Jumat, 01 April 2011

Menelusuri Perjalanan Sastra Di Malang*

Denny Mizhar**
http://sastra-indonesia.com/

Sebelum saya mulai menulis tentang perjalanan sastra Malang, saya akan bercerita bagaimana saya sampai masuk pada pergumulan sastra di Malang. Tetapi sebenarnya saya, belum berani betul bicara soal perjalanan sastra di Malang. Disebabkan kawan Kholid Amrullah dari komunitas Lembah Ibarat meminta saya untuk menjadi pembicara mendampingi Pak Emil Sanosa untuk berbicara sejarah sastra di Malang. Padahal, saya telah merekomendasikan beberapa nama padanya, ini sebuah permintaan yang tak dapat saya tolak tetapi gamang bagi saya yang belum memiliki kapasitas memadahi berbicara sejarah sastra di Malang. Berbicara sejarah tentu saja ada masa lalu yang direkontruksi, ada masa kini dan ramalan masa akan datang. Saya yang baru mengenal sastra secara intens kurang lebih tiga tahun lalu. Sebelumnya saya banyak diam di kampus dan bergesekan dengan kesenian teater di dalam kampus. Pada tahun dua ribu tujuh, saya dengan modal yang pas-pas-an tentang sastra mencoba memberanikan diri untuk menulis (katanya) puisi yang saya terbitkan secara indie. Pada awal penerbitan buku saya dan dibedah oleh Tengsoe Tjahjonoh—saat itu puisi saya masih proses—saya mengganggap diri saya masih anak bau kencur dengan berani menerbitan puisi tersebut. Tetapi bagi saya adalah proses untuk belajar. Setelah itu saya mulai membaca buku-buku sastra: puisi, cerpen, novel, kritik sastra serta buku-buku yang lain.

Dari situlah saya mulai mengenal beberapa kawan yang bergelut dalam dunia sastra. Hal ini sedikit mudah bagi saya, karena sebelumnya sudah banyak bertemu dengan beberapa sastrawan khususnya di Malang lewat perjumpaan-perjumpaan yang berangkat dari seni teater. Dari situlah saya coba telisik (masih belum dalam) sastra di Malang. Saya ingin tahu pendahulu-pendahulu saya berkiprah di Malang. Saya pun mulai aktif di komunitas sastra reboan Poestaka Rakjat yang waktu itu bertempat di Toko Buku Muhammad Nasir. Dari situ saya mengenal beberapa komunitas-kumunitas dan lembaga-lembaga kampus yang bergelut dalam dunia sastra. Pada tahun, sekitaran 2007/2008, beberapa kumintas sering bertemu (bergantian) untuk saling mengunjungi. Saya melihat ada potensi besar yang berada di UIN Malang, saya melihat ada beberapa komunitas di kampus tersebut yang tidak tersetruktur dengan kampus alias kelompok pinggiran (ini sebutan saya terhadap kumintas sastra kampus yang tidak menjadi lembaga intra) di antara nama-nama tersebut ada komunitas Tinta Langit, komunitas Promoedya Ananta Toer, Sastra Parkiran. Di kampus UIN Malang juga ada cerpenis yang pada waktu itu cukup produktif dan pernah memenangi lomba penulisan berskala Nasional bahkan dalam Jurnal Cerpen edisi Muda namanya Azizah Hefni. Selain UIN ada juga di UM yang memiliki lembaga kemahasiswaan kepenulisan yang juga cukup intens membicarakan sastra dan menerbitkan beberapa karya kumpulan puisi juga kumpulan cerpen secara Indie, yakni UKMP (Unit Kegiatan Mahasiswa Penulis). Di beberapa kampus lain saya tidak menjumpai, hanya nama-nama saja dan kebanyakan mereka aktif juga di Teater. Di UMM ada Johan Wahyu, di Unisma saya kurang menjumpai (ada, mungkin saya yang kurang bergesekan), di Universitas Brawijaya saya juga tidak menjumpai (mungkin saya kurang mencari tahu). Inilah pada awal-awal perkenalanku dengan dunia sastra di Malang.

Adapun mereka yang lebih dulu berkecimpung dalam dunia sastra di Malang dengan melakukan pergerakan sastra sebelum tahun 2007-an. Misalnya, perkumpulan Penyair Muda Malang diantaranya yang saya kenal, ada Lodzi Hady, Abdul Mukid, Ragil Suprianto dan beberapa nama yang (mungkin) belum saya kenal. Mereka penyair mudah Malang pada sekitaran tahun 2000-an sering mangadakan pembacaan puisi-puisi di Caffe-Caffe di tempat Umum. Bahkan mereka sempat membuat petisi penentangan sastra koran.

Saya mulai gelisah, muncul kesadaran sejarah tentang sastra. Karena saya hendak belajar tentang sastra, pada siapa saya harus belajar sedang yang saya rasa tidak adanya proses pengkaderan dalam bersastra. Yang saya rasakan, semua berjalan sendiri-sendiri dan sesekali berkumpul di komunitas-komunitas yang ada hanya untuk membacakan karya setelah itu sudah.

Dalam perjalanan akhir tahun 2010 saya mendapati buku Kronik Sastra Indonesia di Malang yang ditulis oleh Suripan Sadi Hutomo pada 1994. Suripan mengatakan, dia tidak bisa melacak sejarah sastra Malang secara pencapain-pencaian estetika sastra, karena sastra di Malang masih dalam bayang-bayang sastra yang berkembang di Jakarta. Adapun terpotong-potong. Lalu Suripan melakukan pembacaan dengan mengumpulkan media-media penyaluran sastra: Koran, Majalah, Buku, Stensilan, Ketikan dan Foto Kopian, dan sastra Melayu Tionghoa. Mari kita telisik perkembangan sastra dilihat dari penerbitan surat kabar atau pun majalah pada zaman kolonial dan sesudah kolonial kira-kira tahun 40-90an. Ada majalah Sasterawan, Majalah Kebudajaan, dan Masjarakat. Sedangkan surat kabar Soeara Masjrakat, Suara Indonesia dan Komunikasi. Semua majalah dan surat kabar tersebut memuat hasil karya sastra, kritik sastra maupun masalah kebudayaan (Suripan Sadi Hutomu; 1994). Sehingga pergesekan, distribusi karya terjadi, hal tersebut mampu memicu saling berkresi dan membaca. Karena yang diterbitkan dalam majalah dan surat kabar tersebut tidak hanya satrawan dari kota Malang akan tetapi sastrawan dari daerah lainnya. Sastra yang lahir dari daerah seperti Malang menjadi perhatian H.B Jassin yang memiliki julukan paus sastra Indoensia tersebut, ia mengatakan bahwa majalah sastra banyak yang lahir di daerah tidak hanya di ibu kota saja, salah satunya adalah Sastrawan Malang (Suripan Sadi Hutomo; 1994). Hal tersebut menjadi mudah untuk melakukan pendokumentasian nantinya. Seperti yang dilakukan oleh Hutomu terhadap majalah yang tidak saya sebut di atas tetapi memberi sumbangsi juga yakni Brawijdjaja dan Widjaya yang berupa antologi saja, antologi cerita pendek, dan antologi kritik serta esai kesusastraan.

Perkembangan sastra di Malang pada era itu tidak hanya dapat dilihat dari majalah ataupun surat kabar saja, tetapi penerbitan buku juga menamba pembacan dokumentasi untuk melihat kesusastraan di Malang. Di antaranya buku tersebut adalah Angin Lalu buku antologi sajak yang diterbitkan oleh AMSENI (Angkatan Seniman Muda Indonesia, Malang) pada tahun 1955 dengan bantuan seksi Kebudayaan Kota Besar Malang. Bahkan Buku tersebut di ulas oleh Suripan Sadi Hutomo yang diterbitkan dalam Minggu Bhirawa (28, Juni 1980) dengan judul “Angin Lalu: Kumpulan Sajak yang Dilupakan” . Setelah itu muncul pada akhir 80’an muncul cerita pendek Bau (Sanggar Seni Slake, Batu Malang, 1989) karangan dari Tan Tjin Siong. Buku selanjutnya adalah kumpulan sajak Tengsoe Tjahjono, diterbitkan secara stensilan diantaranya adalah Hom Pim Pah (1983) dan Mata Kalian (1984) tetapi jauh sebelum itu penyair Henricus Suprijanto telah menerbitkan kumpulan sajaknya dengan cara stensilan juga yang berjudul “Episode”. Selain itu juga ada beberapa sajak stensilan “Simalakama” yang diltulis oleh Rahardi Purwanto pada tahun 1975, “Mekar” (1975) karya bersama Ven Wardhana, Hen Dr, Yani Koeswara, Dick Asido, Lila Ratih Komala, dan Rahardi Purwanto, “Mataair (1977) karya Veven (1989) karya Surasono Rashar dan Eko Windarto (Suripan Sadi Hutomo; 1994). Selain majalah, koran, buku, buletin juga turut mewarnai pendukumentasian karya sastra di Malang, di antaranya ada “Buletin Sastra Aktif” yang pada tahun 1989 telah terbit beberapa nomer. Buletin ini sangat ampuh memberi ruang pada sastrawan muda Malang. Di batu pada tahun 90-an di Batu ada HP3N, Buletin Sastra Budaya “Kreatif”, Studio Seni Sastra Batu menerbitkan beberapa jurnal yang memuat sajak-sajak penyair nusantra beberapa kali. Forum Pekerja Kota Malang menerbitkan antologi puisi dan Cerpen “Sempalan” (1994), “Pelataran” (1995). Selain itu masih banyak penyair-penyair yang membuat buku secara stensilan. Di antaranya Nanang Suryadi “Orang Sendiri Membaca Diri” (1997), penyair satu ini sampai kini masih mewarnai kesusastraan secara nasional dengan menyemarakkan sastra di dunia cyber dengan mendirikan www.fordisastra.com yang dikelolanya hingga kini. Malang juga memiliki sastrawan yang produktif menulis cerpen hingga saat ini yakni Ratna Indraswari Ibrahim, ada juga seorang penyair dengan karya-karya fenomenal tetapi kini menghilang dari kanca sastra yakni Wahyu Prasetyo. Selain itu, nama fenomenal sastrawan Malang yang tidak bisa dilupakan adalah Hasim Amir walaupun beliau banyak dikenal pada kesenian teater, juga Emil Sanosa penulis naskah drama. Tidak bisa dilupakan juga Komunitas Kayu Tangan dengan gerakannya hingga memprakarsai pembuatan Patung Chairil Anwar di tahun 60-an.

Pada awal-awal tahun 2000-an Tengsoe Tjahjono menerbit buku puisi “Pertanyaan Daun” (2003), antologi puisi bersama yang berjudul SOI (Suara Orang Indonesi) yang ditulis oleh Fajar, Shinta, dan Safir (2004), ada juga buletin yang saya pikir menarik untuk dicermati yakni BACA yang diterbitkan oleh komunitas Bengkel Imajinasi di Komandoi oleh Abdul Mukid , Lozdi Hadi penyair yang kuliah di Unisma sempat juga membuat sastra stensilan “Infeksi” (2005), Komunitas Penyair Muda Malang, sempat juga membuat stensilan antologi puisi mereka. Abdul Mukid membukukan karyanya dalam “Tulis Namaku dengan Abu”, “Berharap di Senja Hari” oleh Denny Misharudin (2007), “Ketawang Puspa Warna” Kumpulan Cerpen oleh UKMP UM, “Indonesia Dalam Secangkir Kopi Pahit” Antologi Puisi Bersama (Poestaka Rakjat), “Do’a Akasa” Antologi Puisi Bersama (Lembah Ibarat), Kumpulan Cerpen (Forum Penulis Kota Malang), Itupun setelah tebit hilang, artinya tidak ada pembacaan dan ulasan-ulasan sehingga kritik dan masukan menjadi pergerakan dan perkembangan sastra yang menarik untuk dicermati. Langkah yang bagus di mulai oleh Komunitas Mozaik dengan membuat kumpulan cerpen yang memuat beberapa cerpenis muda Malang yang berjudul “Pledoi: pelangi sastra Malang dalam Cerpen”. Kumpulan cerpen yang diberi pengantar oleh Ajang Budiman (Derectur Pusat Study Islam dan Filsafat Universitas Muhammadiyah Malang), sedangkan nama-nama cerpenis yang termuat karyanya adalah Yusri Fajar, Titik Qomariah, Aga Herman, Azizah Hefni, Liga Alam, Muyasaroh El-Yasin, Abdul Mukid, Wawan Eko Yulianto, Susanty Oktavia, Supriyadi Hamzah, Yuni Kristyaningsih, A Elwiq Pr, Lubis Grafura, Iman Suwongso.

Tetapi semuanya seperti hilang ditelan angin, mencari kemana buku-buku tersebut semua kecuali pada penulis dan hanya beberapa yang saya temui di Toko Buku Kedai Sinau juga Toga Mas. Menjadi agenda bagi pihak yang terkait demi perkembangan sastra di Malang adalah, melakukan pembacaan perkembangan sastra di Malang melaui esai-esai kritik sastra, juga pembuatan jurnal-jurnal yang membincangkan karya sastra bisa juga melalui dunia cyber. Jika hal tersebut dilakukan mak gaya khas penyair dan cerpenis Malang akan muncul, dari perihal tema, pola ungkap, gaya kebahasaan dengan merespon realitas sosial, budaya yang ada di Malang. Maka Malang akan memiliki identitas sastra yang termaktub dalam karya-karya sastra pengarangnya. Hal tersebut bisa mematahkan pendapat Suripan di Waktu akan datang.

Pembacaan yang saya lalukan berdasar ingatan, perbincangan dengan pelaku sastra di Malang, membaca buku, dan tentu saja masih banyak karya-karya yang belum saya sebutkan dan masih banyak kekurangan. Pembacaan perjalanan ini adalah awal untuk membaca sastra di Malang lebih lanjut.

Malang, 20 Maret 2011

*Di Sampaikan pada Diskusi “Sejarah Sastra Malang” Komunitas Lembah Ibarat Malang

**Anggota Teater Sampar Indonesia Malang dan Pegiat Pelangi Sastra Malang.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati