Rabu, 27 April 2011

Ruang Publik Kebudayaan

Junaidi Abdul Munif
Seputar Indonesia, 27 Dec 2009

KERJA kebudayaan menjadi termenarik untuk melakukan penyadaran terhadap masyarakat akan situasi yang tak beres. Kerja kebudayaan menjadi feedback untuk merespons masalah sosial, politik, ekonomi, agama, dan problem-problem yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak.

Kebudayaan bisa menjadi celah menemukan kesepakatan kolektif untuk membersihkan ”noda-noda” sosial, politik,ekonomi,juga agama. Kebudayaan yang menjadi milik publik bisa beralih bentuk menjadi alat untuk menyampaikan kritik. Ini misalnya dilakukan oleh Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat) yang menjadi ”corong” PKI untuk melakukan kritik terhadap kekuasaan pada 1960-an. Perdebatannya yang sengit dengan kelompok Manifest Kebudayaan tentang politisasi seni atau seni untuk seni menjadi perdebatan yang ”legendaris”dan menentukan arah kebudayaan Indonesia di tahun-tahun setelahnya. Soeharto menang dalam tragedi G 30 S dan membersihkan ormasormas yang dituduh underbowPKI, termasuk Lekra.

Saat itulah seni benar-benar untuk seni yang ”terbebas” dari tanggung jawab politik. Seni dan produk kebudayaan dikebiri menjadi sebatas hiburan pengisi waktu senggang yang tak boleh nyerempetke urusan politik. Di masa Orde Baru,kerja-kerja kebudayaan diberangus atas nama stabilitas negara. Ormas-ormas yang berseberangan dengan kepentingan penguasa akan dihilangkan. Pada akhirnya mereka menjadi gerakan subversif yang tak juga muncul ke permukaan.Meski politik represif penguasa justru memicu kreativitas pelaku kebudayaan untuk membuat karya seni satire yang tak secara gamblang menohok pemerintah.

WS Rendra (almarhum) dengan Bengkel Teater maupun sajak-sajak pamfletnya adalah contoh generasi zaman yang lahir dari politik represif tersebut.Konsistensi untuk melawan dan berseberangan dengan kekuasaan terus ia pegang teguh sampai meninggal pada 7 Agustus 2009.Termasuk kerja kebudayaan yang digarapnya bersama Setiawan Djody,Iwan Fals,Sawung Jabo dalam grup musik Kantata Takwa pada awal 1990-an. Kini keran reformasi telah dibuka, ruang-ruang kebudayaan mulai tumbuh seiring menjamurnya LSM yang concern pada kemanusiaan. Periode Lekra yang menggunakan kebudayaan sebagai semangat perlawanan (alat politik) terulang kembali. Budaya virtual (internet) turut andil meneguhkan esensi ruang publik kebudayaan yang melintas batas geografis dan identitas.

Melawan Korupsi

Kekuasaan otoriter Orde Baru yang berjalan selama 32 tahun melahirkan ”budaya” korupsi.Korupsi menjadi hantu yang menggurita dari yang bersifat individu sampai kolektif, dari korupsi kelas teri sampai kelas kakap. Korupsi dianggap sebagai tindakan kriminal yang patut dikutuk dan merugikan negara.

Saat KPK sebagai lembaga resmi yang berusaha membersihkan negeri ini dari korupsi mulai dipreteli satu persatu pemimpinnya, kerja kebudayaan menjadi jalan untuk melakukan dukungan terhadap KPK. Aksi solidaritas menolak penahanan petinggi KPK digalang di berbagai daerah.Mereka menemukan musuh bersama (common enemy) yang menghidupkan elan kolektivitas untuk ”menjewer”birokrasi yang korup. Beberapa waktu lalu penahanan Bibit-Chandra oleh Polri menjadi isu menarik yang menukik di kesadaran para pekerja kebudayaan.

Bola panas ranah politik ini menjadi isu yang terus menggelinding. Sejak ditangkapnya Antasari Azhar,KPK seperti terus digembosi untuk melemahkan legitimasinya. Aksi masif para facebooker menuntut pembebasan Bibit-Chandra beberapa waktu lalu membuktikan kerja kebudayaan masih efektif untuk melakukan bargaining terhadap pemerintahan. Terbukti, Presiden SBY akhirnya memerintahkan Polri untuk melepaskan Bibit-Chandra, terlepas dari rekomendasi Tim Delapan yang (kebetulan) sejalan dengan tuntutan massa.

Pilar Demokrasi

Dalam model demokrasi trias politica ala Montesquieu yang dianut Indonesia, eksekutif bukan pemegang kebijakan tunggal dengan kekuasaan mutlak. Legislatif dan yudikatif adalah mitra eksekutif yang bertugas sebagai pengimbang dan pengingat satu sama lain.Kemenangan eksekutif dalam satu putaran pada pilpres lalu jangan sampai membuat eksekutif jumawa dengan menjadikan legislatif sebagai pendukung segala ”kebijakannya”.

Pertanyaan bisa dilontarkan untuk sedikit menggoda. Efektifkah kerja-kerja kebudayaan ini untuk melawan korupsi yang telanjur menggurita di negeri ini? Mengingat kerja kebudayaan dilakukan oleh LSM-LSM, komunitas seni, yang kurang memiliki power di kekuasaan.Sementara para pemegang kebijakan seperti tertutup telinganya untuk mendengar kritik. Dalam kajian ruang publik politis (public politic sphere) yang digagas oleh Juergen Habermas, kerja kebudayaan bisa juga (bahkan sangat) diperlukan sebagai ruang publik yang bebas dari intervensi kekuasaan.

Ruang publik, bersama pers dan LSM bisa menjadi pilar demokrasi keempat yang akan melakukan checks and balancesterhadap pemerintahan. Dalam kerja kebudayaan, publik berkumpul untuk menyamakan visi,lantas beraksi untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang berguna bagi kemaslahatan. Kerja-kerja kebudayaan harus terus digalakkan untuk menciptakan ruangruang publik politis demi sebuah tujuan mulia: menjaga demokrasi. Karena itu ruang-ruang publik kebudayaan harus terus eksis di tengah konspirasi kekuasaan yang cenderung mencengkeramkan otoritarianisme gaya baru.

Aristoteles pernah merasa skeptis dengan demokrasi karena menganggap sistem ini hanyalah penganut paham ”asal banyak”. Pendukung atau pendapat asal banyak ini bisa saja tak esensial dan merugikan masyarakat.Akhirnya, dia ”pasrah”dengan menganggap demokrasi adalah sistem pemerintahan yang buruk,namun paling mungkin dilakukan.Kita boleh saja berharap, dari rahim kebudayaan akan muncul pemimpin bangsa yang berperilaku layaknya nabi dan menerima ”wahyu ilahi”. Yang memerintah dan membuat kebijakan atas dan demi nama kemaslahatan rakyat.

Ketika lembaga negara, aparat pemerintah justru bersekongkol dengan musuh-musuh demokrasi, musuh hukum,pemelintir undangundang, dan pemutarbalikan keadilan, saat itulah kebudayaan akan menjaga umat manusia dari gebalau dunia yang profan.Dengan kebudayaan, akan terselip kearifan-kearifan transendental yang membuat manusia tidak menjadi homo homini lupus bagi manusia lainnya.(*)

* Junaidi Abdul Munif, Peneliti el-Wahid Centre, Ruang Publik Kebudayaan Semarang
Sumber: http://cabiklunik.blogspot.com/2009/12/ruang-publik-kebudayaan.html

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati