Senin, 02 Mei 2011

Jerit Diksi Sajak-Sajak Agit

Alex R. Nainggolan
http://www.lampungpost.com/

SAJAK adalah sebuah medan tafsir, tempat segala kekayaan pengetahuan terangkum. Bukan karena imaji atau diksi yang terekam dalam setiap kata-katanya, melainkan ia seperti membuka rangkaian mitos kita tentang hal-hal atau cerahnya kata yang kita miliki. Sebuah sajak merupakan rekam jejak dari kata itu sendiri. Ketika menuliskannya, si penyair memang bekerja pada sebuah peristiwa—yang bagi saya “ajaib”. Ia, dengan kekayaan kosakata dan gayanya, meminjam ungkapan Joko Pinurbo menghadiahkan “ruang”-nya sendiri. Tentunya dengan kekayaan bacaan yang dimiliki si penyair itu sendiri.

Maka kita pun berhadapan dengan sajak-sajak yang “menjerit” seperti ingin mengabarkan pada dunia luas. Ia, seperti Hasif Amini bilang, mengembara dengan kepakan sayapnya sendiri, meninggalkan bilik si penyair. Demikianlah, setiap membaca sajak, saya merasa dihadapkan dengan sejumlah frasa yang justru membuka lingkup pengetahuan baru. Ia menyeberang dari segala jejak yang pernah ditinggalkan, mengambil semua bayangan yang pernah ada pada masa lalu.

Sebuah sajak, memerikan setiap perinci peristiwa. Ia sanggup untuk mengkhidmatinya, menyuling dengan bahasa yang jernih. Maka kata-kata dalam sajak adalah sebuah alat untuk berbicara juga, yang tentunya menghidupkan setiap penggalan kisah yang hidup bersamanya. Rangkuman semua kisah keseharian, pengamatan yang tak jenuh melahirkan metafor yang kukuh.

Tidak heran pula jika seorang Agit menulis sajaknya begini: di sinilah sajakku bermula; dari luruhan cahaya, air yang menguap dan deraian daun-daun yang sesekali jatuh di rambutku. cahaya, air dan daun-daun itu, menjelma kata. kata yang membuat aku dan engkau berbahasa. bahasa yang membuatmu tahu, kalau aku merindukanmu, mencintaimu. (Sajak Menulis Sajak, hlm. 41).

Dan memang sajak-sajak liris akan terus menggema dalam khazanah kita. Teknik bercerita yang membuat seorang Radhar Panca Dahana merasa sulit untuk menentukan batas antara prosa dan puisi. Di daftar ini kita memunyai barisan penyair semacam Taufiq Ismail, Sapardi Djoko Damono, Acep Zamzam Noor, atau Joko Pinurbo.

Tapi bagi saya, sajak-sajak Agit adalah lirisme romantis yang menjerit. Simak saja dalam sajak Di Meja Makan:

puan,

di matamu yang cerlang

seperti ujung pisau

tamatkanlah

seluruh hasrat

di dadaku

dengan menusukkannya

ke lubuk jantungku

agar kau tahu,

di kedalamannya

ada dirimu. (hlm. 31)

Kumpulan puisi setebal 48 halaman yang diterbitkan Dewan Kesenian Lampung ini, menegaskan jika memang provinsi lada ini kerap melahirkan penyair-penyair yang “kuat”. Gaung citraan sajak yang terpapar menegaskan jika Tanjungkarang dan Telukbetung tak pernah habis dalam sajak. Betapa kota itu meninggalkan kenangan tersendiri di hati setiap orang. Jalanan, gedung-gedung, keramaian, pasar, kerlip lelampuan, sudut yang lengang, orang-orang, atau senyum perempuan—semacam meninggalkan sketsa tersendiri. Yang mampu melarutkan sejumlah diksi akannya.

Dan Agit pun kembali menulis: Tanjungkarang, aku telah tertidur di pinggir sumurmu selma delapan tahun. delapan gempa. tanpa gemuruh. aku tidur di antara denyut yang telah meruntuhkan gedung-gedung. puingnya semakin meremah. angin melintas di ujung hidung. dan sumur itu, kini bernyanyi. suara pertama. aku bangkit. berjalan. (hlm. 17)

Membaca sajak-sajak Agit, saya seperti dihadirkan dalam beberapa sketsa yang tak pernah luruh. Ia melulu menjerit dalam diksinya, meskipun diselingi dengan romantisme yang juga tak pernah lengkang dalam sejumlah sajaknya. Ia menelusup masuk, membuka ruang-ruang baru yang tak pernah berhenti dalam frasanya.

Memang di dalam sajak-sajaknya ditemui pula beberapa helai kesedihan, raung kecemasan, atau serpih kesunyian yang—tampaknya tak pernah mati dalam sebagian besar sajak penyair kita. Tapi dalam sajak-sajak Agit, ia telah “menemukan” bahasanya sendiri. Pun ia kembali mengingatkan pada makna kehidupan itu sendiri. Di sajak-sajaknya, ramuan kata seperti berdenyar, hingga tergoda untuk terus mengulang membacanya; ihwal hal-hal lain yang terkandung sampai ke frasa terakhir.

Ia pun terus menjerit dalam sejumlah diksi sajaknya, sebuah kegelisahan yang terus berputar. Kegelisahan untuk terus mencari, itu pulalah yang dipertanyakan olehnya dalam sajak Tersesat:

mengapa tubuhku yang kau beri kegelisahan.

kegelisahan yang berpusar dengan ritem yang tak sederhana.

dirimu, adalah sesuatu yang muskil untuk kudekap

namun tubuhku, adalah tempat yang mudah untuk melesap. (hlm. 40)

Rangkaian peristiwa semacam memberi pemantik bagi Agit untuk menghidupkan kata-kata dalam sajaknya. Ia senantiasa mendedahkan kecemasan demi kecemasan, tidak sekadar bergerak di alam khayalan belaka. Ia merebut bangkai peristiwa yang melintas, lalu lebur bersama sajak-sajaknya.

Agaknya, tugas penyair sebagai penyampai bahasa mesti berkutat di lingkaran tersebut. Dengan demikian, sajak-sajaknya akan senantiasa hidup, tidak akan retak, dan mengabadi. Untuk hal tersebut, Agit saya kira telah memulainya.

Alex R. Nainggolan, penyair

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati