Sabtu, 01 Oktober 2011

Asmara Nababan dalam Kenangan

Ignas Kleden
Kompas, 1 November 2010

Asmara Nababan meninggal dunia pada suatu hari yang seakan menjadi keinginannya sendiri: 28 Oktober 2010 Hari Sumpah Pemuda, setelah lebih dari setahun menderita kanker paru-paru.

Gejala pertama yang sempat diceritakannya ialah ketika dia kembali ke kampung halamannya di Siborong-borong, Tapanuli Utara, pada Desember 2008, untuk merayakan Natal di sana. Suatu pagi ketika dia sedang melakukan joging, tiba-tiba saja dia kena serangan yang membuatnya tak sadarkan diri dan harus ditolong orang dengan membawanya ke rumah sakit.

Kembali ke Jakarta dia terlihat segar kembali dan menceritakan kejadian di Siborong-borong seakan suatu peristiwa kecil yang tak seberapa pengaruhnya terhadap kesehatan dan kegiatannya. Ternyata setahun kemudian, pada hari-hari menjelang Natal dan pada hari raya Natal tahun 2009, dia harus dirawat di Rumah Sakit Darmais, Jakarta, dan menjalani operasi besar yang menyebabkan dia kehilangan sepertiga (!) paru-parunya.

Keluar dari rumah sakit dia bekerja kembali seperti biasa, antara lain mengikuti secara teratur rapat Badan Pengurus Harian di Komunitas Indonesia untuk Demokrasi sebulan sekali, selain kegiatannya di Demos dan keterlibatannya dalam beberapa LSM lainnya. Semenjak operasi itulah dia tidak pulih benar dari sakitnya dan lambat laun wajahnya menjadi agak sembab.

Dengan keadaan serupa itu, kegembiraan hidupnya tak kelihatan berkurang. Hanya lebih sering dia minta waktu untuk mengontrol kesehatannya. Selera makannya stabil meskipun langkahnya berjalan tidak semantap seperti semula kami mengenalnya.

Kehadirannya terasa

Asmara Nababan lahir di Siborong-borong pada 2 September 1946 dan mengembuskan napas terakhir di Guangzhou, China, dalam usia 64 tahun. Setelah menyelesaikan pendidikan menengah di Medan, dia ke Jakarta, menempuh kuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia, hingga lulus, meskipun gelar SH tak pernah terlihat di belakang namanya. Sejauh mengenalnya, saya berpendapat bahwa dia telah dengan sadar memilih bekerja sebagai tokoh organisasi masyarakat sipil tanpa tergoda untuk masuk suatu partai politik atau mendapat suatu jabatan dalam pemerintahan meskipun perhatian dan pengetahuannya tentang politik nasional dan perkembangan negerinya tak kurang dari politisi mana pun.

Berbagai kegiatan telah dijalankannya sebelum namanya mencuat secara nasional dan internasional ketika dia menjadi Sekretaris Jenderal Komnas HAM untuk periode 1993-1998, yaitu pada puncak transisi politik menuju reformasi, dengan berbagai ketegangan, pertentangan, serta kekerasan politik yang harus dihadapi. Lepas dari Komnas HAM, dia menjadi anggota Tim Pencari Fakta Kerusuhan Mei 1998, kemudian bersama beberapa rekannya mendirikan Demos, suatu lembaga yang mengkhususkan dirinya dalam penelitian tentang demokrasi dan proses demokratisasi.

Hingga saat meninggalnya, dia adalah Ketua Dewan Pengurus Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (Elsam) dan anggota Badan Pengurus Komunitas Indonesia untuk Demokrasi (KID). Dengan demikian, pusat perhatian dan tema perjuangannya adalah hak asasi manusia dan demokrasi.

Asmara Nababan bukanlah tokoh yang menonjol atau menonjolkan diri dalam kelompok tempat dia bekerja, tetapi tanpa disadarinya dia selalu membuat kehadirannya terasa. Dia tidak mempunyai kefasihan bicara yang membuat orang terpukau, tidak juga tampil dengan gagasan yang gilang-gemilang, tetapi kesungguhannya mendengar dan memerhatikan pembicaraan orang mendatangkan suatu wibawa khusus pada dirinya. Siapa yang mengenalnya hanya sepintas lalu akan merasa bahwa dia hanya seorang dengan kapasitas rata-rata dan tidak istimewa.

Akan tetapi, semakin lama mengenalnya, orang akan diyakinkan bahwa ada suatu yang khusus dan khas dalam kepribadiannya. Berulang kali saya mengalami bahwa apabila dibutuhkan suatu informasi penting atau pemikiran untuk mengatasi kebuntuan, Asmara mengusulkan sesuatu yang justru dibutuhkan untuk mendapatkan jalan keluar, entah menyangkut masalah hukum, organisasi, atau manajemen. Dia mempunyai stock of knowledge at hand yang tidak diumbar sebarang waktu, tetapi yang siap digunakannya untuk melayani suatu kebutuhan.

Paradoks

Di sinilah muncul paradoks yang sukar saya pahami. Bagaimana seseorang dapat mempunyai pengaruh demikian besar di antara kawan dan rekan-rekannya, meskipun dia lebih banyak berdiam diri daripada bicara atau mencoba meyakinkan orang, bagaimana mungkin seseorang yang selalu menempatkan diri dalam posisi melayani, akhirnya memainkan peranan yang hegemonik, meskipun dia sendiri tidak menghendakinya dan tidak berusaha mencapainya?

Sampai sekarang tetap sulit saya mencerna dalam hati bagaimana caranya menggabungkan keteguhan pendirian dengan kelembutan hati, sikap keras terhadap diri, tetapi penuh maaf terhadap orang lain, suatu erudisi yang jauh di atas rata-rata dengan kesediaan mendengar dan menyimak apa yang dikatakan orang lain, bahkan oleh mereka yang lebih muda dan jauh kurang pengalamannya dari dia sendiri.

Saya memperkirakan bahkan orang yang bertentangan pendapat dan terlibat dalam debat dengannya akan tetap merasa diri sebagai pihak yang dihargai dan dihormati oleh seseorang yang mempunyai kehormatan. Asmara pastilah bukan seorang yang mencari kemegahan di atas kekalahan orang lain, meskipun dia dapat mengambil sikap tegas untuk menolak ketidakadilan dan siap berjuang menentang kekerasan politik.

Kadang-kadang terpikir juga apa kira-kira yang dapat diajukan sebagai kekurangan rekan ini? Setiap kali ada janji rapat, dia selalu tepat waktu. Kalau dia tak sempat datang, dia akan memberi kabar selalu dengan penyesalan, seakan-akan dia tidak melakukan tugas yang amat penting. Ketika akan berangkat terakhir kali ke Singapura untuk berobat, dia masih datang ke kantor untuk menyampaikan bahwa dia tidak akan dapat menghadiri tiga acara yang diselenggarakan KID selama bulan Oktober. Dia demikian bersungguh-sungguh dengan keadaan fisik yang semakin lemah. Saya tak mempunyai firasat apa pun bahwa dia tak akan lagi menghadiri rapat kami untuk selama-lamanya.

Ada keyakinan aneh dalam diri saya bahwa dari tempatnya sekarang dia tetap akan mendengar apa pun yang dikatakan teman-teman dan menyimak pembicaraan rekan-rekannya dengan tingkat perhatian yang sama. ”Sweet is death that puts an end to pain”, itulah sepenggal sajak Lord Alfred Tennyson, yang saat ini terdengar bagaikan doa untuk almarhum. Semoga damai menjadi tempat dia beristirahat tanpa diburu rasa sakit lagi.
_____________
*) Ignas Kleden Ketua Badan Pengurus Komunitas Indonesia untuk Demokrasi

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati