Aminullah HA Noor
http://www.suarakarya-online.com/15-1-2006
Rabu 11 Januari lalu tepat setahun meninggalnya sastrawan Asrul Sani. Kepergian beliau tahun lalu, mengejutkan Penulis ketika menyadari kematian sastrawan besar itu melalui SMS yang dikirimkan seorang rekan.
“Bang Asrul, pencetus humanisme universal itu sudah tiada. Ia meninggal disaat negeri menjadi tempat persembunyian manusia yang menginjak-injak humanisme.” begitu bunti SMS dari rekan yang mengabari hari kematian Asrul Sani.
Sejak kecil penulis telah menemui nama Asrul hanya karena suka sekali membaca, mulai dari apa yang tertulis di sobekan koran atau satu halaman buku yang ditiup angin masuk ke lapangan bola, membaca sambil nungging, sampai dengan duduk terpaku membaca koran dan buku di kantor dimana ayah penulis bekerja.
Di Masa Jepang koran-koran Jakarta sampai juga di kota kecil Ruteng, ibukota Kabupaten Manggarai, Flores Barat. Waktu itu ayah penulsi bekerja dikantor dagang Tsubono. Di sebelah kantornya ada seorang wartawan Jepang. Barangkali dialah yang mensuplai koran-koran Jakarta itu.
Di samping itu ada toko milik kepala kampung Cina, Tjong Tjong Hie yang penuh dengan koran. Pernah ketika hujan turun dan penulis berlindung di emper tokonya Babah Tjong Hie memegang bahu penulis dan mendorong ke dalam lalu disuruhnya penulis membaca keras-keras dan si babah mendengarnya sambil berjalan ke sana ke mari.
Baru ketika ayah penulis pindah ke Maumere dan kemudian ke Kalabahi, ibukota Alor-Pantar sebagai klerk gubernemen (pegawai negeri), penulis mengenal buku-buku sastra dan majalah seperti Mimbar Indonesia dan Siasat. Semuanya dikirim ke kantor kontrolir (kini bupati) mungkin sebagai nomor perkenalan dan ayah penulis membawa ke rumah.
Di saat itulah penulis mengenal semua nama pujangga termasuk Asrul Sani dan di saat itu penulis sangat tertarik untuk menjadi sastrawan. Bertahun-tahun kemudian, penulis bisa bertemu muka dengan almarhum. Hanya beberapa kali bertemu muka langsung. Sebagai sastrawan angkatan terdahulu dan kami angkatan kemudian, penulis terpengaruh oleh tulisan H.B Jassin yang mengatakan bahwa Asrul Sani itu seorang aristokrat sehingga penulis agak segan mendekatinya. Rasanya tidak sampai lima kali penulis bertemu almarhum selama hampir setengah abad menjadi penduduk Jakarta.
Walaupun demikian, Surat Kepercayaan Gelanggang dan humanisme universal yang dicetuskannya selalu lekat dalam memori dan sudah tentu akhir-akhir ini perlu diperhitungkan dalam situasi dimana teologi pembunuhan telah mencoreng muka bangsa ini di mata dunia.
Penulis masih mengenang pertemuan di sebuah kantor perfilman. Mula-mula penulis duduk berhadapan dengan Wahyu Sihombing almarhum. Wahyu memberi penulis buku skenario karya Ingmar Bergman. Membalik-balik beberapa halaman, penulis punya kesan bahwa membuat skenario gampang karena Ingmar Bergman tidak memakai istilah-istilah tekhnis. Penulis meminjam buku itu.
Tiba-tiba muncul Asrul. Penulis mengatakan padanya bahwa penulis punya cerita mengenai kawin lari. Larinya pakai kuda, mengembara di padang sabana, di celah-celah hutan eukaliptus Timor yang tampaknya mirip dengan padang di benua Australia. Asrul spontan berkata ingin memfilemkan cerita itu. Ada kemungkinan ia bosan dengan alam teratur rapi seperti sawah di Jawa dan Bali. Penulis berjanji akan menyerahkannya dalam sebulan.
Dari kamtor mereka yang selalu penuh dengan calon-calon bintang itu, penulis meluncur ke tempatnya Salim Said, hanya untuk ngobrol ngalor-ngidul dan minum wiski. Penulis duduk di kursi putarnya Salim dan sambil minum wiski penulis berkata bahwa ternyata untuk mencari duit dan menjadi kaya itu gampang. Tulis saja skenario seperti punya Ingmar Bergman ini. Gampang Haaa, kita gampang jadi kayaaaa!
Tiba-tiba Arifin C. Noer yang baru datang dari desa keluar dari kamar dan duduk di tikar. Matanya melotot dibalik kacamatanya mendengarkan celoteh orang yang akan jadi kaya karena merasa gampang menulis skenario. Hampir setengah botol wiski masuk merangsang otak dan segala krisis dan derita rumahtangga terlupakan. Selama masa-masa krisis penulis biasa minum wiski antara lain di rumahnya. Salim Said dan di rumahnya Syuman Jaya. Syuman, dalam ayunan alkohol mengatakan bahwa ia bisa berkhotbah dengan bagus tetapi yang penting bagi penulis adalah bahwa ia ingin membuat film tentang Sang Guru, sebuah novel penulis tentang seorang guru di Ternate.
Segalanya berlalu setelah bangun pagi dan memulai hari yang baru. Penulis lupa membawa buku skenario Ingmar Bergman. Tanya pada Salim, ia tidak tahu dan sudah tentu Arifin C.Noer yang menyembunyikan buku itu, buku yang membuat dia menjadi sutradara.
Bertemu Bang Asul ia bersuara keras, “Di mana skenario kawin lari di padang sabana. Kalau beluma da kasih saja treatment-nya. Janji sebulan, sudah setahun…”
Cerita tentang kawin lari ini penulis obrolkan juga kepada almarhum Teguh Karya. Tenguh lain. Mungkin karena lama menunggu maka ia membuat sendiri film bertema kawin lari.
Sebenarnya bukan penulis tak mau menulis skenario untuk Bang Asrul tetapi ceritanya dimulai dari Satyagraha Hoerip yang pada suatu pagi datang ke rumah petak gedek penulis, membawa sebuah skenario cerita yang berjudul Masa-Masa Mahasiswa. Karena ia masih menganggur dan belum bekerja maka ia tak punya uang transpor lalu memerintahkan penulis untuk membonceng dia ke Departemen Penerangan untuk menyerahkan skenarionya.
Akhirnya skenarionya diterima dan Bang Asrul Sani merobah judulnya menjadi Apa Yang Kau Cari Palupi. Satyagraha Hoerip mendapat honor RP 40.000.
Melihat jumlah itu penulis tak acuh pada permintaan Bang Asrul tetapi penulis sibuk menulis sebuah novel yang berjudul Cumbuan Sabana yang dimuat bersambung di Kompas dan dibukukan oleh Penerbit Nusa Indah.
Dunia perfileman Indonesia dimasa Orde Lama sangat melempem. Di awal Orde Baru penulis mengatakan kepada Sdr Hadits, ketua PWI pendahulu Harmoko bahwa sebaiknya PWI mengadakan seminar mengenai dunia perfilman kita. Hadits mengirim proposal ke Deppen, diterima dan berlangsunglah seminar pertama di awal Orde Baru yang kemudian menghasilkan antara lain film bermutu seperti Apa Yang Kau Cari Palupi.
Nyaris habislah tokoh-tokoh film nasional yang penulis kenal dekat. Masih terkenang malam-malam yang dingin dihangati kopi ketika penulis ngobrol dengan Teguh Karya di belakang Hotel Indonesia, entah tentang apa, penulis telah lupa, barangkali tentang Caligula, barangkali tentang manusia absurd yang lebih dari sebuah perpustakaan, tentang ekses absolut, tentang metaphysical suicede, tentang negasi absolut atau mungkin tentang afirmasi absolut. Mungkin juga tentang pengidolaan kuantitas dan melupakan kualitas.
Begitu pula malam terakhir dengan Syuman ketika kami ngobrol tentang pembuatan film Sang Guru ditemani Jasso Winarto dan tiba-tiba muncul Poppy Darsono yang mengeluh bahwa ketika ia mendaki gunung, betisnya digigit nyamuk sehingga membuat penulsi memberi order keras-keras kepada Jasso untuk mencari remason lalu sang Jasso menggosok betis Poppy yang bagus itu dnegan minyak yang baunya menyengit itu. Sering inspirasi timbul dari peristiwa iseng dan lucu begini.
Dan dua pertemuan terakhir dengan Bang Asrul, pertama ketika penulis menghadiri pernikahan putranya dan keduanya ketika adik iparnya Riris Sarumpaet dipromosikan menjadi Profesor di Aula UI, Depok. Dalam kedua pertemuan itu Bang Asrul hanya duduk di atas kursi roda. Dalam setiap pertemuan, penulis selalu merasa bersalah karena janji Kawin Lari yang menjadi Cumbuan Sabana itu kepada seorang yang menghembuskan nafas humanisme universal ke dalam dada penulis sejak lama. Ya, begitulah, Ars Longa Vita Brevis. ***
* Penulis adalah pekerja seni dan anggota Dewan Kesenian Banten.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Azis Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.S. Laksana
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Malik
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adi Prasetyo
Afnan Malay
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Suyudi
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amalia Sulfana
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminullah HA Noor
Andari Karina Anom
Andi Nur Aminah
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Anindita S. Thayf
Anitya Wahdini
Anton Bae
Anton Kurnia
Anung Wendyartaka
Anwar Nuris
Anwari WMK
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arief Budiman
Ariel Heryanto
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Arifi Saiman
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
Ary Wibowo
AS Sumbawi
Asarpin
Asbari N. Krisna
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asti Musman
Atep Kurnia
Atih Ardiansyah
Aulia A Muhammad
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
B. Nawangga Putra
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bakdi Sumanto
Balada
Bale Aksara
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bedah Buku
Beni Setia
Benni Indo
Benny Arnas
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Buku Kritik Sastra
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Butet Kartaredjasa
Cahyo Junaedy
Cak Kandar
Caroline Damanik
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Saifullah
Cornelius Helmy Herlambang
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Sunendar
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Dante Alighieri
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Pramono
Delvi Yandra
Deni Andriana
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewey Setiawan
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hartati
Diana A.V. Sasa
Dianing Widya Yudhistira
Dina Jerphanion
Djadjat Sudradjat
Djasepudin
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Dwijo Maksum
E. M. Cioran
E. Syahputra
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Triono
Elisa Dwi Wardani
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endro Yuwanto
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Esai
Evi Idawati
F Dewi Ria Utari
F. Dewi Ria Utari
Fadlillah Malin Sutan Kayo
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Faruk HT
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fazabinal Alim
Fazar Muhardi
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Frans Ekodhanto
Fransiskus X. Taolin
Franz Kafka
Fuad Nawawi
Gabriel García Márquez
Gde Artawa
Geger Riyanto
Gendhotwukir
Gerakan Surah Buku (GSB)
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gunoto Saparie
Gusty Fahik
H. Rosihan Anwar
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Haris del Hakim
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hasyuda Abadi
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Herdiyan
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman Hasyim
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru Emka
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Humam S Chudori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Tito Sianipar
Ian Ahong Guruh
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IDG Windhu Sancaya
Iffah Nur Arifah
Ignas Kleden
Ignasius S. Roy Tei Seran
Ignatius Haryanto
Ignatius Liliek
Ika Karlina Idris
Ilham Khoiri
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah S. Pratidina
Indiar Manggara
Indra Tranggono
Indrian Koto
Insaf Albert Tarigan
Ipik Tanoyo
Irine Rakhmawati
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Norman
Istiqomatul Hayati
Iswara N Raditya
Iverdixon Tinungki
Iwan Gunadi
Iwan Nurdaya Djafar
Jadid Al Farisy
Jakob Sumardjo
Jamal D. Rahman
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jaya Suprana
Jean-Paul Sartre
JJ. Kusni
Joanito De Saojoao
Jodhi Yudono
John Js
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Ki Panji Kusmin
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Ko Hyeong Ryeol
Koh Young Hun
Komarudin
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Lenah Susianty
Leon Trotsky
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayani
Luhung Sapto Nugroho
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lusiana Indriasari
Lutfi Mardiansyah
M Syakir
M. Faizi
M. Fauzi Sukri
M. Mustafied
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
Made Wianta
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Majalah Budaya Jejak
Makmur Dimila
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Mariana Amiruddin
Martin Aleida
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Media Dunia Sastra
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
Melani Budianta
Mezra E Pellondou
MG. Sungatno
Micky Hidayat
Mikael Johani
Mikhael Dua
Misbahus Surur
Moch Arif Makruf
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohamed Nasser Mohamed
Mohammad Takdir Ilahi
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyidin
Mujtahid
Munawir Aziz
Musa Asy’arie
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N. Mursidi
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naqib Najah
Narudin Pituin
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Neni Ridarineni
Nezar Patria
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Rastiti
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noval Jubbek
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Utami Sari’at Kurniati
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Obrolan
Odhy`s
Okta Adetya
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Otto Sukatno CR
Pablo Neruda
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Pertemuan Mahasiswa
Puji Santosa
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Rahmah Maulidia
Rahmi Hattani
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rambuana
Ramzah Dambul
Raudal Tanjung Banua
Redhitya Wempi Ansori
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Ria Febrina
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Richard Strauss
Rida K Liamsi
Riduan Situmorang
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Rina Mahfuzah Nst
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roland Barthes
Romi Zarman
Romo Jansen Boediantono
Rosidi
Ruslani
S Prana Dharmasta
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Müller
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Saiful Amin Ghofur
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Madany Syani
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sem Purba
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siti Mugi Rahayu
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Sohifur Ridho’i
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Sri Rominah
Sri Wintala Achmad
St. Sularto
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Sudarmoko
Sudaryono
Sudirman
Sugeng Satya Dharma
Suhadi
Sujiwo Tedjo
Sukar
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susilowati
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Buyil
Syaifuddin Gani
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Usman Awang
UU Hamidy
Vinc. Kristianto Batuadji
Vladimir I. Braginsky
W.S. Rendra
Wahib Muthalib
Wahyu Utomo
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weni Suryandari
Wiko Antoni
Wina Karnie
Winarta Adisubrata
Wiwik Widayaningtias
Yanto le Honzo
Yanuar Widodo
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yudhis M. Burhanudin
Yukio Mishima
Yulhasni
Yuli
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusmar Yusuf
Yusri Fajar
Yuswinardi
Yuval Noah Harari
Zaki Zubaidi
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zen Rachmat Sugito
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar