Jumat, 08 Juli 2011

Karnaval Pusar

Damhuri Muhammad
http://www.suarakarya-online.com/

Dulu, ketika kota kami belum bernama, belum tertulis dalam peta, dan ruas-ruas jalan belum tergilas roda, leluhur kami pernah diresahkan karena peristiwa aneh perihal kelahiran seorang bayi. Mestinya kelahiran bayi disambut senyum ramah dan tawa girang sebagai tanda rasa syukur pada anugerah Tuhan, bukan?. Ya, tapi tidak bagi bayi yang lahir tanpa pusar!. Setelah menyembul, bayi itu mengeyak dan langsung terlepas dari rahim perempuan yang mengejan melahirkannya. Dukun Beranak tak perlu bersusah-payah memutus tali pusarnya.
"Wah, bagaimana saya akan memotong Tali Pusar? Pusarnya saja ndak ada"

Begitulah! Kelahirannya tak disambut suka cita dan ucapan selamat. Tapi, disembur gunjing, cela, dan umpat.

"Jangan-jangan karena waktu mudanya, perempuan ini suka pamer pusar"
"Kalau gemar pamer pusar, mestinya bayi itu punya banyak pusar, bukan?"
"Iya, harusnya ada pusar di hidung, kuduk atau jidat. Tapi kok malah ndak punya pusar?"

Tapi untunglah, bayi tak berpusar tidak bertahan hidup. Tak lama setelah kelahirannya, bayi yang belum sempat diberi nama itu meninggal. Hingga, musnahlah segala gunjing, cela dan sumpah serapah.

* * *

Kini, kota kami sudah benama. Kami menyebutnya kota Antala. Sudah tertulis dalam peta dan ruas-ruas jalan pun sudah tergilas roda. Keluarga, karib-kerabat, sanak famili dan seluruh warga kota Antala, kembali tak tentram, resah dan mulai diancam rasa was-was. Utamanya sejak tersiar khabar tentang hantu-hantu gentayangan yang selalu meneror dan mengusik ketenangan orang-orang di kota kami. Bukan Kuntilanak, Gendruwo, Pocong atau Sundel Bolong seperti yang sering kami tonton di layar TV. Tapi, hantu-hantu yang telah merubah wujud mereka menjadi sosok perempuan-perempuan cantik.

Rata-rata fisik mereka tinggi langsing. Pingang ramping. Kulit kuning langsat. Betis putih mulus. Dada penuh berisi. Pinggul sintal dan bahenol. Kecuali kami, tak akan ada mengira bahwa perempuan-perempuan liar yang genit dan kemayu itu adalah hantu-hantu celaka penyebar dosa. Meski tampak seperti gadis-gadis perawan, mereka tak tertarik menggoda lelaki-lelaki lajang. Mereka lebih berselera pada lelaki-lelaki yang sudah menikah. Gemar memikat suami orang dengan segala macam jurus rayuannya. Merusak rumah tangga orang. Membuat pasangan-pasangan muda di kota Antala menjadi tak bergairah pada istri masing-masing dan lalu memendam hasrat diam-diam untuk mencari Perempuan Idaman Lain (PIL). Berselingkuh. Inilah khabar paling menakutkan bagi ibu-ibu rumah tangga di kota kami, kota Antala.

Siang bolong, mereka selalu mondar-mandir, keluar-masuk instansi-instansi pemerintah dan kantor-kantor perusahaan swasta. Berkedok sebagai agen-agen asuransi atau sales aneka produk kecantikan. Awalnya sekedar melenggang-lenggok dengan rok super mini dan sepatu hak tinggi sambil mesam-mesem di depan mata para lelaki yang kian asyik menguntit mereka. Sekedar mempertontonkan ranum tubuh yang bikin jakun naik turun. Aih, mana tahan? Lelaki mana yang tak terpukau melihat paha yang sebentar-bentar tersingkap oleh kesiur kipas angin? Siapa pula yang tak ingin mentraktir makan siang? Lambat laun, boleh jadi bakal tergoda pula untuk mengajak mereka dalam perjalanan dinas luar kota.

"Jangan gampang percaya sama laki! gua lagi berantem dengan kang Tukijan. Ia ngaku abis jalan ama cewek lain. Untung enggak sampai tidur" gerutu Kaslanih menceritakan perangai suaminya. Cemberut.
"Emangnya, lu tau dari mana?" tanya Yunaning. Heran
"Temennya yang ngasih tau.Terus gua desak, akhirnya ngaku deh."
"Sekarang kang Tukijan gua kunci di kamar. Sebel gua. Berani-beraninya ngebohongin bini"

"Hati-hati lu! Hantu-hantu itu makin merajalela. Jangan sampai lakimu ikut-ikutan terpikat pada kemolekan tubuhnya"

Kasiran, termasuk lelaki setia. Sejak menjadi suami Yunaning, ia tidak neko-neko. Setidaknya, mereka belum pernah berantem karena Kasiran memang belum pernah macem-macem. Pulang dari kantor, Kasiran tak keluar malam. Waktu luangnya dihabiskan di rumah, bersama istri dan dua anak yang masih kecil-kecil. Namun, akhir-akhir ini ia mulai pulang malam, sesekali pulang pagi. "Ada meeting di kantor" kilahnya. Awalnya Yunaning percaya saja pada alasan suaminya, tapi setelah tersebar berita tentang hantu-hantu berwujud perempuan cantik bergentayangan di kota Antala, Yunaning pun mulai curiga.

Sejak mendengar cerita Kaslanih soal perangai kang Tukijan, Yunaning kian gundah, tidurnya mulai tak nyenyak. Kecurigaannya makin menjadi-jadi. Alhasil, Yunaning bernasib sama dengan Kaslanih. Perempuan beranak dua itu berantem abis-abisan dengan suaminya. Betapa tidak? Tak sengaja ia mencium wangi parfum cewek di kemeja yang dipakai Kasiran. Entah kenapa, lelaki setia seperti Kasiran tiba-tiba berubah menjadi mata keranjang.

"Kau bilang ada meeting. Ternyata meeting itu malah mengepit yang penting-penting toh? Brengsek!"

"Dasar laki-laki hidung belang. Ndak tahan kalau sudah liat bokong"

Tak berselang lama, warga kota Antala gempar. Jalangat tertangkap basah main serong dengan cewek bernama Sintia di sebuah penginapan kelas menengah. Sebelum keduanya diarak bugil keliling kota, Rinjali, istrinya mencak-mencak seperti kesetanan. Perempuan itu menggebu-gebu hendak menyembelih batang kelamin Jalangat dengan pisau belati yang digenggamnya. Atau mungkin hendak mencabik-cabik perut Sintia yang telah tidur dengan suaminya, menggorok lehernya hingga mati terjungkal bersimbah darah.

"Kau bilang cuma pergi mancing, ternyata kerjaanmu mancing cewek. Kubunuh kau, begundal!"
"Kuhabisi hidupmu, perempuan sundal!" gertak Rinjali.
"Awas kalian!"

* * *

Aparat hukum mulai mencium fenomena panik massal di kalangan warga perempuan akibat main serong suami-suami mereka dengan cewek-cewek nakal yang datang entah dari negeri mana. Bukan hanya Kaslanih, Yunaning dan Rinjali yang sedang tak rukun dengan suami masing-masing. Petaka juga menimpa Ruvansi, Rufinis, Warsinah dan hampir semua perempuan bersuami di kota Antala. Nasib mereka sama ; Dikhianati suami. Sejak hantu-hantu berwujud perempuan cantik bergentayangan, suami-suami mereka tak betah di rumah. Kehilangan selera. Gemar keluyuran malam. Pulang pagi, bahkan ada yang pulang cuma tiga hari sekali. Celaka, Sungguh celaka!

"Hantu-hantu keparat. Ayo, kita cari mereka dan lalu kita gantung rame-rame! Tunggu apa lagi? Bengong aja lu!" teriak Ruvansi memprovokasi teman-temannya.

"Kalau ketangkap ndak usah digantung, langsung kita rajam saja" dukung Warsinah, bersemangat.

"Jangan ngawur! hantu mana bisa mati? setelah diringkus, kurung saja!. Bikinkan kandang! Agar mereka enggak gentayangan lagi"

Maka, disebut-sebutlah hantu-hantu genit itu sebagai biang kekacauan. Secara resmi mereka dinyatakan sebagai tersangka yang sedang diburu pihak berwajib. Awalnya, polisi agak kesulitan membedakan antara hantu-hantu berwujud perempuan sintal dengan gadis-gadis sungguhan kota Antala. Tak ada ciri khusus yang dapat dicermati pada bodi montok hantu-hantu itu. Nyaris tak berbeda dengan perempuan-perempuan sungguhan.

Tapi, berkat bantuan Kigusar, paranormal terkenal di kota kami, akhirnya terungkap juga sejarah tentang peristiwa janggal yang pernah terjadi. Dulu, ketika kota kami belum bernama, belum tertulis dalam peta dan ruas-ruas jalan belum tergilas roda, leluhur kami pernah resah oleh kelahiran ganjil seorang bayi. Mestinya kelahiran bayi disambut senyum ramah dan tawa girang sebagai pertanda rasa syukur pada anugerah Tuhan, bukan?. Ya, tapi tidak bagi bayi yang lahir tanpa pusar! Setelah menyembul, bayi itu mengeyak dan langsung terlepas dari rahim perempuan yang mengejan melahirkannya. Kelahirannya tak disambut ucapan selamat. Tapi, disembur gunjing, cela, dan umpat. Untunglah, bayi perempuan tak berpusar yang bikin heboh itu tak bertahan hidup. Tak lama setelah kelahirannya, bayi merah yang belum sempat diberi nama itu meninggal. Maka, musnahlah segala gunjing, cela dan sumpah serapah.

"Jadi, hantu itu penjelmaan dari bayi perempuan tak berpusar? Berkembang biak, beranak-pinak dan bikin kacau di kota ini?" tanya seorang anggota polisi pada Kigusar,

"Nah, kalau begitu ciri fisiknya sudah jelas. Hantu-hantu berwujud perempuan-perempuan molek itu tak berpusar. Tinggal kita periksa saja bagian perutnya begitu ketangkap" tegas polisi itu. Puas Kigusar mengangguk-angguk sambil terkantuk-kantuk.

* * *

Hingga kini, hantu-hantu berwujud perempuan sintal yang mengundang syahwat itu terus diburu. Celakanya, operasi penangkapan justru menimbulkan masalah baru. Kecemasan massal di kalangan gadis-gadis (sungguhan) kota Antala. Cemas, bilamana aparat salah tangkap, dan lalu akan memproses mereka hanya karena tuduhan salah alamat.

Maka, gadis-gadis muda kota kami selalu mengenakan busana minim yang menyingkapkan bagian perut dan memperlihatkan pusar. Ya, pamer pusar untuk memberi tanda agar mereka tak dicurigai sebagai hantu-hantu gentayangan yang sedang dicari-cari. Di pinggir jalan, jembatan penyeberangan, halte-halte pemberhentian Bis Kota, kampus-kampus, pasar-pasar, stasiun kereta, terminal-terminal dan mal-mal, jangan heran bilamana anda menyaksikan gadis-gadis muda mondar-mandir, melenggang-lenggok dengan stelan celana Jeans ketat dan baju serba minim sambil mempertontonkan pusar!. Ada pusar yang ditindik dan lalu dipasang anting-anting dari berbagai model dan ukuran. Sekali lagi, jangan heran! Bahkan ada pusar yang sengaja dihiasi tato Kalajengking di sekelilingnya.

* Kelapa Dua, Maret 2005

Catatan Redaksi:
Penulis adalah cerpenis, tinggal di Jakarta Alumnus program studi Ilmu Filsafat program pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Selain menulis cerpen juga menulis esai sastra dan resensi buku di Kompas, Republika, Sinar Harapan, Suara Karya, Lampung Post, Bali Post, Sriwijaya Post, Waspada, Riau Pos, Nuansa Budaya, Singgalang, dll
Buku antologi cerpennya yang sudah terbit bertajuk LARAS - Tubuhku Bukan Milikku - Maret 2005

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati