Senin, 06 Desember 2010

Hal Ihwal Mikroteater

Alexander G.B.
http://www.lampungpost.com/

Zaman berjalan tergesa-gesa. Orang-orang semakin sibuk, jadwal hariannya semakin padat, semakin sedikit waktu luang untuk mempelajari dan menikmati pertunjukan teater. Di sisi lain regenerasi dan transformasi pengetahuan dalam diri teater belum berjalan dengan baik. Teater masih dianggap melulu ekspresi, sesuatu yang berat, rumit dan sulit dipelajari.

Di Lampung hanya sedikit kelompok teater yang mampu memproduksi pementasan secara reguler. Tidak semua sekolah dan perguruan tinggi memiliki kelompok teater yang terus-menerus berproses. Meski teater sudah merupakan salah satu kegiatan ekstrakurikuler. Komunitas teater independen yang relatif rajin memproduksi pementasan di lampung tinggal Teater Satu dan Komunitas Berkat Yakin, yang lain timbul tenggelam.

Karena itu teater harus mencari strategi penciptaan dan penghadiran yang lebih sederhana, lebih mudah diterima pelaku dan publiknya. Sehingga teater semakin memasyarakat.

Salah satu jalan keluar yang ditawarkan Komunitas Berkat Yakin Lampung adalah mengembangkan pementasan-pementasan kecil yang durasinya antara 5–20 menit saja. Meskipun pendek, struktur pertunjukan tetap dipertahankan. Tetap ada eksposisi, ada komplikasi-konflik, perkembangan karakter, ada point off attack, ada klimaks, ada resolusi.

Selain mikroteater, dramatik reading bisa menjadi salah satu alternatif juga. Dramatik reading lazim kita temukan sebagai satu tahapan prapementasan. Akan tetapi jika tahap ini benar-benar dikemas dengan baik bukan tidak mungkin bisa menjadi salah satu bentuk penghadiran teater yang menarik. Lengkap dengan karakterisasi tokoh-tokoh yang ada dalam naskah. Hanya tidak diikuti dengan laku dramatik dan setting panggung sebagaimana yang dikehendaki naskah. Teater Garasi Yogyakarta contohnya bahkan telah menggelar Festival Dramatik Reading pada tahun ini.

Strategi penciptaan semacam ini mungkin mendekati sandiwara radio, mendongeng, atau sastra lisan lainnya. Dan saya rasa model ini lebih mudah berkembang karena Lampung punya akar yang kuat untuk konteks sastra lisan. Tetapi dalam konteks pemanggungan, risiko menarik dan tidaknya memang lebih berat dibanding teater maupun mikroteater karena hanya mengandalkan suara aktor-aktor yang membacakan teks tersebut.

***

Jika pada puisi ada hatiku, di prosa ada flash fiction (fiksi mikro), maka di jagat teater ada mikroteater (teater mini). Sebenarnya mikroteater bukan hal asing dalam perkembangan teater dunia. Di Amerika dan Eropa hal ini sudah lazim. Setiap tahun ada perhelatan yang bertajuk Festival Drama Pendek, baik monolog maupun ensemble. Tetapi untuk konteks Lampung, model ini belum berkembang.

Ari Pahala Hutabarat (Direktur Artistik) bersama beberapa aktor KoBER sejak Juni 2010 mencoba cara ini untuk mengatasi hambatan keterbatasan aktor dan metodel pembelajaran aktor-aktornya. Mikro teater adalah pertunjukan yang berdurasi 5 sampai 20 menit. Mikroteater KoBER telah di pentaskan di tiga tempat dan mendapat sambutan dari pelaku-pelaku teater kampus. Selain di Universitas Lampung pada akhir Juli dan Oktober 2010, pada 13 November yang lalu KoBER juga menggelar 2 pementasan mikroteater.

Pada November 2010 hingga Oktober 2011, Komunitas Berkat Yakin Lampung kembali akan menggelar beberapa nomor pertunjukan mikro teater di 10 kabupeten/kota se-Lampung. Pergelaran dengan bentuk teater mini ini merupakan presentasi dari proses keaktoran dan penciptaan teater yang mereka lakukan dan telah berlangsung sejak Juni 2010.

Masing-masing aktor menentukan naskah dan proses penciptaan yang mereka kelola sendiri; dari pemilihan naskah, pengembangan gagasan, struktur/notasi pertunjukan, perwujudan idiom-idiom kreatif sampai strategi dan bentuk presentasi karya di depan publik.

Mikroteater merupakan salah satu strategi penciptaan teater KoBER di masa mendatang dan bisa dikembangkan oleh komunitas lain. Pertunjukan yang pendek tetapi mantap, berkesan, dan dahsyat. Demikian landasan pemikiran mereka ketika menghadirkan wacana mikroteater.

Kerja teater juga makin sederhana tidak perlu dibayang-bayangi ketakutan dengan durasi panjang dan banyaknya pemain. Aktor secara mandiri mengatur lalu lintas ide dan gagasan kreatifnya sendiri. Selain itu sumber teks juga lebih longgar, bisa mengadaptasi dari lakon monolog yang sudah ada, cerpen, atau bahkan puisi. Hal ini bisa menjadi jalan keluar terbatasnya naskah teater di Indonesia, khususnya di Lampung.

Mikroteater juga memberi peluang pelaku teater untuk lebih detail dalam proses penggarapan. Lebih cepat dalam proses pengulangan. Sehingga proses teater lebih disadari. Pertunjukan yang pendek menuntut aktor benar-benar menyadari dan menakar aktingnya. Tidak mengandalkan naluri atau serampangan. Setiap akting yang ada di panggung benar-benar merupakan ekstrasi dari hasil seleksi bentuk-bentuk ekspresi.

***

Dalam dunia pertunjukan, panjang dan pendek durasi pementasan tidak menjadi soal. Yang terpenting adalah apakah pementasan itu bisa dinikmati penonton dengan baik? Apakah pementasan itu bagus (berkualitas)? Bagus dalam artian struktur pementasan tergarap dengan baik, akting aktor-aktornya terukur, pesan teks dalam lakon sampai kepada penonton.

Selanjutnya, mikroteater yang bertumpu pada aktor—keaktoran memungkinkan pementasan dilakukan di mana saja. Di ruang yang kecil, yang tidak didukung fasilitas pertunjukan lengkap pun tetap bisa diberlangsungkan.

Mikroteater bisa menjadi strategi penciptaan teater Indonesia masa depan. Karena selain sederhana, murah, tetapi tidak murahan—tetap berwibawa. Mikroteater juga bisa menjadi solusi terbatasnya aktor, terbatasnya naskah lakon, terbatasnya gedung pertunjukan yang representatif, dan terbatasnya dana atau biaya produksi yang biasanya besar. Pendanaan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menghantui kelompok-kelompok teater amatir ketika hendak berproduksi.

Dari sisi pengetahuan, mikroteater karena berdurasi pendek memungkinkan mengulang-ulang adegannya sampai bagus, sampai aktingnya meyakinkan. Aktor memiliki ruang untuk merancang, melatih aktingnya lebih detail, lebih presisif, lebih terukur, dan lebih halus. Sehingga ketika dipentaskan penonton mendapat suguhan yang sudah terolah dengan baik.

Karena durasi yang pendek, mikroteater menjadi pilihan yang seksi bagi pelaku teater (aktor) untuk membuat pertunjukan yang lebih terencana, tertata, terolah, presisif, dan lebih keren. Isu yang dilontarkan Ari Pahala Hutabarat berangkat dari perlunya, di tengah kehidupan teater di Lampung yang fluktuatif. Seorang aktor membangun kemandiriannya, sekaligus meningkatkan kesadaran akan pentingnya sistem pengetahuan dalam proses berteater. Seorang aktor mesti pintar, harus menyadari setiap akting yang dilakukan.

Mikroteater memberi tantangan bagi para aktor bagaimana dengan ruang yang terbatas (durasi 5—20 menit) tetap mampu menampilkan pertunjukan yang menawan. Pementasan yang pendek menuntut setiap pelaku menyusun sistem pengetahuan yang telah didapat dalam serangkaian proses dan peristiwa teater yang dilakoninya. Dengan kata lain mengambil pengetahuan dari pengalaman. Saat menguasai pengetahuan (keaktoran tertentu), seorang aktor telah membangun kemandiriannya.

Nah, dengan munculnya mikroteater, kelompok-kelompok teater tidak perlu kehabisan ide untuk membuat sebuah pementasan. Banyak persoalan yang bisa dituntaskan dengan mikroteater.

Alexander G.B., anggota Komunitas Berkat Yakin, Lampung

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati