Damhuri Muhammad
http://www.suarakarya-online.com/
Dulu, ketika kota kami belum bernama, belum tertulis dalam peta, dan ruas-ruas jalan belum tergilas roda, leluhur kami pernah diresahkan karena peristiwa aneh perihal kelahiran seorang bayi. Mestinya kelahiran bayi disambut senyum ramah dan tawa girang sebagai tanda rasa syukur pada anugerah Tuhan, bukan?. Ya, tapi tidak bagi bayi yang lahir tanpa pusar!. Setelah menyembul, bayi itu mengeyak dan langsung terlepas dari rahim perempuan yang mengejan melahirkannya. Dukun Beranak tak perlu bersusah-payah memutus tali pusarnya.
"Wah, bagaimana saya akan memotong Tali Pusar? Pusarnya saja ndak ada"
Begitulah! Kelahirannya tak disambut suka cita dan ucapan selamat. Tapi, disembur gunjing, cela, dan umpat.
"Jangan-jangan karena waktu mudanya, perempuan ini suka pamer pusar"
"Kalau gemar pamer pusar, mestinya bayi itu punya banyak pusar, bukan?"
"Iya, harusnya ada pusar di hidung, kuduk atau jidat. Tapi kok malah ndak punya pusar?"
Tapi untunglah, bayi tak berpusar tidak bertahan hidup. Tak lama setelah kelahirannya, bayi yang belum sempat diberi nama itu meninggal. Hingga, musnahlah segala gunjing, cela dan sumpah serapah.
* * *
Kini, kota kami sudah benama. Kami menyebutnya kota Antala. Sudah tertulis dalam peta dan ruas-ruas jalan pun sudah tergilas roda. Keluarga, karib-kerabat, sanak famili dan seluruh warga kota Antala, kembali tak tentram, resah dan mulai diancam rasa was-was. Utamanya sejak tersiar khabar tentang hantu-hantu gentayangan yang selalu meneror dan mengusik ketenangan orang-orang di kota kami. Bukan Kuntilanak, Gendruwo, Pocong atau Sundel Bolong seperti yang sering kami tonton di layar TV. Tapi, hantu-hantu yang telah merubah wujud mereka menjadi sosok perempuan-perempuan cantik.
Rata-rata fisik mereka tinggi langsing. Pingang ramping. Kulit kuning langsat. Betis putih mulus. Dada penuh berisi. Pinggul sintal dan bahenol. Kecuali kami, tak akan ada mengira bahwa perempuan-perempuan liar yang genit dan kemayu itu adalah hantu-hantu celaka penyebar dosa. Meski tampak seperti gadis-gadis perawan, mereka tak tertarik menggoda lelaki-lelaki lajang. Mereka lebih berselera pada lelaki-lelaki yang sudah menikah. Gemar memikat suami orang dengan segala macam jurus rayuannya. Merusak rumah tangga orang. Membuat pasangan-pasangan muda di kota Antala menjadi tak bergairah pada istri masing-masing dan lalu memendam hasrat diam-diam untuk mencari Perempuan Idaman Lain (PIL). Berselingkuh. Inilah khabar paling menakutkan bagi ibu-ibu rumah tangga di kota kami, kota Antala.
Siang bolong, mereka selalu mondar-mandir, keluar-masuk instansi-instansi pemerintah dan kantor-kantor perusahaan swasta. Berkedok sebagai agen-agen asuransi atau sales aneka produk kecantikan. Awalnya sekedar melenggang-lenggok dengan rok super mini dan sepatu hak tinggi sambil mesam-mesem di depan mata para lelaki yang kian asyik menguntit mereka. Sekedar mempertontonkan ranum tubuh yang bikin jakun naik turun. Aih, mana tahan? Lelaki mana yang tak terpukau melihat paha yang sebentar-bentar tersingkap oleh kesiur kipas angin? Siapa pula yang tak ingin mentraktir makan siang? Lambat laun, boleh jadi bakal tergoda pula untuk mengajak mereka dalam perjalanan dinas luar kota.
"Jangan gampang percaya sama laki! gua lagi berantem dengan kang Tukijan. Ia ngaku abis jalan ama cewek lain. Untung enggak sampai tidur" gerutu Kaslanih menceritakan perangai suaminya. Cemberut.
"Emangnya, lu tau dari mana?" tanya Yunaning. Heran
"Temennya yang ngasih tau.Terus gua desak, akhirnya ngaku deh."
"Sekarang kang Tukijan gua kunci di kamar. Sebel gua. Berani-beraninya ngebohongin bini"
"Hati-hati lu! Hantu-hantu itu makin merajalela. Jangan sampai lakimu ikut-ikutan terpikat pada kemolekan tubuhnya"
Kasiran, termasuk lelaki setia. Sejak menjadi suami Yunaning, ia tidak neko-neko. Setidaknya, mereka belum pernah berantem karena Kasiran memang belum pernah macem-macem. Pulang dari kantor, Kasiran tak keluar malam. Waktu luangnya dihabiskan di rumah, bersama istri dan dua anak yang masih kecil-kecil. Namun, akhir-akhir ini ia mulai pulang malam, sesekali pulang pagi. "Ada meeting di kantor" kilahnya. Awalnya Yunaning percaya saja pada alasan suaminya, tapi setelah tersebar berita tentang hantu-hantu berwujud perempuan cantik bergentayangan di kota Antala, Yunaning pun mulai curiga.
Sejak mendengar cerita Kaslanih soal perangai kang Tukijan, Yunaning kian gundah, tidurnya mulai tak nyenyak. Kecurigaannya makin menjadi-jadi. Alhasil, Yunaning bernasib sama dengan Kaslanih. Perempuan beranak dua itu berantem abis-abisan dengan suaminya. Betapa tidak? Tak sengaja ia mencium wangi parfum cewek di kemeja yang dipakai Kasiran. Entah kenapa, lelaki setia seperti Kasiran tiba-tiba berubah menjadi mata keranjang.
"Kau bilang ada meeting. Ternyata meeting itu malah mengepit yang penting-penting toh? Brengsek!"
"Dasar laki-laki hidung belang. Ndak tahan kalau sudah liat bokong"
Tak berselang lama, warga kota Antala gempar. Jalangat tertangkap basah main serong dengan cewek bernama Sintia di sebuah penginapan kelas menengah. Sebelum keduanya diarak bugil keliling kota, Rinjali, istrinya mencak-mencak seperti kesetanan. Perempuan itu menggebu-gebu hendak menyembelih batang kelamin Jalangat dengan pisau belati yang digenggamnya. Atau mungkin hendak mencabik-cabik perut Sintia yang telah tidur dengan suaminya, menggorok lehernya hingga mati terjungkal bersimbah darah.
"Kau bilang cuma pergi mancing, ternyata kerjaanmu mancing cewek. Kubunuh kau, begundal!"
"Kuhabisi hidupmu, perempuan sundal!" gertak Rinjali.
"Awas kalian!"
* * *
Aparat hukum mulai mencium fenomena panik massal di kalangan warga perempuan akibat main serong suami-suami mereka dengan cewek-cewek nakal yang datang entah dari negeri mana. Bukan hanya Kaslanih, Yunaning dan Rinjali yang sedang tak rukun dengan suami masing-masing. Petaka juga menimpa Ruvansi, Rufinis, Warsinah dan hampir semua perempuan bersuami di kota Antala. Nasib mereka sama ; Dikhianati suami. Sejak hantu-hantu berwujud perempuan cantik bergentayangan, suami-suami mereka tak betah di rumah. Kehilangan selera. Gemar keluyuran malam. Pulang pagi, bahkan ada yang pulang cuma tiga hari sekali. Celaka, Sungguh celaka!
"Hantu-hantu keparat. Ayo, kita cari mereka dan lalu kita gantung rame-rame! Tunggu apa lagi? Bengong aja lu!" teriak Ruvansi memprovokasi teman-temannya.
"Kalau ketangkap ndak usah digantung, langsung kita rajam saja" dukung Warsinah, bersemangat.
"Jangan ngawur! hantu mana bisa mati? setelah diringkus, kurung saja!. Bikinkan kandang! Agar mereka enggak gentayangan lagi"
Maka, disebut-sebutlah hantu-hantu genit itu sebagai biang kekacauan. Secara resmi mereka dinyatakan sebagai tersangka yang sedang diburu pihak berwajib. Awalnya, polisi agak kesulitan membedakan antara hantu-hantu berwujud perempuan sintal dengan gadis-gadis sungguhan kota Antala. Tak ada ciri khusus yang dapat dicermati pada bodi montok hantu-hantu itu. Nyaris tak berbeda dengan perempuan-perempuan sungguhan.
Tapi, berkat bantuan Kigusar, paranormal terkenal di kota kami, akhirnya terungkap juga sejarah tentang peristiwa janggal yang pernah terjadi. Dulu, ketika kota kami belum bernama, belum tertulis dalam peta dan ruas-ruas jalan belum tergilas roda, leluhur kami pernah resah oleh kelahiran ganjil seorang bayi. Mestinya kelahiran bayi disambut senyum ramah dan tawa girang sebagai pertanda rasa syukur pada anugerah Tuhan, bukan?. Ya, tapi tidak bagi bayi yang lahir tanpa pusar! Setelah menyembul, bayi itu mengeyak dan langsung terlepas dari rahim perempuan yang mengejan melahirkannya. Kelahirannya tak disambut ucapan selamat. Tapi, disembur gunjing, cela, dan umpat. Untunglah, bayi perempuan tak berpusar yang bikin heboh itu tak bertahan hidup. Tak lama setelah kelahirannya, bayi merah yang belum sempat diberi nama itu meninggal. Maka, musnahlah segala gunjing, cela dan sumpah serapah.
"Jadi, hantu itu penjelmaan dari bayi perempuan tak berpusar? Berkembang biak, beranak-pinak dan bikin kacau di kota ini?" tanya seorang anggota polisi pada Kigusar,
"Nah, kalau begitu ciri fisiknya sudah jelas. Hantu-hantu berwujud perempuan-perempuan molek itu tak berpusar. Tinggal kita periksa saja bagian perutnya begitu ketangkap" tegas polisi itu. Puas Kigusar mengangguk-angguk sambil terkantuk-kantuk.
* * *
Hingga kini, hantu-hantu berwujud perempuan sintal yang mengundang syahwat itu terus diburu. Celakanya, operasi penangkapan justru menimbulkan masalah baru. Kecemasan massal di kalangan gadis-gadis (sungguhan) kota Antala. Cemas, bilamana aparat salah tangkap, dan lalu akan memproses mereka hanya karena tuduhan salah alamat.
Maka, gadis-gadis muda kota kami selalu mengenakan busana minim yang menyingkapkan bagian perut dan memperlihatkan pusar. Ya, pamer pusar untuk memberi tanda agar mereka tak dicurigai sebagai hantu-hantu gentayangan yang sedang dicari-cari. Di pinggir jalan, jembatan penyeberangan, halte-halte pemberhentian Bis Kota, kampus-kampus, pasar-pasar, stasiun kereta, terminal-terminal dan mal-mal, jangan heran bilamana anda menyaksikan gadis-gadis muda mondar-mandir, melenggang-lenggok dengan stelan celana Jeans ketat dan baju serba minim sambil mempertontonkan pusar!. Ada pusar yang ditindik dan lalu dipasang anting-anting dari berbagai model dan ukuran. Sekali lagi, jangan heran! Bahkan ada pusar yang sengaja dihiasi tato Kalajengking di sekelilingnya.
* Kelapa Dua, Maret 2005
Catatan Redaksi:
Penulis adalah cerpenis, tinggal di Jakarta Alumnus program studi Ilmu Filsafat program pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Selain menulis cerpen juga menulis esai sastra dan resensi buku di Kompas, Republika, Sinar Harapan, Suara Karya, Lampung Post, Bali Post, Sriwijaya Post, Waspada, Riau Pos, Nuansa Budaya, Singgalang, dll
Buku antologi cerpennya yang sudah terbit bertajuk LARAS - Tubuhku Bukan Milikku - Maret 2005
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Jumat, 08 Juli 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Azis Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.S. Laksana
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Malik
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adi Prasetyo
Afnan Malay
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Suyudi
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amalia Sulfana
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminullah HA Noor
Andari Karina Anom
Andi Nur Aminah
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Anindita S. Thayf
Anitya Wahdini
Anton Bae
Anton Kurnia
Anung Wendyartaka
Anwar Nuris
Anwari WMK
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arief Budiman
Ariel Heryanto
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Arifi Saiman
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
Ary Wibowo
AS Sumbawi
Asarpin
Asbari N. Krisna
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asti Musman
Atep Kurnia
Atih Ardiansyah
Aulia A Muhammad
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
B. Nawangga Putra
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bakdi Sumanto
Balada
Bale Aksara
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bedah Buku
Beni Setia
Benni Indo
Benny Arnas
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Buku Kritik Sastra
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Butet Kartaredjasa
Cahyo Junaedy
Cak Kandar
Caroline Damanik
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Saifullah
Cornelius Helmy Herlambang
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Sunendar
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Dante Alighieri
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Pramono
Delvi Yandra
Deni Andriana
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewey Setiawan
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hartati
Diana A.V. Sasa
Dianing Widya Yudhistira
Dina Jerphanion
Djadjat Sudradjat
Djasepudin
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Dwijo Maksum
E. M. Cioran
E. Syahputra
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Triono
Elisa Dwi Wardani
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endro Yuwanto
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Esai
Evi Idawati
F Dewi Ria Utari
F. Dewi Ria Utari
Fadlillah Malin Sutan Kayo
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Faruk HT
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fazabinal Alim
Fazar Muhardi
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Frans Ekodhanto
Fransiskus X. Taolin
Franz Kafka
Fuad Nawawi
Gabriel GarcÃa Márquez
Gde Artawa
Geger Riyanto
Gendhotwukir
Gerakan Surah Buku (GSB)
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gunoto Saparie
Gusty Fahik
H. Rosihan Anwar
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Haris del Hakim
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hasyuda Abadi
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Herdiyan
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman Hasyim
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru Emka
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Humam S Chudori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Tito Sianipar
Ian Ahong Guruh
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IDG Windhu Sancaya
Iffah Nur Arifah
Ignas Kleden
Ignasius S. Roy Tei Seran
Ignatius Haryanto
Ignatius Liliek
Ika Karlina Idris
Ilham Khoiri
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah S. Pratidina
Indiar Manggara
Indra Tranggono
Indrian Koto
Insaf Albert Tarigan
Ipik Tanoyo
Irine Rakhmawati
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Norman
Istiqomatul Hayati
Iswara N Raditya
Iverdixon Tinungki
Iwan Gunadi
Iwan Nurdaya Djafar
Jadid Al Farisy
Jakob Sumardjo
Jamal D. Rahman
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jaya Suprana
Jean-Paul Sartre
JJ. Kusni
Joanito De Saojoao
Jodhi Yudono
John Js
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Ki Panji Kusmin
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Ko Hyeong Ryeol
Koh Young Hun
Komarudin
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Lenah Susianty
Leon Trotsky
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayani
Luhung Sapto Nugroho
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lusiana Indriasari
Lutfi Mardiansyah
M Syakir
M. Faizi
M. Fauzi Sukri
M. Mustafied
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
Made Wianta
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Majalah Budaya Jejak
Makmur Dimila
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Mariana Amiruddin
Martin Aleida
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Media Dunia Sastra
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
Melani Budianta
Mezra E Pellondou
MG. Sungatno
Micky Hidayat
Mikael Johani
Mikhael Dua
Misbahus Surur
Moch Arif Makruf
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohamed Nasser Mohamed
Mohammad Takdir Ilahi
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyidin
Mujtahid
Munawir Aziz
Musa Asy’arie
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N. Mursidi
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naqib Najah
Narudin Pituin
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Neni Ridarineni
Nezar Patria
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Rastiti
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noval Jubbek
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Utami Sari’at Kurniati
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Obrolan
Odhy`s
Okta Adetya
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Otto Sukatno CR
Pablo Neruda
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Pertemuan Mahasiswa
Puji Santosa
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Rahmah Maulidia
Rahmi Hattani
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rambuana
Ramzah Dambul
Raudal Tanjung Banua
Redhitya Wempi Ansori
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Ria Febrina
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Richard Strauss
Rida K Liamsi
Riduan Situmorang
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Rina Mahfuzah Nst
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roland Barthes
Romi Zarman
Romo Jansen Boediantono
Rosidi
Ruslani
S Prana Dharmasta
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Müller
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Saiful Amin Ghofur
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Madany Syani
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sem Purba
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siti Mugi Rahayu
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Sohifur Ridho’i
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Sri Rominah
Sri Wintala Achmad
St. Sularto
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Sudarmoko
Sudaryono
Sudirman
Sugeng Satya Dharma
Suhadi
Sujiwo Tedjo
Sukar
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susilowati
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Buyil
Syaifuddin Gani
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Usman Awang
UU Hamidy
Vinc. Kristianto Batuadji
Vladimir I. Braginsky
W.S. Rendra
Wahib Muthalib
Wahyu Utomo
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weni Suryandari
Wiko Antoni
Wina Karnie
Winarta Adisubrata
Wiwik Widayaningtias
Yanto le Honzo
Yanuar Widodo
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yudhis M. Burhanudin
Yukio Mishima
Yulhasni
Yuli
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusmar Yusuf
Yusri Fajar
Yuswinardi
Yuval Noah Harari
Zaki Zubaidi
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zen Rachmat Sugito
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar