Senin, 06 Desember 2010

Mengenang Setahun Sastrawan Asrul Sani

Aminullah HA Noor
http://www.suarakarya-online.com/15-1-2006

Rabu 11 Januari lalu tepat setahun meninggalnya sastrawan Asrul Sani. Kepergian beliau tahun lalu, mengejutkan Penulis ketika menyadari kematian sastrawan besar itu melalui SMS yang dikirimkan seorang rekan.

“Bang Asrul, pencetus humanisme universal itu sudah tiada. Ia meninggal disaat negeri menjadi tempat persembunyian manusia yang menginjak-injak humanisme.” begitu bunti SMS dari rekan yang mengabari hari kematian Asrul Sani.

Sejak kecil penulis telah menemui nama Asrul hanya karena suka sekali membaca, mulai dari apa yang tertulis di sobekan koran atau satu halaman buku yang ditiup angin masuk ke lapangan bola, membaca sambil nungging, sampai dengan duduk terpaku membaca koran dan buku di kantor dimana ayah penulis bekerja.

Di Masa Jepang koran-koran Jakarta sampai juga di kota kecil Ruteng, ibukota Kabupaten Manggarai, Flores Barat. Waktu itu ayah penulsi bekerja dikantor dagang Tsubono. Di sebelah kantornya ada seorang wartawan Jepang. Barangkali dialah yang mensuplai koran-koran Jakarta itu.

Di samping itu ada toko milik kepala kampung Cina, Tjong Tjong Hie yang penuh dengan koran. Pernah ketika hujan turun dan penulis berlindung di emper tokonya Babah Tjong Hie memegang bahu penulis dan mendorong ke dalam lalu disuruhnya penulis membaca keras-keras dan si babah mendengarnya sambil berjalan ke sana ke mari.

Baru ketika ayah penulis pindah ke Maumere dan kemudian ke Kalabahi, ibukota Alor-Pantar sebagai klerk gubernemen (pegawai negeri), penulis mengenal buku-buku sastra dan majalah seperti Mimbar Indonesia dan Siasat. Semuanya dikirim ke kantor kontrolir (kini bupati) mungkin sebagai nomor perkenalan dan ayah penulis membawa ke rumah.

Di saat itulah penulis mengenal semua nama pujangga termasuk Asrul Sani dan di saat itu penulis sangat tertarik untuk menjadi sastrawan. Bertahun-tahun kemudian, penulis bisa bertemu muka dengan almarhum. Hanya beberapa kali bertemu muka langsung. Sebagai sastrawan angkatan terdahulu dan kami angkatan kemudian, penulis terpengaruh oleh tulisan H.B Jassin yang mengatakan bahwa Asrul Sani itu seorang aristokrat sehingga penulis agak segan mendekatinya. Rasanya tidak sampai lima kali penulis bertemu almarhum selama hampir setengah abad menjadi penduduk Jakarta.

Walaupun demikian, Surat Kepercayaan Gelanggang dan humanisme universal yang dicetuskannya selalu lekat dalam memori dan sudah tentu akhir-akhir ini perlu diperhitungkan dalam situasi dimana teologi pembunuhan telah mencoreng muka bangsa ini di mata dunia.

Penulis masih mengenang pertemuan di sebuah kantor perfilman. Mula-mula penulis duduk berhadapan dengan Wahyu Sihombing almarhum. Wahyu memberi penulis buku skenario karya Ingmar Bergman. Membalik-balik beberapa halaman, penulis punya kesan bahwa membuat skenario gampang karena Ingmar Bergman tidak memakai istilah-istilah tekhnis. Penulis meminjam buku itu.

Tiba-tiba muncul Asrul. Penulis mengatakan padanya bahwa penulis punya cerita mengenai kawin lari. Larinya pakai kuda, mengembara di padang sabana, di celah-celah hutan eukaliptus Timor yang tampaknya mirip dengan padang di benua Australia. Asrul spontan berkata ingin memfilemkan cerita itu. Ada kemungkinan ia bosan dengan alam teratur rapi seperti sawah di Jawa dan Bali. Penulis berjanji akan menyerahkannya dalam sebulan.

Dari kamtor mereka yang selalu penuh dengan calon-calon bintang itu, penulis meluncur ke tempatnya Salim Said, hanya untuk ngobrol ngalor-ngidul dan minum wiski. Penulis duduk di kursi putarnya Salim dan sambil minum wiski penulis berkata bahwa ternyata untuk mencari duit dan menjadi kaya itu gampang. Tulis saja skenario seperti punya Ingmar Bergman ini. Gampang Haaa, kita gampang jadi kayaaaa!

Tiba-tiba Arifin C. Noer yang baru datang dari desa keluar dari kamar dan duduk di tikar. Matanya melotot dibalik kacamatanya mendengarkan celoteh orang yang akan jadi kaya karena merasa gampang menulis skenario. Hampir setengah botol wiski masuk merangsang otak dan segala krisis dan derita rumahtangga terlupakan. Selama masa-masa krisis penulis biasa minum wiski antara lain di rumahnya. Salim Said dan di rumahnya Syuman Jaya. Syuman, dalam ayunan alkohol mengatakan bahwa ia bisa berkhotbah dengan bagus tetapi yang penting bagi penulis adalah bahwa ia ingin membuat film tentang Sang Guru, sebuah novel penulis tentang seorang guru di Ternate.

Segalanya berlalu setelah bangun pagi dan memulai hari yang baru. Penulis lupa membawa buku skenario Ingmar Bergman. Tanya pada Salim, ia tidak tahu dan sudah tentu Arifin C.Noer yang menyembunyikan buku itu, buku yang membuat dia menjadi sutradara.

Bertemu Bang Asul ia bersuara keras, “Di mana skenario kawin lari di padang sabana. Kalau beluma da kasih saja treatment-nya. Janji sebulan, sudah setahun…”

Cerita tentang kawin lari ini penulis obrolkan juga kepada almarhum Teguh Karya. Tenguh lain. Mungkin karena lama menunggu maka ia membuat sendiri film bertema kawin lari.

Sebenarnya bukan penulis tak mau menulis skenario untuk Bang Asrul tetapi ceritanya dimulai dari Satyagraha Hoerip yang pada suatu pagi datang ke rumah petak gedek penulis, membawa sebuah skenario cerita yang berjudul Masa-Masa Mahasiswa. Karena ia masih menganggur dan belum bekerja maka ia tak punya uang transpor lalu memerintahkan penulis untuk membonceng dia ke Departemen Penerangan untuk menyerahkan skenarionya.

Akhirnya skenarionya diterima dan Bang Asrul Sani merobah judulnya menjadi Apa Yang Kau Cari Palupi. Satyagraha Hoerip mendapat honor RP 40.000.

Melihat jumlah itu penulis tak acuh pada permintaan Bang Asrul tetapi penulis sibuk menulis sebuah novel yang berjudul Cumbuan Sabana yang dimuat bersambung di Kompas dan dibukukan oleh Penerbit Nusa Indah.

Dunia perfileman Indonesia dimasa Orde Lama sangat melempem. Di awal Orde Baru penulis mengatakan kepada Sdr Hadits, ketua PWI pendahulu Harmoko bahwa sebaiknya PWI mengadakan seminar mengenai dunia perfilman kita. Hadits mengirim proposal ke Deppen, diterima dan berlangsunglah seminar pertama di awal Orde Baru yang kemudian menghasilkan antara lain film bermutu seperti Apa Yang Kau Cari Palupi.

Nyaris habislah tokoh-tokoh film nasional yang penulis kenal dekat. Masih terkenang malam-malam yang dingin dihangati kopi ketika penulis ngobrol dengan Teguh Karya di belakang Hotel Indonesia, entah tentang apa, penulis telah lupa, barangkali tentang Caligula, barangkali tentang manusia absurd yang lebih dari sebuah perpustakaan, tentang ekses absolut, tentang metaphysical suicede, tentang negasi absolut atau mungkin tentang afirmasi absolut. Mungkin juga tentang pengidolaan kuantitas dan melupakan kualitas.

Begitu pula malam terakhir dengan Syuman ketika kami ngobrol tentang pembuatan film Sang Guru ditemani Jasso Winarto dan tiba-tiba muncul Poppy Darsono yang mengeluh bahwa ketika ia mendaki gunung, betisnya digigit nyamuk sehingga membuat penulsi memberi order keras-keras kepada Jasso untuk mencari remason lalu sang Jasso menggosok betis Poppy yang bagus itu dnegan minyak yang baunya menyengit itu. Sering inspirasi timbul dari peristiwa iseng dan lucu begini.

Dan dua pertemuan terakhir dengan Bang Asrul, pertama ketika penulis menghadiri pernikahan putranya dan keduanya ketika adik iparnya Riris Sarumpaet dipromosikan menjadi Profesor di Aula UI, Depok. Dalam kedua pertemuan itu Bang Asrul hanya duduk di atas kursi roda. Dalam setiap pertemuan, penulis selalu merasa bersalah karena janji Kawin Lari yang menjadi Cumbuan Sabana itu kepada seorang yang menghembuskan nafas humanisme universal ke dalam dada penulis sejak lama. Ya, begitulah, Ars Longa Vita Brevis. ***

* Penulis adalah pekerja seni dan anggota Dewan Kesenian Banten.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati