S.W. Teofani
http://www.lampungpost.com/
TAK pernah terpikir aku akan menggoreskan pena untuk frasa ini. Tapi memang yang digariskan hadir pasti kan tiba. Jika kau cari di kumpulan surat-suratku kepada yang kucintai Ny. Abendanon, tulisan ini takkan kau temukan. Tapi ini bukan lembar yang hilang.
Seperti kumpulan naskah itu, lampir ini pun tak ada pada kiraku. Saat melepas segala beban kepada yang terkasih Ny. Abendanon, aku tak pernah menghitung kelak jejak penaku menjadi nyala zaman. Bagiku, menuangnya sepenuh cinta telah membebaskan jiwa dari segala belenggu duka. Sungguh tak kuraba jika bulir duka yang menjadi tinta suatu masa menjelma minyak lentera yang tak ada habisnya.
Aku tak pernah punya ingin namaku mengharum melebihi saat kuada. Semua berjalan di luar kuasa kalam pun kiraku. Andai penaku anak panah, tak pernah kutarik gendewa begitu rupa. Aku tak lebih melesakkannya pada sebuah cita, segumpal ingin, yang kuwasilahkan pada lembar-lembar yang kukirimkan kepada sang kekasih Ny. Abendanon. Dialah sahabat, ibu, kekasih jiwa yang memahami hasratku.
Atau tanpa kusadari dia racun hidupku, yang membuat tak nyaman dengan gelar raden ayu pun segala tradisi yang di matanya adalah belenggu. Perlahan penuh kepastian, umpama tetes air yang melubangkan batu, aku setumbuk dengannya. Dia hembuskan pengetahuan Eropa, aku menerima begitu rupa. Aku turut mendepa ada yang salah pada tradisi bangsaku, ada yang tak adil pada kaumku. Meskipun untuk segala cara pandang itu aku melukai hati ibundaku, mengoyak kepatuhan kaumku, menggundahkan saudara-saudaraku. Apa yang kuanggap benar, tak seiya dengan tradisi. Lalu mereka menggelariku pembangkang. Raden ayu yang berperilaku tak lugu. Menerjang pagar-pagar yang terpancang sepanjang ruang.
Aku tak pernah meraba, jika suatu masa lembar-lembar yang kukirimkan padanya menjadi cahaya yang lebih cerlang dari pelita. Ada yang bernaung pada pendarnya, juga mendapati kerlip nyala yang diterima dari kejauhan masa. Ada pula yang selalu mengenangnya dengan lambang-lambang suka yang dicipta dari zamannya.
Aku mendamba suatu zaman di mana perempuan tak terhalang menyecap pengetahuan. Kini zaman telah melerai belenggu-belenggu waktu. Tak kudapati lagi kumpulan perempuan yang diam di kamar menunggu pinangan. Bilik-bilik perawan dihuni saat mentari menepi. Kala benderang, wanita-wanita zaman menatah pengetahuan juga memamah remah kehidupan. Bertebaran bersama kaum Adam meraih rezeki pun kepandaian. Terang telah terbit, gelap telah menyisip, meskipun hadir kegelapan-kegelepan lain yang menjadi tugas cahaya kehidupan. Maka perempuan-perempuan akan menjadi lentera pada setiap zamannya. Kita hanya punya kisah dan waktu yang berbeda, pun keberuntungan yang tak sama. Adakah di masaku aku paling bercahaya? Tidak. Telah bertebaran bunga-bunga bangsa yang bermekaran pada ranah dan ruang yang tetap menjadi rahasia.
Setelah tiba masa pingitan, aku disibukan oleh hantu-hantu kecemasan yang berkeliaran. Zamanku menelikung langkah hingga kakiku lumpuh di bilik mimpi. Aku hanya punya angan suatu hari akan lempang kaki lembut perempuan ke ranah yang mampu dia jamah. Lalu aku goreskan pena hati dengan tinta yang dicelup pada setiap lelehan saksi sunyi. Di kertas kanvas kehidupan aku goreskan setiap yang menyesak di angan-angan. Kukirimkan keluhku ke negeri yang jauh. Kucecap semangat dari jiwa yang membarakan impian. Aku tak tahu berapa harga prangko yang kububuhkan, hingga lembar-lembar itu menembus dari zaman ke zaman. Mewangikan segugus ide yang tak semua terwujudkan. Adalah di ujung waktuku sebagian mimpiku maujud, meskipun masih menyisa harap tak terungkap. Andaikan ini menjadi sigi yang menerangi, aku tak sendiri.
Di ranah lain di ruang bangsaku, bermunculan perempuan-perempuan sezaman yang sebangun denganku. Yang juga merindu cahaya mentari pemekar biji-biji pengetahuan. Satu demi satu bermunculan, menumbuhkan kecambah-kecambah yang lebih mencerdaskan. Pada waktunya di musim hujan tetumbuhan itu bermunculan, bersemi menyemai diri. Hingga tumbraslah anak pemikiran tentang kesetaraan pada lahan perubahan. Lalu anak-anak zaman mengenangkanku, mengagungkan surat-suratku, hingga yang lain tersembunyi di balik batu-batu peradaban.
Jika di masaku aku banyak mengenal teman wanita sebangsa, mungkin tak hanya kepada Ny. Abendanon kukirim semua warta. Tersebutlah si cerdas Rohana, yang terlahir semasa denganku. Dia pun merindu kaumnya tak bersembunyi di bilik rumah gadang. Andai ruang menambatkankan kami, adalah dua sejoli yang saling menghargai dengan perpaduan energi. Tapi tak ada yang disesalkan dari pertautan ketentuan. Semua berjalan dengan tuntunan Tangan Yang Sama. Dia yang menghidupkan kami untuk menorehkan langkah-langkah kecil demi cita-cita tak terduga.
Adalah Rohana, yang bersuamikan Kudus, melangkah lebih lempang, menatah lebih dalam. Dengan waktu yang lebih panjang dari yang kumiliki, diterobosnya segala yang sebelumnya mimpi. Aku lebih banyak mencecap pengetahuan Belanda, meskipun tetap kujunjung adiluhung budaya bangsaku, sedang Rohana melahap yang datang dari negeri yang jauh pun bangsanya sendiri. Tidaklah patut membanding keberuntungan, tapi tak mengapa memuji kelebihan kawan. Saat aku disibukan dengan pikiran-pikiranku yang tertuang di lembar-lembar saksi sejarah itu, dia telah mendidik kaumnya dengan taksa. Jika aku asyik membaca lembar-lembar kabar dari Eropa, dia mencipta laman berita itu bagi kaumnya. Di tangannya pula Soenting Melayu menjadi warta pertama kaum hawa di Nusantara.
Belum tunai langkah cergas Rohana menitah kaumnya. Dia dirikan Sekolah Amai Setia untuk mematangkan pribadi kaumnya. Adakah langkah itu tak melebihi tajamnya surat-suratku? Jika buah pena menjadi getah damar yang menyalakan dian, langkah-langkahnya menjadi matahari yang menerangi semesta sepenuh tulus. Rohana, adakah kau lebih beruntung terlahir sebagai perempuan Sumatera, yang tak harus terbelenggu kasta. Ah…tak ada sesal kita Perca atau Dwipa, pun wanita di belehan Indonesia lainnya, ikhtiar dan ketentuan Yang Agung telah manjadikan kita ada dengan kurang dan lebihnya.
Jika aku boleh cemburu, karena kau tunai mendapat pengajaran dari guru-guru agamamu. Untuk mendapat pengajaran tentang agama, aku berperantara bangsa Belanda, dengan orang Belanda pula, yang bangsa tak disuka bangsa kita. Kepada Senouck Hugronye aku tanyakan tentang agama. Di tanahku, begitu sulit aku bertemu ahli-ahli agama yang siap menjawab gelisah manahku hingga tak tertangkup semua gelisah membara itu. Maka Rohana, begitu lengkap kau cecap berbagai cabang pengetahuan. Andai cita kita tersambung di masa itu, mungkin telah kita bagi segala ruah pun gelisah. Akan kukirimkan meja tulis ukiran Jepara untuk saksi-saksi kerjamu, pun gamelan Jawa yang aku suka.
Belum tunai kusebut satu-satu pendar lakumu. Tak cukup kau bimbing kaum Hawa memegang pena, mengukirkan tinta, kau ajarkan pada mereka beradu cerdas menukar barang pada Belanda. Kau tak hanya piawai menisik kain menejelujur benang, jalur dagang pun kau lempangkan. Ilmu siasah pun kau praktekkan. Duhai Putri Minang, adakah keraguan bangsa ini mengharumkan seluruh jejakmu, hingga aku lebih bersinar darimu?
Tak cukup bagimu Soenting Melayu pun Amai Setia, setelah prahara menerpa, kau lebih kukuh mengunggah langkah. Kau bangun Rohana School yang menandaskan baktimu pada kaum pun bangsamu. Di sana kau didik anak-anak zaman dengan takrir purna. Maka silaulah Belanda pada seluruh yang kau sangga. Sia-sia bangsa Eropa itu tak mengizinkanmu mengenyam pendidikan di sekolahnya, ternyata pengetahuanmu melampaui tempaan mereka. Maka menjadilah kau wanita utama, pendidik anak-anak bangsa kala gelap masih gulita karena Kartini tak seorang saja.
* Terinspirasi dari surat-surat Kartini dan kisah perjuangan Rohana Kudus.
** Untuk Mamak, perempuan tangguh yang paling mencintaiku.
Kastil Nurul Yaqin, April 2011
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Azis Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.S. Laksana
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Malik
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adi Prasetyo
Afnan Malay
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Suyudi
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amalia Sulfana
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminullah HA Noor
Andari Karina Anom
Andi Nur Aminah
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Anindita S. Thayf
Anitya Wahdini
Anton Bae
Anton Kurnia
Anung Wendyartaka
Anwar Nuris
Anwari WMK
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arief Budiman
Ariel Heryanto
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Arifi Saiman
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
Ary Wibowo
AS Sumbawi
Asarpin
Asbari N. Krisna
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asti Musman
Atep Kurnia
Atih Ardiansyah
Aulia A Muhammad
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
B. Nawangga Putra
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bakdi Sumanto
Balada
Bale Aksara
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bedah Buku
Beni Setia
Benni Indo
Benny Arnas
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Buku Kritik Sastra
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Butet Kartaredjasa
Cahyo Junaedy
Cak Kandar
Caroline Damanik
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Saifullah
Cornelius Helmy Herlambang
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Sunendar
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Dante Alighieri
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Pramono
Delvi Yandra
Deni Andriana
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewey Setiawan
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hartati
Diana A.V. Sasa
Dianing Widya Yudhistira
Dina Jerphanion
Djadjat Sudradjat
Djasepudin
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Dwijo Maksum
E. M. Cioran
E. Syahputra
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Triono
Elisa Dwi Wardani
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endro Yuwanto
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Esai
Evi Idawati
F Dewi Ria Utari
F. Dewi Ria Utari
Fadlillah Malin Sutan Kayo
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Faruk HT
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fazabinal Alim
Fazar Muhardi
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Frans Ekodhanto
Fransiskus X. Taolin
Franz Kafka
Fuad Nawawi
Gabriel García Márquez
Gde Artawa
Geger Riyanto
Gendhotwukir
Gerakan Surah Buku (GSB)
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gunoto Saparie
Gusty Fahik
H. Rosihan Anwar
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Haris del Hakim
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hasyuda Abadi
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Herdiyan
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman Hasyim
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru Emka
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Humam S Chudori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Tito Sianipar
Ian Ahong Guruh
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IDG Windhu Sancaya
Iffah Nur Arifah
Ignas Kleden
Ignasius S. Roy Tei Seran
Ignatius Haryanto
Ignatius Liliek
Ika Karlina Idris
Ilham Khoiri
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah S. Pratidina
Indiar Manggara
Indra Tranggono
Indrian Koto
Insaf Albert Tarigan
Ipik Tanoyo
Irine Rakhmawati
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Norman
Istiqomatul Hayati
Iswara N Raditya
Iverdixon Tinungki
Iwan Gunadi
Iwan Nurdaya Djafar
Jadid Al Farisy
Jakob Sumardjo
Jamal D. Rahman
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jaya Suprana
Jean-Paul Sartre
JJ. Kusni
Joanito De Saojoao
Jodhi Yudono
John Js
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Ki Panji Kusmin
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Ko Hyeong Ryeol
Koh Young Hun
Komarudin
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Lenah Susianty
Leon Trotsky
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayani
Luhung Sapto Nugroho
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lusiana Indriasari
Lutfi Mardiansyah
M Syakir
M. Faizi
M. Fauzi Sukri
M. Mustafied
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
Made Wianta
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Majalah Budaya Jejak
Makmur Dimila
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Mariana Amiruddin
Martin Aleida
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Media Dunia Sastra
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
Melani Budianta
Mezra E Pellondou
MG. Sungatno
Micky Hidayat
Mikael Johani
Mikhael Dua
Misbahus Surur
Moch Arif Makruf
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohamed Nasser Mohamed
Mohammad Takdir Ilahi
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyidin
Mujtahid
Munawir Aziz
Musa Asy’arie
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N. Mursidi
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naqib Najah
Narudin Pituin
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Neni Ridarineni
Nezar Patria
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Rastiti
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noval Jubbek
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Utami Sari’at Kurniati
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Obrolan
Odhy`s
Okta Adetya
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Otto Sukatno CR
Pablo Neruda
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Pertemuan Mahasiswa
Puji Santosa
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Rahmah Maulidia
Rahmi Hattani
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rambuana
Ramzah Dambul
Raudal Tanjung Banua
Redhitya Wempi Ansori
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Ria Febrina
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Richard Strauss
Rida K Liamsi
Riduan Situmorang
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Rina Mahfuzah Nst
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roland Barthes
Romi Zarman
Romo Jansen Boediantono
Rosidi
Ruslani
S Prana Dharmasta
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Müller
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Saiful Amin Ghofur
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Madany Syani
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sem Purba
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siti Mugi Rahayu
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Sohifur Ridho’i
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Sri Rominah
Sri Wintala Achmad
St. Sularto
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Sudarmoko
Sudaryono
Sudirman
Sugeng Satya Dharma
Suhadi
Sujiwo Tedjo
Sukar
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susilowati
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Buyil
Syaifuddin Gani
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Usman Awang
UU Hamidy
Vinc. Kristianto Batuadji
Vladimir I. Braginsky
W.S. Rendra
Wahib Muthalib
Wahyu Utomo
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weni Suryandari
Wiko Antoni
Wina Karnie
Winarta Adisubrata
Wiwik Widayaningtias
Yanto le Honzo
Yanuar Widodo
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yudhis M. Burhanudin
Yukio Mishima
Yulhasni
Yuli
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusmar Yusuf
Yusri Fajar
Yuswinardi
Yuval Noah Harari
Zaki Zubaidi
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zen Rachmat Sugito
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar