendiri. Sastra tidak lagi menjadi kebutuhan nilai bagi hidup mereka. Sudan tentu mereka mengenal apa yang disebut sastra, dengan merujuk pada sastra populer yang memang berkembang sejak zaman kolonial.
“Sastra semacam ini mengandung nilai-nilai afirmatif yang tidak usah terlalu serius dibaca dari sastra tetapi langsung pada sumber-sumber ilmunya. Bagi mereka, sastra jenis ini adalah bagian dari pemenuhan kebutuhan klangenan atau relaksasi. Sastra sebagai bagian pembentuk peradaban tidak dikenal di kalangan kaum terpelajar sesudah kemerdekaan,” kata Jakob Sumardjo.
Sastra adalah kerja penafsiran realitas, menemukan sistem hubungan yang bermakna, dan mengaktualisasikannya dalam bentuk-bentuk simbol, karena hanya melalui simbol-simbol saja hakikat realitas yang tak tampak oleh sembarang orang diperlihatkan sastrawannya demi realitas itu kembali. “Orang-orang sastra tidak dapat berbuat banyak kecuali dapat mengubah kebutuhan nilai-nilai hedonistik menjadi kreatif pada masyarakat Indonesia,” tegas Jakob Sumardjo.
Ihwal nama-nama pengarang sastra populer dunia macam JK Rowling pengarang cerita “Harry Potter” maupun Habiburahman El Shirazi pengarang novel “Ayat-ayat Cinta” dan Andrea Hirata pengarang novel “Laskar Pelangi” tentu saja tidak dapat disejajarkan dan dibandingkan dengan pengarang-pengarang seperti Pramudya Ananta Toer, NH Dini, Chairil Anwar maupun WS Rendra. Pengarang-pengarang sastra populer namanya melejit, dielu-elukan massa, karyanya dicetak sampai 30 kali dan kaya raya. “Tapi harap dicatat, Pramudya bisa masuk nominasi hadiah Nobel, tapi Habiburahman maupun Andrea Hirata tidak mungkin dan tidak bisa,” pungkas Jakob Sumardjo.
01 Maret 2009 | BP
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Azis Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.S. Laksana
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Malik
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adi Prasetyo
Afnan Malay
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Suyudi
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amalia Sulfana
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminullah HA Noor
Andari Karina Anom
Andi Nur Aminah
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Anindita S. Thayf
Anitya Wahdini
Anton Bae
Anton Kurnia
Anung Wendyartaka
Anwar Nuris
Anwari WMK
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arief Budiman
Ariel Heryanto
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Arifi Saiman
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
Ary Wibowo
AS Sumbawi
Asarpin
Asbari N. Krisna
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asti Musman
Atep Kurnia
Atih Ardiansyah
Aulia A Muhammad
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
B. Nawangga Putra
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bakdi Sumanto
Balada
Bale Aksara
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bedah Buku
Beni Setia
Benni Indo
Benny Arnas
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Buku Kritik Sastra
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Butet Kartaredjasa
Cahyo Junaedy
Cak Kandar
Caroline Damanik
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Saifullah
Cornelius Helmy Herlambang
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Sunendar
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Dante Alighieri
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Pramono
Delvi Yandra
Deni Andriana
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewey Setiawan
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hartati
Diana A.V. Sasa
Dianing Widya Yudhistira
Dina Jerphanion
Djadjat Sudradjat
Djasepudin
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Dwijo Maksum
E. M. Cioran
E. Syahputra
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Triono
Elisa Dwi Wardani
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endro Yuwanto
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Esai
Evi Idawati
F Dewi Ria Utari
F. Dewi Ria Utari
Fadlillah Malin Sutan Kayo
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Faruk HT
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fazabinal Alim
Fazar Muhardi
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Frans Ekodhanto
Fransiskus X. Taolin
Franz Kafka
Fuad Nawawi
Gabriel García Márquez
Gde Artawa
Geger Riyanto
Gendhotwukir
Gerakan Surah Buku (GSB)
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gunoto Saparie
Gusty Fahik
H. Rosihan Anwar
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Haris del Hakim
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hasyuda Abadi
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Herdiyan
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman Hasyim
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru Emka
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Humam S Chudori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Tito Sianipar
Ian Ahong Guruh
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IDG Windhu Sancaya
Iffah Nur Arifah
Ignas Kleden
Ignasius S. Roy Tei Seran
Ignatius Haryanto
Ignatius Liliek
Ika Karlina Idris
Ilham Khoiri
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah S. Pratidina
Indiar Manggara
Indra Tranggono
Indrian Koto
Insaf Albert Tarigan
Ipik Tanoyo
Irine Rakhmawati
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Norman
Istiqomatul Hayati
Iswara N Raditya
Iverdixon Tinungki
Iwan Gunadi
Iwan Nurdaya Djafar
Jadid Al Farisy
Jakob Sumardjo
Jamal D. Rahman
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jaya Suprana
Jean-Paul Sartre
JJ. Kusni
Joanito De Saojoao
Jodhi Yudono
John Js
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Ki Panji Kusmin
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Ko Hyeong Ryeol
Koh Young Hun
Komarudin
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Lenah Susianty
Leon Trotsky
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayani
Luhung Sapto Nugroho
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lusiana Indriasari
Lutfi Mardiansyah
M Syakir
M. Faizi
M. Fauzi Sukri
M. Mustafied
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
Made Wianta
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Majalah Budaya Jejak
Makmur Dimila
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Mariana Amiruddin
Martin Aleida
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Media Dunia Sastra
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
Melani Budianta
Mezra E Pellondou
MG. Sungatno
Micky Hidayat
Mikael Johani
Mikhael Dua
Misbahus Surur
Moch Arif Makruf
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohamed Nasser Mohamed
Mohammad Takdir Ilahi
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyidin
Mujtahid
Munawir Aziz
Musa Asy’arie
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N. Mursidi
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naqib Najah
Narudin Pituin
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Neni Ridarineni
Nezar Patria
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Rastiti
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noval Jubbek
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Utami Sari’at Kurniati
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Obrolan
Odhy`s
Okta Adetya
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Otto Sukatno CR
Pablo Neruda
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Pertemuan Mahasiswa
Puji Santosa
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Rahmah Maulidia
Rahmi Hattani
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rambuana
Ramzah Dambul
Raudal Tanjung Banua
Redhitya Wempi Ansori
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Ria Febrina
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Richard Strauss
Rida K Liamsi
Riduan Situmorang
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Rina Mahfuzah Nst
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roland Barthes
Romi Zarman
Romo Jansen Boediantono
Rosidi
Ruslani
S Prana Dharmasta
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Müller
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Saiful Amin Ghofur
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Madany Syani
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sem Purba
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siti Mugi Rahayu
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Sohifur Ridho’i
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Sri Rominah
Sri Wintala Achmad
St. Sularto
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Sudarmoko
Sudaryono
Sudirman
Sugeng Satya Dharma
Suhadi
Sujiwo Tedjo
Sukar
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susilowati
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Buyil
Syaifuddin Gani
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Usman Awang
UU Hamidy
Vinc. Kristianto Batuadji
Vladimir I. Braginsky
W.S. Rendra
Wahib Muthalib
Wahyu Utomo
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weni Suryandari
Wiko Antoni
Wina Karnie
Winarta Adisubrata
Wiwik Widayaningtias
Yanto le Honzo
Yanuar Widodo
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yudhis M. Burhanudin
Yukio Mishima
Yulhasni
Yuli
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusmar Yusuf
Yusri Fajar
Yuswinardi
Yuval Noah Harari
Zaki Zubaidi
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zen Rachmat Sugito
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar