Mega Vristian
http://komunitassastra.wordpress.com/
Sastra BMI?
Jujur saya memang tidak bisa berhenti menulis, karena adanya semangat yang tidak pernah pudar. Terlebih lagi adanya faktor keberuntungan. Beruntung karena selama bekerja di Hong Kong menjadi BMI alias babu walau berganti-ganti majikan, menggunakan komputer tidak pernah dilarang. Tentu saja harus tahu aturannya.
Nah hari ini setelah pekerjaan siang beres, saya segera membuka komputer dan mulai menulis untuk milis dengan tema “Sastra Buruh” yang telah lama menjadi PR saya. Menurut yang saya tangkap, dalam tulisan ini saya harus berbagi cerita mengenai kegitan tulis menulis di kalangan teman-teman saya sesama BMI di Hong Kong.
Tetapi sebelumnya, saya dan hampir seluruh teman BMI yang gemar menulis tidaklah begitu sreg dengan istilah “Sastra Buruh”, “Sastra BMI” ataulah “Sastra Babu”. Sebab mengapa? Ini adalah upaya pengkotakan atau istilah pemberangusan profesi yang seakan-akan seorang BMI hanya akan dibicarakan bila bisa menulis apalagi dengan tulisan yang berbau sastra dan konyolnya tempatnya atau kotaknya itu adalah “Sastra Buruh”. Lantas bagaimana bila BMI ini sudah tidak menjadi buruh lagi di Hong Kong karena pulang ke Tanah Air menjadi ibu rumah tangga, aktivis buruh pada salah satu LSM atau menjadi seorang isteri Dokter bahkan Insinyur? Apakah tulisan mantan BMI ini nantinya akan dikelompokkan ke dalam genre baru lainnya yaitu “Sastra Mantan BMI”?
Sebutlah BMI
Belum juga tuntas mengenai pengkotakan ini, kami ini sebetulnya sedang berjuang keras guna memasyarakatkan kata “BMI” ke seluruh pelosok Nusantara. Sekilas seperti masalah yang sepele, tetapi bagi kami tidak. Mempopulerkan kata BMI sama saja susahnya untuk melawan praktek pembayaran gaji di bawah standar (underpayment).
Masyarakat tanah air sudah terbiasa menyebut kami ini sebagai TKW (Tenaga Kerja Wanita) dan pihak Konsulat Jenderal RI di Hong Kong dengan Nakerwan. Ada juga beberapa pihak yang memandang sinis, mengatakan kami sebagai JLN (Jongos Luar Negeri). Untuk itulah dalam melawan sebutan yang cenderung merendahkan profesi ini, teman-teman yang memiliki hobi menulis telah membiasakan dengan kata BMI. Alhasil semua media berbahasa Indonesia yang diterbitkan di Hong Kong sudah terbiasa menulis kami sebagai BMI. Bila pun ada yang kelolosan menggunakan kata TKW dalam media tersebut, kami hanya menganggapnya wartawan penulisnya masih kurang bergaul.
Tema Sastra
Maraknya kegemaran menulis di kalangan BMI sebetulnya seiring dengan diterbitkannya media cetak berbahasa Indonesia. Juga munculnya kelompok gemar menulis di Hong Kong seperti Kopernus (Komunitas perantau Nusantara) dan Forum Lingkar Pena pada tahun 2004 membuat BMI di Hong Kong seperti memiliki rumah untuk menampung bakatnya di dunia tulis menulis.
BMI Hong Hong Berseri lewat Sastra dan Seni
Dalam pandangan umum, buruh migran Indonesia (BMI) adalah sosok pekerja kasar yang hanya bisa mengerjakan tugas-tugas sepele rumah tangga. Pembantu rumah tangga (PRT) atau babu adalah pekerjaan yang dipandang dengan sebelah mata dan babu dianggap bukanlah pekerjaan ideal yang memberikan penghasilan besar sekaligus mendatangkan kebanggan, karena bekerja modal otot bukan otak.
Untuk diketahui, bekerja menjadi BMI, di Hong Kong tidaklah semudah yang dibayangkan. Masyarakat Hong Kong, khususnya para Majikan sangat tidak menyukai BMI, yang lamban kerjanya dan lamban berpikir. Karena hampir 75% anak-anak mereka dipercayakan pada BMI, sampai kemasalah mendampingi anak-anak mereka mengerjakan tugas sekolah.Anak-anak Hong Kong sangatlah cerdas dan kritis, karena mereka mendapatkan pendidikan dan kesejehteraan nyaris sempurna. Nah jika BMI mereka tidak rajin mengasah otak, selalau manyun ketika, anak majikan bertanya tentang suatu hal, jelas si anak akan protes ke orang tuanya, akibatnya bisa fatal si BMI akan diberhentikan. Sejujurnya syarat untuk bisa menjadi BMI ke HOng Kong, harus lulusan SMA, tapi praktiknya PJTKI bisa menyulap dari SD, menjadi SMA.
Kembali ketema, sejauh ini media massa lebih banyak memberitakan kemalangan dan petaka yang menimpa BMI. Media lebih suka mengekspose berita duka berkisar pemerkosaan, penyiksaan, perampokan, dan kematian BMI dinegeri orang. Kenyataannya BMI memang rawan bahaya. Dan, tampaknya media massa percaya “dagangan yang laku” dan disukai pembaca adalah berita-berita semacam itu.
Jarang media komersial yang menulis kiprah dan sosok BMI sebagai manusia utuh yang penuh harga diri dan menjunjung nilai kemanusiaannya. Ketimpangan berita itu mungkin karena keterbatasan pengetahuan dan ketergesaan (untuk tidak menyebut kemalasan) pewarta untuk menggali berita yang “bergizi” bagi pembaca sekaligus berguna bagi “obyek” berita. Bisa jadi karena organisasi-organisasi buruh migran kurang aktif memberikan materi berita. Atau, mungkinkah karena sosok ideal BMI yang tegar dan kreatif memang langka?
Penampilan buruh migran yang menjunjung martabat dan harkat kemanusiaannya serta liku-liku yang ditempuhnya dalam usaha ini perlu diangkat untuk menciptakan citra buruh migran utuh. Selain itu, juga kesanggupan mengungkap kekurangan sumber daya buruh migran untuk perbaikan. Dengan citra buruh migran Indonesia seperti itu, kegiatan sastra- seni buruh migran di Hong Kong barangkali tampak sebagai cerita ajaib dan langka.
Melalui sastra dan seni, BMI di Hong Kong menunjukkan citra selain hanya pekerja yang berkutat membereskan pekerjaan rumah tangga. Apalagi kondisi Hong Kong sangat menunjang untuk mengembangkan potensi diri. Majikan yang relatif baik serta berbagai komunitas buruh migran di Hongkong yang menawarkan program pendidikan membantu BMI untuk memanfaatkan waktu luang untuk mengekspresikan dan mengembangkan potensi diri. Di sini buruh migran lebih “dimanusiakan”. Pemerintah Hong Kong tidak terlalu diskriminatif terhadap buruh migran.
Kegiatan sastra dan seni BMI tersalurkan dan terwadahi media berbahasa Indonesia di Hong Kong, antara lain koran Suara, Berita Indonesia, Tabloid Apakabar, Roos Mawar, dan majalah Ekspresi. Berbagai komunitas buruh migran seperti Indonesian Migrant Workers Union (IMWU), Forum Lingkar Pena Hong Kong (FLP-HK), dan Asosiasi Tenaga Kerja Indonesia (ATKI) juga bergiat menerbitkan buletin yang menampung luapan energi seni buruh migran. Karya buruh migran juga sering dimuat surat kabar dan majalah di tanah air.
Kemunculan beberapa BMI penulis di Hong Kong dengan karya-karyanya harus diakui antara lain karena pemerintah memasang aturan jelas yang melindungi hak dan kewajiban BMI. Terutama karena adanya hak libur empat hari dalam sebulan dan jam kerja yang jelas. Waktu yang cuku plapang tersebut memberikan kesempatan BMI untuk belajar berbagai hal, antara lain berorganisasi, menekuni pendidikan, dan berseni sastra.
Intensitas kepenulisan BMI di Hong Kong lumayan membanggakan. Dari tangan mereka telah lahir 16 buku. Antara lain Tertawa Ala Victoria Park, Indonesia Merdeka, dan Negeri Elok Nan Keras di Mana Kami Berjuang (Denok K Rokhmatika); Catatan Harian Seorang Pramuwisma (Rini Widyawati); Penari Naga Kecil (Tarini Sorita); Perempuan di Negeri Beton (Wina Karni); Badai Signal 8 (Swastika dan Shifa Auli); Anda Luar Biasa (Eny Kusuma); serta novel Ranting Sakura (Maria Boniok).
Selain itu, terbit kumpulan cerpen Hong Kong Namaku Peri Cinta (FLP/Publishing House Jakarta) yang merangkum karya anggota Forum Lingkar Pena Wina Karni, Shifa Aulia, S Aisyah Z, Andina Respati,Via Rosa, Rof, dan Ikrima Ghany. Antologi puisi Nubuat Labirin Luka terbitan Sayap Baru dan Aceh Working Grup memuat karya Aliyah Purwanti, Anan, Anik Sulistia, Widi Cahyani, dan Mega Vristian.
Sedang kumpulan cerpen Nyanyian Imigran (Dragon Family Publisher) merangkai karya Aliyah Purwanti, Ikrima Ghany, Lik Lismawati, Nining Indarti, Etik Juwita, Mega Vristian, Tarini Sorita, Anik Sulistia, Tanti, Imes Hisa, Swastika, Kris DS, dan Enny. Kemudian buku Galz Please Don’t Cry (PT Lingkar Pena Kreativa) memuat karya Wina Karni, Swastika M, dan Fia Rosa. Buku Selasar Kenangan (Akoer, Jakarta) memuat karya Mega Vristian dan Lik Kismawati. Juga buku Dian Sastro for President (On/Off Trilogy) dan antologi puisi–cerpen–esai Sastra Pembebasan karya Mega Vristian.Kabar gembira lagi pada bulan Agustus, tahun ini akan meluncur 16 buku kumcer karya BMI,yang diterbitkan Grasindo.
Kehidupan dan persoalan buruh migran mereka angkat melalui karya tulis, teater, dan pembacaan puisi sehingga sampai pada masyarakat luas. Dalam konteks ini, kiprah BMI Hong Kong merupakan kasus unik. Diharapkan aktivitas positif tersebut mengilhami dan merangsang buruh migran Indonesia di negera-negera lain untuk lebih manfaatkan waktu libur atau istirahat. Daripada bengong dan nelangsa sendiri dihajar rindu pada keluarga di kampung, tentu lebih baik memanfaatkan waktu barang sejenak untuk mengekspresikan dan aktualisasi diri.
Sastra dan seni bisa menjadi oase bagi jiwa raga untuk beristirahat barang sejenak dari rutinitas kerja. Kegundahan, kerinduan, kekecewaan, bahkan tuntutan atas perlakuan sewenang-wenang dapat disalurkan dan diteriakkan melalui cerpen atau puisi. Puisi bisa menjadi medium untuk membangkitkan semangat. Juga untuk melawan kekuasaan yang menindas.
Tentu kita masih ingat sebuah kalimat yang menggelorakan semangat mahasiswa, pelajar, pemuda, buruh, bahkan ibu-ibu di seluruh tanah air untuk menumbang rezim Orde Baru pada bulan Mei 1998. “Hanya satu kata: Lawan!” Kalimat lugas dan tandas itu merangkum dan mengkristalkan kekecewaan, kesumpekan, ketakutan, “horor” dahsyat selama 32 tahun di bawah kekuasaan Soeharto untuk bersatu padu melawan. Hasilnya, Soeharto lengser dari tampuk kekuasaan. Mungkin para pemuda yang meneriakkan, menuliskan kalimat itu di tembok- tembok di seluruh negeri tak tahu atau tak ambil pusing siapa yang melahirkan “mantera” lugas tandas tersebut.
Kalimat itu warisan Wiji Thukul, penyair yang dengan sangat berani berhadapan dengan kekuasaan Orde Baru yang sedang kalap kala itu. Wiji Thukul seorang penyair sederhana yang kurus lusuh, namun mempunyai kecintaan yang besar pada rakyat kecil. Dia berjuang bersama mahasiswa, aktifvis, dan buruh untuk merebut kemerdekaan di tanah air sendiri. Melalui gerakan dan puisi dia melawan lantang kekuasaan. Puisi-puisinya mengilhami dan membangkitkan semangat perlawanan pemuda, mahasiswa, dan buruh untuk menumbangkan kekuasaan yang sewenang-wenang dan mengembalikan pada bangsa dan rakyatnya.
Kegiatan menulis dan berkesenian BMI di Hongkong, bekerja sama dengan buruh migran dari negara-negara lain dan organisasi buruh setempat, merupakan perjuangan untuk menjunjung harkat dan martabat kemanusiaannya. Bukan sekadar untuk mengungkapkan uneg-uneg atau hanya bergumam. Sebab, harkat-martabat kemanusiaan wajib dibela dan dijunjung dalam pekerjaan apa pun. Melalui sastra dan seni BMI bisa berjuang dan memberikan sumbangan bagi usaha memanusiakan manusiadan diri sendiri. Melalui aktivitas dan eksistensi sebagai manusia utuh itu buruh migran akan tampil dengan wajah lebih berseri.
Sumber:
http://old.nabble.com/-sastra-pembebasan pada 9 Agustus 2008.
http://komunitassastra.wordpress.com/2010/04/29/buruh-migran-indonesia-dan-sastra-menyimpan-banyak-pertanyaan/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Azis Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.S. Laksana
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Malik
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adi Prasetyo
Afnan Malay
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Suyudi
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amalia Sulfana
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminullah HA Noor
Andari Karina Anom
Andi Nur Aminah
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Anindita S. Thayf
Anitya Wahdini
Anton Bae
Anton Kurnia
Anung Wendyartaka
Anwar Nuris
Anwari WMK
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arief Budiman
Ariel Heryanto
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Arifi Saiman
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
Ary Wibowo
AS Sumbawi
Asarpin
Asbari N. Krisna
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asti Musman
Atep Kurnia
Atih Ardiansyah
Aulia A Muhammad
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
B. Nawangga Putra
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bakdi Sumanto
Balada
Bale Aksara
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bedah Buku
Beni Setia
Benni Indo
Benny Arnas
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Buku Kritik Sastra
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Butet Kartaredjasa
Cahyo Junaedy
Cak Kandar
Caroline Damanik
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Saifullah
Cornelius Helmy Herlambang
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Sunendar
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Dante Alighieri
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Pramono
Delvi Yandra
Deni Andriana
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewey Setiawan
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hartati
Diana A.V. Sasa
Dianing Widya Yudhistira
Dina Jerphanion
Djadjat Sudradjat
Djasepudin
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Dwijo Maksum
E. M. Cioran
E. Syahputra
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Triono
Elisa Dwi Wardani
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endro Yuwanto
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Esai
Evi Idawati
F Dewi Ria Utari
F. Dewi Ria Utari
Fadlillah Malin Sutan Kayo
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Faruk HT
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fazabinal Alim
Fazar Muhardi
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Frans Ekodhanto
Fransiskus X. Taolin
Franz Kafka
Fuad Nawawi
Gabriel GarcÃa Márquez
Gde Artawa
Geger Riyanto
Gendhotwukir
Gerakan Surah Buku (GSB)
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gunoto Saparie
Gusty Fahik
H. Rosihan Anwar
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Haris del Hakim
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hasyuda Abadi
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Herdiyan
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman Hasyim
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru Emka
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Humam S Chudori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Tito Sianipar
Ian Ahong Guruh
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IDG Windhu Sancaya
Iffah Nur Arifah
Ignas Kleden
Ignasius S. Roy Tei Seran
Ignatius Haryanto
Ignatius Liliek
Ika Karlina Idris
Ilham Khoiri
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah S. Pratidina
Indiar Manggara
Indra Tranggono
Indrian Koto
Insaf Albert Tarigan
Ipik Tanoyo
Irine Rakhmawati
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Norman
Istiqomatul Hayati
Iswara N Raditya
Iverdixon Tinungki
Iwan Gunadi
Iwan Nurdaya Djafar
Jadid Al Farisy
Jakob Sumardjo
Jamal D. Rahman
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jaya Suprana
Jean-Paul Sartre
JJ. Kusni
Joanito De Saojoao
Jodhi Yudono
John Js
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Ki Panji Kusmin
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Ko Hyeong Ryeol
Koh Young Hun
Komarudin
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Lenah Susianty
Leon Trotsky
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayani
Luhung Sapto Nugroho
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lusiana Indriasari
Lutfi Mardiansyah
M Syakir
M. Faizi
M. Fauzi Sukri
M. Mustafied
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
Made Wianta
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Majalah Budaya Jejak
Makmur Dimila
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Mariana Amiruddin
Martin Aleida
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Media Dunia Sastra
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
Melani Budianta
Mezra E Pellondou
MG. Sungatno
Micky Hidayat
Mikael Johani
Mikhael Dua
Misbahus Surur
Moch Arif Makruf
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohamed Nasser Mohamed
Mohammad Takdir Ilahi
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyidin
Mujtahid
Munawir Aziz
Musa Asy’arie
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N. Mursidi
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naqib Najah
Narudin Pituin
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Neni Ridarineni
Nezar Patria
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Rastiti
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noval Jubbek
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Utami Sari’at Kurniati
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Obrolan
Odhy`s
Okta Adetya
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Otto Sukatno CR
Pablo Neruda
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Pertemuan Mahasiswa
Puji Santosa
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Rahmah Maulidia
Rahmi Hattani
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rambuana
Ramzah Dambul
Raudal Tanjung Banua
Redhitya Wempi Ansori
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Ria Febrina
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Richard Strauss
Rida K Liamsi
Riduan Situmorang
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Rina Mahfuzah Nst
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roland Barthes
Romi Zarman
Romo Jansen Boediantono
Rosidi
Ruslani
S Prana Dharmasta
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Müller
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Saiful Amin Ghofur
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Madany Syani
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sem Purba
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siti Mugi Rahayu
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Sohifur Ridho’i
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Sri Rominah
Sri Wintala Achmad
St. Sularto
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Sudarmoko
Sudaryono
Sudirman
Sugeng Satya Dharma
Suhadi
Sujiwo Tedjo
Sukar
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susilowati
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Buyil
Syaifuddin Gani
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Usman Awang
UU Hamidy
Vinc. Kristianto Batuadji
Vladimir I. Braginsky
W.S. Rendra
Wahib Muthalib
Wahyu Utomo
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weni Suryandari
Wiko Antoni
Wina Karnie
Winarta Adisubrata
Wiwik Widayaningtias
Yanto le Honzo
Yanuar Widodo
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yudhis M. Burhanudin
Yukio Mishima
Yulhasni
Yuli
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusmar Yusuf
Yusri Fajar
Yuswinardi
Yuval Noah Harari
Zaki Zubaidi
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zen Rachmat Sugito
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar