Rabu, 27 April 2011

Bukan Lembar yang Hilang*

S.W. Teofani
http://www.lampungpost.com/

TAK pernah terpikir aku akan menggoreskan pena untuk frasa ini. Tapi memang yang digariskan hadir pasti kan tiba. Jika kau cari di kumpulan surat-suratku kepada yang kucintai Ny. Abendanon, tulisan ini takkan kau temukan. Tapi ini bukan lembar yang hilang.

Seperti kumpulan naskah itu, lampir ini pun tak ada pada kiraku. Saat melepas segala beban kepada yang terkasih Ny. Abendanon, aku tak pernah menghitung kelak jejak penaku menjadi nyala zaman. Bagiku, menuangnya sepenuh cinta telah membebaskan jiwa dari segala belenggu duka. Sungguh tak kuraba jika bulir duka yang menjadi tinta suatu masa menjelma minyak lentera yang tak ada habisnya.

Aku tak pernah punya ingin namaku mengharum melebihi saat kuada. Semua berjalan di luar kuasa kalam pun kiraku. Andai penaku anak panah, tak pernah kutarik gendewa begitu rupa. Aku tak lebih melesakkannya pada sebuah cita, segumpal ingin, yang kuwasilahkan pada lembar-lembar yang kukirimkan kepada sang kekasih Ny. Abendanon. Dialah sahabat, ibu, kekasih jiwa yang memahami hasratku.

Atau tanpa kusadari dia racun hidupku, yang membuat tak nyaman dengan gelar raden ayu pun segala tradisi yang di matanya adalah belenggu. Perlahan penuh kepastian, umpama tetes air yang melubangkan batu, aku setumbuk dengannya. Dia hembuskan pengetahuan Eropa, aku menerima begitu rupa. Aku turut mendepa ada yang salah pada tradisi bangsaku, ada yang tak adil pada kaumku. Meskipun untuk segala cara pandang itu aku melukai hati ibundaku, mengoyak kepatuhan kaumku, menggundahkan saudara-saudaraku. Apa yang kuanggap benar, tak seiya dengan tradisi. Lalu mereka menggelariku pembangkang. Raden ayu yang berperilaku tak lugu. Menerjang pagar-pagar yang terpancang sepanjang ruang.

Aku tak pernah meraba, jika suatu masa lembar-lembar yang kukirimkan padanya menjadi cahaya yang lebih cerlang dari pelita. Ada yang bernaung pada pendarnya, juga mendapati kerlip nyala yang diterima dari kejauhan masa. Ada pula yang selalu mengenangnya dengan lambang-lambang suka yang dicipta dari zamannya.

Aku mendamba suatu zaman di mana perempuan tak terhalang menyecap pengetahuan. Kini zaman telah melerai belenggu-belenggu waktu. Tak kudapati lagi kumpulan perempuan yang diam di kamar menunggu pinangan. Bilik-bilik perawan dihuni saat mentari menepi. Kala benderang, wanita-wanita zaman menatah pengetahuan juga memamah remah kehidupan. Bertebaran bersama kaum Adam meraih rezeki pun kepandaian. Terang telah terbit, gelap telah menyisip, meskipun hadir kegelapan-kegelepan lain yang menjadi tugas cahaya kehidupan. Maka perempuan-perempuan akan menjadi lentera pada setiap zamannya. Kita hanya punya kisah dan waktu yang berbeda, pun keberuntungan yang tak sama. Adakah di masaku aku paling bercahaya? Tidak. Telah bertebaran bunga-bunga bangsa yang bermekaran pada ranah dan ruang yang tetap menjadi rahasia.

Setelah tiba masa pingitan, aku disibukan oleh hantu-hantu kecemasan yang berkeliaran. Zamanku menelikung langkah hingga kakiku lumpuh di bilik mimpi. Aku hanya punya angan suatu hari akan lempang kaki lembut perempuan ke ranah yang mampu dia jamah. Lalu aku goreskan pena hati dengan tinta yang dicelup pada setiap lelehan saksi sunyi. Di kertas kanvas kehidupan aku goreskan setiap yang menyesak di angan-angan. Kukirimkan keluhku ke negeri yang jauh. Kucecap semangat dari jiwa yang membarakan impian. Aku tak tahu berapa harga prangko yang kububuhkan, hingga lembar-lembar itu menembus dari zaman ke zaman. Mewangikan segugus ide yang tak semua terwujudkan. Adalah di ujung waktuku sebagian mimpiku maujud, meskipun masih menyisa harap tak terungkap. Andaikan ini menjadi sigi yang menerangi, aku tak sendiri.

Di ranah lain di ruang bangsaku, bermunculan perempuan-perempuan sezaman yang sebangun denganku. Yang juga merindu cahaya mentari pemekar biji-biji pengetahuan. Satu demi satu bermunculan, menumbuhkan kecambah-kecambah yang lebih mencerdaskan. Pada waktunya di musim hujan tetumbuhan itu bermunculan, bersemi menyemai diri. Hingga tumbraslah anak pemikiran tentang kesetaraan pada lahan perubahan. Lalu anak-anak zaman mengenangkanku, mengagungkan surat-suratku, hingga yang lain tersembunyi di balik batu-batu peradaban.

Jika di masaku aku banyak mengenal teman wanita sebangsa, mungkin tak hanya kepada Ny. Abendanon kukirim semua warta. Tersebutlah si cerdas Rohana, yang terlahir semasa denganku. Dia pun merindu kaumnya tak bersembunyi di bilik rumah gadang. Andai ruang menambatkankan kami, adalah dua sejoli yang saling menghargai dengan perpaduan energi. Tapi tak ada yang disesalkan dari pertautan ketentuan. Semua berjalan dengan tuntunan Tangan Yang Sama. Dia yang menghidupkan kami untuk menorehkan langkah-langkah kecil demi cita-cita tak terduga.

Adalah Rohana, yang bersuamikan Kudus, melangkah lebih lempang, menatah lebih dalam. Dengan waktu yang lebih panjang dari yang kumiliki, diterobosnya segala yang sebelumnya mimpi. Aku lebih banyak mencecap pengetahuan Belanda, meskipun tetap kujunjung adiluhung budaya bangsaku, sedang Rohana melahap yang datang dari negeri yang jauh pun bangsanya sendiri. Tidaklah patut membanding keberuntungan, tapi tak mengapa memuji kelebihan kawan. Saat aku disibukan dengan pikiran-pikiranku yang tertuang di lembar-lembar saksi sejarah itu, dia telah mendidik kaumnya dengan taksa. Jika aku asyik membaca lembar-lembar kabar dari Eropa, dia mencipta laman berita itu bagi kaumnya. Di tangannya pula Soenting Melayu menjadi warta pertama kaum hawa di Nusantara.

Belum tunai langkah cergas Rohana menitah kaumnya. Dia dirikan Sekolah Amai Setia untuk mematangkan pribadi kaumnya. Adakah langkah itu tak melebihi tajamnya surat-suratku? Jika buah pena menjadi getah damar yang menyalakan dian, langkah-langkahnya menjadi matahari yang menerangi semesta sepenuh tulus. Rohana, adakah kau lebih beruntung terlahir sebagai perempuan Sumatera, yang tak harus terbelenggu kasta. Ah…tak ada sesal kita Perca atau Dwipa, pun wanita di belehan Indonesia lainnya, ikhtiar dan ketentuan Yang Agung telah manjadikan kita ada dengan kurang dan lebihnya.

Jika aku boleh cemburu, karena kau tunai mendapat pengajaran dari guru-guru agamamu. Untuk mendapat pengajaran tentang agama, aku berperantara bangsa Belanda, dengan orang Belanda pula, yang bangsa tak disuka bangsa kita. Kepada Senouck Hugronye aku tanyakan tentang agama. Di tanahku, begitu sulit aku bertemu ahli-ahli agama yang siap menjawab gelisah manahku hingga tak tertangkup semua gelisah membara itu. Maka Rohana, begitu lengkap kau cecap berbagai cabang pengetahuan. Andai cita kita tersambung di masa itu, mungkin telah kita bagi segala ruah pun gelisah. Akan kukirimkan meja tulis ukiran Jepara untuk saksi-saksi kerjamu, pun gamelan Jawa yang aku suka.

Belum tunai kusebut satu-satu pendar lakumu. Tak cukup kau bimbing kaum Hawa memegang pena, mengukirkan tinta, kau ajarkan pada mereka beradu cerdas menukar barang pada Belanda. Kau tak hanya piawai menisik kain menejelujur benang, jalur dagang pun kau lempangkan. Ilmu siasah pun kau praktekkan. Duhai Putri Minang, adakah keraguan bangsa ini mengharumkan seluruh jejakmu, hingga aku lebih bersinar darimu?

Tak cukup bagimu Soenting Melayu pun Amai Setia, setelah prahara menerpa, kau lebih kukuh mengunggah langkah. Kau bangun Rohana School yang menandaskan baktimu pada kaum pun bangsamu. Di sana kau didik anak-anak zaman dengan takrir purna. Maka silaulah Belanda pada seluruh yang kau sangga. Sia-sia bangsa Eropa itu tak mengizinkanmu mengenyam pendidikan di sekolahnya, ternyata pengetahuanmu melampaui tempaan mereka. Maka menjadilah kau wanita utama, pendidik anak-anak bangsa kala gelap masih gulita karena Kartini tak seorang saja.

* Terinspirasi dari surat-surat Kartini dan kisah perjuangan Rohana Kudus.
** Untuk Mamak, perempuan tangguh yang paling mencintaiku.

Kastil Nurul Yaqin, April 2011

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati