S.W. Teofani
http://sastra-indonesia.com/
Kau menyambangiku ketika seluruh pintu puri telah kukunci. Kita bertukar kata di balik benteng yang lebih batu dari pualam. Tak ada lagi cekrama atau sesiah laksmi. Tinggal dinding murah pemahaman yang lebih agung dari rasa. Kita bukan lagi sepasang jiwa yang mendaki gigir takdir. Kau dan aku menjadi kumpulan keterbatasan yang luruh pada ketentuan Mahapasti. Tak ada lagi sesesap harap yang kita titipkan pada puing senyap. Sebab asa telah membumbung pada manzila yang lebih langit dari arasy.
Hati tak lagi mengeja kemungkinan beriringan mamasuki gapura. Telah kubangun puri jiwa yang melampaui wingitnya candi. Kutisik waktu dengan benang pengharapan yang lebih substil dari semua ingin.
Kusisir jalan sunyi yang melebihi kesenyapan nadir.
Kuikhlaskan semua jeda tanpa depa-depa yang disangka suka. Kupilih takdir-sebagaimana takdir mendekapku-untuk menjaga suhuf yang memuliakan Injil juga Tabut.
Kau pun telah memasuki sebuah gapura, bukan yang dulu kita tuju. Kau gandeng bidadari yang sudah memberimu sebocah peri.
Kemudian kita mengikhlaskan semua pengharapan seperti merelakan daun kering yang tanggal dan tertinggal. Tak kita pertanyakan lagi di mana dia terserak. Masing-masing diri mengeja bebatu waktu manjadi undakan yang kita daki tanpa tahu awal dan tepi. Menerima ketentuan Sang Hakim tanpa beban, sebagaimana tak pernah kita pertanyakan mengapa kita dilahirkan.
Kau menyapa saat aku mansyuk mengenyam benang waktu. Melupakan tapak-tapak jerih yang menjejak begitu duri. Mengais ingin sesungguh jiwa. Melompati tebing, manatah ngarai, menikmati cemas harap saat maksud hampir sampai. Tapi kita hanya pemain yang tak pernah tahu ke mana bola takdir berpihak. Kau dan aku hanya bisa berlapang jiwa saat semua ikhtiar maknanya tetap menjadi rahasia. Sedang maksud kita menjadi cita yang tak bernah mewujud.
Kau datang saat aku sempurna melupa semua tapak yang pernah kita jejak. Tak pernah tersisa penyesalan atas semua ingin yang tak sampai, karena kita hanya mengikuti sebuah kepastian. Seperti bintang-bintang yang patuh pada garis edar. Lintasan itu kadang bersejajar beberapa masa, seolah akan selalu sepanjang waktu.
Tapi mahluk tak punya hak atas keabadian, juga kepastian. Semua hanya kesementaraan dan selalu menyisakan pertanyaan. Kita pun tersadar tak berada pada satu lintasan takdir. Lintasan kita menjauh, segala yang kita maksud tertebar di kaki nasib. Lalu berjalan lagi pada garis hidup masing-masing. Menerima semua ketentuan dengan diam tanpa dendam.
Jangan ketuk pintu puriku, atau kau harap kubuka jendela. Karena aku tak menginginkan angin masuk mengusik segala mansyuk. Kau telah tahu aku tak menyesal pun mengharap. Aku pun faham jalan yang telah kau pilih. Maka biarlah hati kita saling tahu tanpa isyarat apa pun. Seperti gunung yang diam dengan segala beban yang dikandungnya. Dia tak pernah mengeluhkan lahar yang hendak keluar, pun magma membara. Tetap ditebarkannya kesejukan pada setiap yang memandang juga keindahan para pendaki. Maka biarlah kita menjadi paku-paku masa lalu yang mengukuhkan kesementaraan diri.
Di puri ini, kulolosi setiap huruf pada mushaf dari pengaitnya. Kujajar menjadi pagar. Lalu kupahat batu-batu puri dengan kukuku. Kuserupakan pahatan itu dengan setiap aksara mushaf hingga membentuk makna. Kubiarkan jari berdarah dengan warna merah menghitam. Huruf-huruf itu tak hanya terpahat, tapi juga bersinar dari setiap tetesnya. Jangan kau tanyakan pedih atau luka, karena aku tak lagi merasainya. Aku telah memilihnya. Apa yang lebih kokoh dari sebuah pilihan. Memilih berarti siap akibat dari setiap jalan yang dilaluinya. Begitu pun diriku.
Tak ku tolak dikatakan gila. Karena kewarasan tak memberiku apa pun selain kegilaan serupa. Biarlah kulalar jalan-jalan yang tak hendak dilalui siapa jua. Kan terus kupahat huruf-huruf ini hingga memenuhi bebatu puri. Puri yang membuatku tak akan berpaling pada apa pun. Tempat yang memberiku kehidupan dalam kediaman dan kebisuan. Yang menyelimutiku dengan ketenangan dalam luka dan kegilaan.
Bergumullah kau pada kewarasan yang menggilakanmu. Sedang aku memilih gila untuk mewaraskan jiwaku.
Jangan kau ucapkan kata kasihan padaku. Karena aku tak butuh kasih yang itu. Aku menggapai kasih Yang Satu. Yang mengilhami segala kasih, juga kasih yang dulu kau paparkan. Itu hanya sejentik dari seluruh kasih yang dihadiahkan Yang Satu.
Kini sepuluh kuku jariku telah mengelupas. Darahnya membasahi busana takdir yang kukenakan.
Tinggalkannlah aku. Jangan kau mematung di pintu puri. Aku tak ingin kau iba pada diriku. Karena aku tak pernah menginginkan itu. Aku tahu apa yang ku ingin, juga yang kumau. Dan itu, bukan mau kita dahulu. Aku telah memilih duri dari daging, menyukai lapar dari kenyang, mencintai senyap dari riang.
Apa lagi yang menundamu untuk pergi. Aku tak mengharapkanmu meski tak membencimu. Aku telah memilih pengharapan yang diharapkan sedikit orang. Pulanglah ke gapuramu. Jika kau ingin tahu tentangku, seluruhku telah menerangkannya padamu. Jangan kau membatu di halaman puriku. Aku khawatir seluruhmu-juga hatimu-benar-benar menjadi batu. Patung penghias puri yang tak mengenakanku.
Jika kau tak juga beranjak, ini yang terakhir untukmu. Kulit jariku telah mengelupas bergesek dengan huruf dan batu. Bukan lagi darah yang menabur bercak, juga sayatan daging tanganku hampir tandas. Kini aku menggoreskan huruf-huruh itu dengan tulang belulangkangku. Hingga gemeretak bunyi tulang dan batu. Kini bebatu puri tak lagi hitam. Telah kucipta lukisan abstrak dengan kuas daging dan cat darah. Jika itu masih kurang, kan kubiarkan satu per satu sambungan tulangku terberai, asal berpindah semua huruf dalam mushaf pada dinding, langit, juga lantai puri.
Jangan kau tanyakan tentang rasa sakit. Telah kuhapus seluruh rasa selain Cinta pada pengembus huruf-huruf itu. Satu per satu belulangku raras. Bermula dari tangan, kaki, kepala, bahkan tengkorakku tak lagi berupa. Semua tanggal, menyebar menjadi patahan yang menghantarkan setiap perpindahan huruf-huruf mushaf.
Kedua mataku pun tak lagi menyatu pada tengkorak kepala. Dia terbetot dari ceruk persembunyian. Semua kini menjadi pemindah huruf-huruf. Jari-jari, tangan, kaki, kerangka, daging, darah, usus, hati, jantung, semua beterbaran, hingga kupertanyakan di mana aku?
Semua tercecer, tapi tak menebar anyir, setiap bercak membawa wangi kesturi yang mengharumkan puri. Kulihat hatiku begitu ria, lebih ria saat kau dan aku menggapai jalan gapura. hati itu nyata merahnya, berkilau dengan bentuk yang lebih indah.
Ah…hatiku….seindah itu, hati yang menyatu dengan huruf-huruf mushaf.
Sekali lagi, aku tak akan menolak jika disebut gila, karena kegilaan ini sangat indah. Lebih indah dari laman-laman keindahan di sudut mana jua.
Sudah, aku telah katakan semua tentang halku. Kini kupinta, tinggalkan aku. Meski ku di dalam puri, kurasai dirimu yang mematung di terasnya. Apa lagi yang kau nanti. Tidakkah kau rasa cukup ceritaku?
“Maafkan aku, jika tak hendak meninggalkan purimu, meski aku telah memiliki gapura juga peri kecilnya,” suaramu patah-patah.
“Kenapa kau tak juga pergi.”
“Katakan padaku satu hal, setelah itu aku kan meninggalkan puri, juga seluruhmu, ” suaramu penuh harap.
“Katakanlah.”
“Apakah aku penyebab kegilaanmu, maafkan aku….?”
“Dengarkan, tak kan kuulangi, B u k a n!”
Bandar Lampung
Agustus—September 2010
S.W. Teofani, Lahir dan tinggal di Lampung.
Cerpennya dimuat di Lampung Post. Kini sedang menekuni karya sastra.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Jumat, 01 April 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Azis Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.S. Laksana
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Malik
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adi Prasetyo
Afnan Malay
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Suyudi
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amalia Sulfana
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminullah HA Noor
Andari Karina Anom
Andi Nur Aminah
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Anindita S. Thayf
Anitya Wahdini
Anton Bae
Anton Kurnia
Anung Wendyartaka
Anwar Nuris
Anwari WMK
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arief Budiman
Ariel Heryanto
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Arifi Saiman
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
Ary Wibowo
AS Sumbawi
Asarpin
Asbari N. Krisna
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asti Musman
Atep Kurnia
Atih Ardiansyah
Aulia A Muhammad
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
B. Nawangga Putra
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bakdi Sumanto
Balada
Bale Aksara
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bedah Buku
Beni Setia
Benni Indo
Benny Arnas
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Buku Kritik Sastra
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Butet Kartaredjasa
Cahyo Junaedy
Cak Kandar
Caroline Damanik
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Saifullah
Cornelius Helmy Herlambang
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Sunendar
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Dante Alighieri
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Pramono
Delvi Yandra
Deni Andriana
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewey Setiawan
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hartati
Diana A.V. Sasa
Dianing Widya Yudhistira
Dina Jerphanion
Djadjat Sudradjat
Djasepudin
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Dwijo Maksum
E. M. Cioran
E. Syahputra
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Triono
Elisa Dwi Wardani
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endro Yuwanto
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Esai
Evi Idawati
F Dewi Ria Utari
F. Dewi Ria Utari
Fadlillah Malin Sutan Kayo
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Faruk HT
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fazabinal Alim
Fazar Muhardi
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Frans Ekodhanto
Fransiskus X. Taolin
Franz Kafka
Fuad Nawawi
Gabriel García Márquez
Gde Artawa
Geger Riyanto
Gendhotwukir
Gerakan Surah Buku (GSB)
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gunoto Saparie
Gusty Fahik
H. Rosihan Anwar
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Haris del Hakim
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hasyuda Abadi
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Herdiyan
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman Hasyim
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru Emka
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Humam S Chudori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Tito Sianipar
Ian Ahong Guruh
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IDG Windhu Sancaya
Iffah Nur Arifah
Ignas Kleden
Ignasius S. Roy Tei Seran
Ignatius Haryanto
Ignatius Liliek
Ika Karlina Idris
Ilham Khoiri
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah S. Pratidina
Indiar Manggara
Indra Tranggono
Indrian Koto
Insaf Albert Tarigan
Ipik Tanoyo
Irine Rakhmawati
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Norman
Istiqomatul Hayati
Iswara N Raditya
Iverdixon Tinungki
Iwan Gunadi
Iwan Nurdaya Djafar
Jadid Al Farisy
Jakob Sumardjo
Jamal D. Rahman
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jaya Suprana
Jean-Paul Sartre
JJ. Kusni
Joanito De Saojoao
Jodhi Yudono
John Js
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Ki Panji Kusmin
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Ko Hyeong Ryeol
Koh Young Hun
Komarudin
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Lenah Susianty
Leon Trotsky
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayani
Luhung Sapto Nugroho
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lusiana Indriasari
Lutfi Mardiansyah
M Syakir
M. Faizi
M. Fauzi Sukri
M. Mustafied
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
Made Wianta
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Majalah Budaya Jejak
Makmur Dimila
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Mariana Amiruddin
Martin Aleida
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Media Dunia Sastra
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
Melani Budianta
Mezra E Pellondou
MG. Sungatno
Micky Hidayat
Mikael Johani
Mikhael Dua
Misbahus Surur
Moch Arif Makruf
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohamed Nasser Mohamed
Mohammad Takdir Ilahi
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyidin
Mujtahid
Munawir Aziz
Musa Asy’arie
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N. Mursidi
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naqib Najah
Narudin Pituin
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Neni Ridarineni
Nezar Patria
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Rastiti
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noval Jubbek
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Utami Sari’at Kurniati
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Obrolan
Odhy`s
Okta Adetya
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Otto Sukatno CR
Pablo Neruda
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Pertemuan Mahasiswa
Puji Santosa
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Rahmah Maulidia
Rahmi Hattani
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rambuana
Ramzah Dambul
Raudal Tanjung Banua
Redhitya Wempi Ansori
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Ria Febrina
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Richard Strauss
Rida K Liamsi
Riduan Situmorang
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Rina Mahfuzah Nst
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roland Barthes
Romi Zarman
Romo Jansen Boediantono
Rosidi
Ruslani
S Prana Dharmasta
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Müller
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Saiful Amin Ghofur
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Madany Syani
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sem Purba
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siti Mugi Rahayu
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Sohifur Ridho’i
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Sri Rominah
Sri Wintala Achmad
St. Sularto
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Sudarmoko
Sudaryono
Sudirman
Sugeng Satya Dharma
Suhadi
Sujiwo Tedjo
Sukar
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susilowati
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Buyil
Syaifuddin Gani
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Usman Awang
UU Hamidy
Vinc. Kristianto Batuadji
Vladimir I. Braginsky
W.S. Rendra
Wahib Muthalib
Wahyu Utomo
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weni Suryandari
Wiko Antoni
Wina Karnie
Winarta Adisubrata
Wiwik Widayaningtias
Yanto le Honzo
Yanuar Widodo
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yudhis M. Burhanudin
Yukio Mishima
Yulhasni
Yuli
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusmar Yusuf
Yusri Fajar
Yuswinardi
Yuval Noah Harari
Zaki Zubaidi
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zen Rachmat Sugito
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar