Jumat, 01 April 2011

Gapura-Puri

S.W. Teofani
http://sastra-indonesia.com/

Kau menyambangiku ketika seluruh pintu puri telah kukunci. Kita bertukar kata di balik benteng yang lebih batu dari pualam. Tak ada lagi cekrama atau sesiah laksmi. Tinggal dinding murah pemahaman yang lebih agung dari rasa. Kita bukan lagi sepasang jiwa yang mendaki gigir takdir. Kau dan aku menjadi kumpulan keterbatasan yang luruh pada ketentuan Mahapasti. Tak ada lagi sesesap harap yang kita titipkan pada puing senyap. Sebab asa telah membumbung pada manzila yang lebih langit dari arasy.

Hati tak lagi mengeja kemungkinan beriringan mamasuki gapura. Telah kubangun puri jiwa yang melampaui wingitnya candi. Kutisik waktu dengan benang pengharapan yang lebih substil dari semua ingin.

Kusisir jalan sunyi yang melebihi kesenyapan nadir.
Kuikhlaskan semua jeda tanpa depa-depa yang disangka suka. Kupilih takdir-sebagaimana takdir mendekapku-untuk menjaga suhuf yang memuliakan Injil juga Tabut.

Kau pun telah memasuki sebuah gapura, bukan yang dulu kita tuju. Kau gandeng bidadari yang sudah memberimu sebocah peri.
Kemudian kita mengikhlaskan semua pengharapan seperti merelakan daun kering yang tanggal dan tertinggal. Tak kita pertanyakan lagi di mana dia terserak. Masing-masing diri mengeja bebatu waktu manjadi undakan yang kita daki tanpa tahu awal dan tepi. Menerima ketentuan Sang Hakim tanpa beban, sebagaimana tak pernah kita pertanyakan mengapa kita dilahirkan.

Kau menyapa saat aku mansyuk mengenyam benang waktu. Melupakan tapak-tapak jerih yang menjejak begitu duri. Mengais ingin sesungguh jiwa. Melompati tebing, manatah ngarai, menikmati cemas harap saat maksud hampir sampai. Tapi kita hanya pemain yang tak pernah tahu ke mana bola takdir berpihak. Kau dan aku hanya bisa berlapang jiwa saat semua ikhtiar maknanya tetap menjadi rahasia. Sedang maksud kita menjadi cita yang tak bernah mewujud.

Kau datang saat aku sempurna melupa semua tapak yang pernah kita jejak. Tak pernah tersisa penyesalan atas semua ingin yang tak sampai, karena kita hanya mengikuti sebuah kepastian. Seperti bintang-bintang yang patuh pada garis edar. Lintasan itu kadang bersejajar beberapa masa, seolah akan selalu sepanjang waktu.
Tapi mahluk tak punya hak atas keabadian, juga kepastian. Semua hanya kesementaraan dan selalu menyisakan pertanyaan. Kita pun tersadar tak berada pada satu lintasan takdir. Lintasan kita menjauh, segala yang kita maksud tertebar di kaki nasib. Lalu berjalan lagi pada garis hidup masing-masing. Menerima semua ketentuan dengan diam tanpa dendam.

Jangan ketuk pintu puriku, atau kau harap kubuka jendela. Karena aku tak menginginkan angin masuk mengusik segala mansyuk. Kau telah tahu aku tak menyesal pun mengharap. Aku pun faham jalan yang telah kau pilih. Maka biarlah hati kita saling tahu tanpa isyarat apa pun. Seperti gunung yang diam dengan segala beban yang dikandungnya. Dia tak pernah mengeluhkan lahar yang hendak keluar, pun magma membara. Tetap ditebarkannya kesejukan pada setiap yang memandang juga keindahan para pendaki. Maka biarlah kita menjadi paku-paku masa lalu yang mengukuhkan kesementaraan diri.

Di puri ini, kulolosi setiap huruf pada mushaf dari pengaitnya. Kujajar menjadi pagar. Lalu kupahat batu-batu puri dengan kukuku. Kuserupakan pahatan itu dengan setiap aksara mushaf hingga membentuk makna. Kubiarkan jari berdarah dengan warna merah menghitam. Huruf-huruf itu tak hanya terpahat, tapi juga bersinar dari setiap tetesnya. Jangan kau tanyakan pedih atau luka, karena aku tak lagi merasainya. Aku telah memilihnya. Apa yang lebih kokoh dari sebuah pilihan. Memilih berarti siap akibat dari setiap jalan yang dilaluinya. Begitu pun diriku.

Tak ku tolak dikatakan gila. Karena kewarasan tak memberiku apa pun selain kegilaan serupa. Biarlah kulalar jalan-jalan yang tak hendak dilalui siapa jua. Kan terus kupahat huruf-huruf ini hingga memenuhi bebatu puri. Puri yang membuatku tak akan berpaling pada apa pun. Tempat yang memberiku kehidupan dalam kediaman dan kebisuan. Yang menyelimutiku dengan ketenangan dalam luka dan kegilaan.
Bergumullah kau pada kewarasan yang menggilakanmu. Sedang aku memilih gila untuk mewaraskan jiwaku.

Jangan kau ucapkan kata kasihan padaku. Karena aku tak butuh kasih yang itu. Aku menggapai kasih Yang Satu. Yang mengilhami segala kasih, juga kasih yang dulu kau paparkan. Itu hanya sejentik dari seluruh kasih yang dihadiahkan Yang Satu.

Kini sepuluh kuku jariku telah mengelupas. Darahnya membasahi busana takdir yang kukenakan.

Tinggalkannlah aku. Jangan kau mematung di pintu puri. Aku tak ingin kau iba pada diriku. Karena aku tak pernah menginginkan itu. Aku tahu apa yang ku ingin, juga yang kumau. Dan itu, bukan mau kita dahulu. Aku telah memilih duri dari daging, menyukai lapar dari kenyang, mencintai senyap dari riang.

Apa lagi yang menundamu untuk pergi. Aku tak mengharapkanmu meski tak membencimu. Aku telah memilih pengharapan yang diharapkan sedikit orang. Pulanglah ke gapuramu. Jika kau ingin tahu tentangku, seluruhku telah menerangkannya padamu. Jangan kau membatu di halaman puriku. Aku khawatir seluruhmu-juga hatimu-benar-benar menjadi batu. Patung penghias puri yang tak mengenakanku.

Jika kau tak juga beranjak, ini yang terakhir untukmu. Kulit jariku telah mengelupas bergesek dengan huruf dan batu. Bukan lagi darah yang menabur bercak, juga sayatan daging tanganku hampir tandas. Kini aku menggoreskan huruf-huruh itu dengan tulang belulangkangku. Hingga gemeretak bunyi tulang dan batu. Kini bebatu puri tak lagi hitam. Telah kucipta lukisan abstrak dengan kuas daging dan cat darah. Jika itu masih kurang, kan kubiarkan satu per satu sambungan tulangku terberai, asal berpindah semua huruf dalam mushaf pada dinding, langit, juga lantai puri.

Jangan kau tanyakan tentang rasa sakit. Telah kuhapus seluruh rasa selain Cinta pada pengembus huruf-huruf itu. Satu per satu belulangku raras. Bermula dari tangan, kaki, kepala, bahkan tengkorakku tak lagi berupa. Semua tanggal, menyebar menjadi patahan yang menghantarkan setiap perpindahan huruf-huruf mushaf.

Kedua mataku pun tak lagi menyatu pada tengkorak kepala. Dia terbetot dari ceruk persembunyian. Semua kini menjadi pemindah huruf-huruf. Jari-jari, tangan, kaki, kerangka, daging, darah, usus, hati, jantung, semua beterbaran, hingga kupertanyakan di mana aku?

Semua tercecer, tapi tak menebar anyir, setiap bercak membawa wangi kesturi yang mengharumkan puri. Kulihat hatiku begitu ria, lebih ria saat kau dan aku menggapai jalan gapura. hati itu nyata merahnya, berkilau dengan bentuk yang lebih indah.

Ah…hatiku….seindah itu, hati yang menyatu dengan huruf-huruf mushaf.

Sekali lagi, aku tak akan menolak jika disebut gila, karena kegilaan ini sangat indah. Lebih indah dari laman-laman keindahan di sudut mana jua.

Sudah, aku telah katakan semua tentang halku. Kini kupinta, tinggalkan aku. Meski ku di dalam puri, kurasai dirimu yang mematung di terasnya. Apa lagi yang kau nanti. Tidakkah kau rasa cukup ceritaku?

“Maafkan aku, jika tak hendak meninggalkan purimu, meski aku telah memiliki gapura juga peri kecilnya,” suaramu patah-patah.

“Kenapa kau tak juga pergi.”

“Katakan padaku satu hal, setelah itu aku kan meninggalkan puri, juga seluruhmu, ” suaramu penuh harap.

“Katakanlah.”

“Apakah aku penyebab kegilaanmu, maafkan aku….?”

“Dengarkan, tak kan kuulangi, B u k a n!”

Bandar Lampung
Agustus—September 2010

S.W. Teofani, Lahir dan tinggal di Lampung.
Cerpennya dimuat di Lampung Post. Kini sedang menekuni karya sastra.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati