Alexander G.B.
http://www.lampungpost.com/
Zaman berjalan tergesa-gesa. Orang-orang semakin sibuk, jadwal hariannya semakin padat, semakin sedikit waktu luang untuk mempelajari dan menikmati pertunjukan teater. Di sisi lain regenerasi dan transformasi pengetahuan dalam diri teater belum berjalan dengan baik. Teater masih dianggap melulu ekspresi, sesuatu yang berat, rumit dan sulit dipelajari.
Di Lampung hanya sedikit kelompok teater yang mampu memproduksi pementasan secara reguler. Tidak semua sekolah dan perguruan tinggi memiliki kelompok teater yang terus-menerus berproses. Meski teater sudah merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler. Komunitas teater independen yang relatif rajin memproduksi pementasan di lampung tinggal Teater Satu dan Komunitas Berkat Yakin, yang lain timbul tenggelam.
Karena itu teater harus mencari strategi penciptaan dan penghadiran yang lebih sederhana, lebih mudah diterima pelaku dan publiknya. Sehingga teater semakin memasyarakat.
Salah satu jalan keluar yang ditawarkan Komunitas Berkat Yakin Lampung adalah mengembangkan pementasan-pementasan kecil yang durasinya antara 5–20 menit saja. Meskipun pendek, struktur pertunjukan tetap dipertahankan. Tetap ada eksposisi, ada komplikasi-konflik, perkembangan karakter, ada point off attack, ada klimaks, ada resolusi.
Selain mikroteater, dramatik reading bisa menjadi salah satu alternatif juga. Dramatik reading lazim kita temukan sebagai satu tahapan prapementasan. Akan tetapi jika tahap ini benar-benar dikemas dengan baik bukan tidak mungkin bisa menjadi salah satu bentuk penghadiran teater yang menarik. Lengkap dengan karakterisasi tokoh-tokoh yang ada dalam naskah. Hanya tidak diikuti dengan laku dramatik dan setting panggung sebagaimana yang dikehendaki naskah. Teater Garasi Yogyakarta contohnya bahkan telah menggelar Festival Dramatik Reading pada tahun ini.
Strategi penciptaan semacam ini mungkin mendekati sandiwara radio, mendongeng, atau sastra lisan lainnya. Dan saya rasa model ini lebih mudah berkembang karena Lampung punya akar yang kuat untuk konteks sastra lisan. Tetapi dalam konteks pemanggungan, risiko menarik dan tidaknya memang lebih berat dibanding teater maupun mikroteater karena hanya mengandalkan suara aktor-aktor yang membacakan teks tersebut.
***
Jika pada puisi ada hatiku, di prosa ada flash fiction (fiksi mikro), maka di jagat teater ada mikroteater (teater mini). Sebenarnya mikroteater bukan hal asing dalam perkembangan teater dunia. Di Amerika dan Eropa hal ini sudah lazim. Setiap tahun ada perhelatan yang bertajuk Festival Drama Pendek, baik monolog maupun ensemble. Tetapi untuk konteks Lampung, model ini belum berkembang.
Ari Pahala Hutabarat (Direktur Artistik) bersama beberapa aktor KoBER sejak Juni 2010 mencoba cara ini untuk mengatasi hambatan keterbatasan aktor dan metodel pembelajaran aktor-aktornya. Mikro teater adalah pertunjukan yang berdurasi 5 sampai 20 menit. Mikroteater KoBER telah di pentaskan di tiga tempat dan mendapat sambutan dari pelaku-pelaku teater kampus. Selain di Universitas Lampung pada akhir Juli dan Oktober 2010, pada 13 November yang lalu KoBER juga menggelar 2 pementasan mikroteater.
Pada November 2010 hingga Oktober 2011, Komunitas Berkat Yakin Lampung kembali akan menggelar beberapa nomor pertunjukan mikro teater di 10 kabupeten/kota se-Lampung. Pergelaran dengan bentuk teater mini ini merupakan presentasi dari proses keaktoran dan penciptaan teater yang mereka lakukan dan telah berlangsung sejak Juni 2010.
Masing-masing aktor menentukan naskah dan proses penciptaan yang mereka kelola sendiri; dari pemilihan naskah, pengembangan gagasan, struktur/notasi pertunjukan, perwujudan idiom-idiom kreatif sampai strategi dan bentuk presentasi karya di depan publik.
Mikroteater merupakan salah satu strategi penciptaan teater KoBER di masa mendatang dan bisa dikembangkan oleh komunitas lain. Pertunjukan yang pendek tetapi mantap, berkesan, dan dahsyat. Demikian landasan pemikiran mereka ketika menghadirkan wacana mikroteater.
Kerja teater juga makin sederhana tidak perlu dibayang-bayangi ketakutan dengan durasi panjang dan banyaknya pemain. Aktor secara mandiri mengatur lalu lintas ide dan gagasan kreatifnya sendiri. Selain itu sumber teks juga lebih longgar, bisa mengadaptasi dari lakon monolog yang sudah ada, cerpen, atau bahkan puisi. Hal ini bisa menjadi jalan keluar terbatasnya naskah teater di Indonesia, khususnya di Lampung.
Mikroteater juga memberi peluang pelaku teater untuk lebih detail dalam proses penggarapan. Lebih cepat dalam proses pengulangan. Sehingga proses teater lebih disadari. Pertunjukan yang pendek menuntut aktor benar-benar menyadari dan menakar aktingnya. Tidak mengandalkan naluri atau serampangan. Setiap akting yang ada di panggung benar-benar merupakan ekstrasi dari hasil seleksi bentuk-bentuk ekspresi.
***
Dalam dunia pertunjukan, panjang dan pendek durasi pementasan tidak menjadi soal. Yang terpenting adalah apakah pementasan itu bisa dinikmati penonton dengan baik? Apakah pementasan itu bagus (berkualitas)? Bagus dalam artian struktur pementasan tergarap dengan baik, akting aktor-aktornya terukur, pesan teks dalam lakon sampai kepada penonton.
Selanjutnya, mikroteater yang bertumpu pada aktor—keaktoran memungkinkan pementasan dilakukan di mana saja. Di ruang yang kecil, yang tidak didukung fasilitas pertunjukan lengkap pun tetap bisa diberlangsungkan.
Mikroteater bisa menjadi strategi penciptaan teater Indonesia masa depan. Karena selain sederhana, murah, tetapi tidak murahan—tetap berwibawa. Mikroteater juga bisa menjadi solusi terbatasnya aktor, terbatasnya naskah lakon, terbatasnya gedung pertunjukan yang representatif, dan terbatasnya dana atau biaya produksi yang biasanya besar. Pendanaan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menghantui kelompok-kelompok teater amatir ketika hendak berproduksi.
Dari sisi pengetahuan, mikroteater karena berdurasi pendek memungkinkan mengulang-ulang adegannya sampai bagus, sampai aktingnya meyakinkan. Aktor memiliki ruang untuk merancang, melatih aktingnya lebih detail, lebih presisif, lebih terukur, dan lebih halus. Sehingga ketika dipentaskan penonton mendapat suguhan yang sudah terolah dengan baik.
Karena durasi yang pendek, mikroteater menjadi pilihan yang seksi bagi pelaku teater (aktor) untuk membuat pertunjukan yang lebih terencana, tertata, terolah, presisif, dan lebih keren. Isu yang dilontarkan Ari Pahala Hutabarat berangkat dari perlunya, di tengah kehidupan teater di Lampung yang fluktuatif. Seorang aktor membangun kemandiriannya, sekaligus meningkatkan kesadaran akan pentingnya sistem pengetahuan dalam proses berteater. Seorang aktor mesti pintar, harus menyadari setiap akting yang dilakukan.
Mikroteater memberi tantangan bagi para aktor bagaimana dengan ruang yang terbatas (durasi 5—20 menit) tetap mampu menampilkan pertunjukan yang menawan. Pementasan yang pendek menuntut setiap pelaku menyusun sistem pengetahuan yang telah didapat dalam serangkaian proses dan peristiwa teater yang dilakoninya. Dengan kata lain mengambil pengetahuan dari pengalaman. Saat menguasai pengetahuan (keaktoran tertentu), seorang aktor telah membangun kemandiriannya.
Nah, dengan munculnya mikroteater, kelompok-kelompok teater tidak perlu kehabisan ide untuk membuat sebuah pementasan. Banyak persoalan yang bisa dituntaskan dengan mikroteater.
Alexander G.B., anggota Komunitas Berkat Yakin, Lampung
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Azis Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.S. Laksana
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Malik
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adi Prasetyo
Afnan Malay
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Suyudi
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amalia Sulfana
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminullah HA Noor
Andari Karina Anom
Andi Nur Aminah
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Anindita S. Thayf
Anitya Wahdini
Anton Bae
Anton Kurnia
Anung Wendyartaka
Anwar Nuris
Anwari WMK
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arief Budiman
Ariel Heryanto
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Arifi Saiman
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
Ary Wibowo
AS Sumbawi
Asarpin
Asbari N. Krisna
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asti Musman
Atep Kurnia
Atih Ardiansyah
Aulia A Muhammad
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
B. Nawangga Putra
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bakdi Sumanto
Balada
Bale Aksara
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bedah Buku
Beni Setia
Benni Indo
Benny Arnas
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Buku Kritik Sastra
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Butet Kartaredjasa
Cahyo Junaedy
Cak Kandar
Caroline Damanik
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Saifullah
Cornelius Helmy Herlambang
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Sunendar
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Dante Alighieri
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Pramono
Delvi Yandra
Deni Andriana
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewey Setiawan
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hartati
Diana A.V. Sasa
Dianing Widya Yudhistira
Dina Jerphanion
Djadjat Sudradjat
Djasepudin
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Dwijo Maksum
E. M. Cioran
E. Syahputra
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Triono
Elisa Dwi Wardani
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endro Yuwanto
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Esai
Evi Idawati
F Dewi Ria Utari
F. Dewi Ria Utari
Fadlillah Malin Sutan Kayo
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Faruk HT
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fazabinal Alim
Fazar Muhardi
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Frans Ekodhanto
Fransiskus X. Taolin
Franz Kafka
Fuad Nawawi
Gabriel García Márquez
Gde Artawa
Geger Riyanto
Gendhotwukir
Gerakan Surah Buku (GSB)
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gunoto Saparie
Gusty Fahik
H. Rosihan Anwar
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Haris del Hakim
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hasyuda Abadi
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Herdiyan
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman Hasyim
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru Emka
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Humam S Chudori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Tito Sianipar
Ian Ahong Guruh
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IDG Windhu Sancaya
Iffah Nur Arifah
Ignas Kleden
Ignasius S. Roy Tei Seran
Ignatius Haryanto
Ignatius Liliek
Ika Karlina Idris
Ilham Khoiri
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah S. Pratidina
Indiar Manggara
Indra Tranggono
Indrian Koto
Insaf Albert Tarigan
Ipik Tanoyo
Irine Rakhmawati
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Norman
Istiqomatul Hayati
Iswara N Raditya
Iverdixon Tinungki
Iwan Gunadi
Iwan Nurdaya Djafar
Jadid Al Farisy
Jakob Sumardjo
Jamal D. Rahman
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jaya Suprana
Jean-Paul Sartre
JJ. Kusni
Joanito De Saojoao
Jodhi Yudono
John Js
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Ki Panji Kusmin
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Ko Hyeong Ryeol
Koh Young Hun
Komarudin
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Lenah Susianty
Leon Trotsky
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayani
Luhung Sapto Nugroho
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lusiana Indriasari
Lutfi Mardiansyah
M Syakir
M. Faizi
M. Fauzi Sukri
M. Mustafied
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
Made Wianta
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Majalah Budaya Jejak
Makmur Dimila
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Mariana Amiruddin
Martin Aleida
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Media Dunia Sastra
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
Melani Budianta
Mezra E Pellondou
MG. Sungatno
Micky Hidayat
Mikael Johani
Mikhael Dua
Misbahus Surur
Moch Arif Makruf
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohamed Nasser Mohamed
Mohammad Takdir Ilahi
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyidin
Mujtahid
Munawir Aziz
Musa Asy’arie
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N. Mursidi
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naqib Najah
Narudin Pituin
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Neni Ridarineni
Nezar Patria
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Rastiti
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noval Jubbek
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Utami Sari’at Kurniati
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Obrolan
Odhy`s
Okta Adetya
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Otto Sukatno CR
Pablo Neruda
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Pertemuan Mahasiswa
Puji Santosa
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Rahmah Maulidia
Rahmi Hattani
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rambuana
Ramzah Dambul
Raudal Tanjung Banua
Redhitya Wempi Ansori
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Ria Febrina
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Richard Strauss
Rida K Liamsi
Riduan Situmorang
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Rina Mahfuzah Nst
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roland Barthes
Romi Zarman
Romo Jansen Boediantono
Rosidi
Ruslani
S Prana Dharmasta
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Müller
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Saiful Amin Ghofur
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Madany Syani
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sem Purba
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siti Mugi Rahayu
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Sohifur Ridho’i
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Sri Rominah
Sri Wintala Achmad
St. Sularto
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Sudarmoko
Sudaryono
Sudirman
Sugeng Satya Dharma
Suhadi
Sujiwo Tedjo
Sukar
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susilowati
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Buyil
Syaifuddin Gani
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Usman Awang
UU Hamidy
Vinc. Kristianto Batuadji
Vladimir I. Braginsky
W.S. Rendra
Wahib Muthalib
Wahyu Utomo
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weni Suryandari
Wiko Antoni
Wina Karnie
Winarta Adisubrata
Wiwik Widayaningtias
Yanto le Honzo
Yanuar Widodo
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yudhis M. Burhanudin
Yukio Mishima
Yulhasni
Yuli
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusmar Yusuf
Yusri Fajar
Yuswinardi
Yuval Noah Harari
Zaki Zubaidi
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zen Rachmat Sugito
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar