Senin, 13 Desember 2010

Intelektual, Pencerahan, dan Keadilan

Ruslani
http://suaramerdeka.com/

ADA berita menggembirakan di antara berita-berita tidak sedap tentang para pejabat dan anggota parlemen kita. Apakah itu? Salah seorang putra terbaik Indonesia, Anies Rasyid Baswedan, masuk dalam daftar ”100 Tokoh Intelektual Dunia” versi majalah Foreign Policy edisi April 2008.

Anies Baswedan merupakan satu-satunya tokoh Indonesia yang namanya bersanding bersama para tokoh intelektual dunia semisal Yusuf Qardhawi, Muhammad Yunus, Samuel Huntington, Gary Kasparov, Naom Chomsky, dan Francis Fukuyama.

Mereka dianggap Foreign Policy sebagai ”pemikir-pemikir yang mempertajam kualitas zaman ini”. Pemikiran introspektif mereka mampu memberi sumbangan penting bagi pencerahan dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang masing-masing. Dalam konteks zaman terkini, kaum intelektual telah menjadi salah satu aktor utama yang berperan penting dalam memengaruhi perilaku sosial, politik, budaya, bahkan ekonomi masyarakat modern.

Lewat ilmu pengetahuan yang dimiliki, kaum intelektual berusaha menata dunia serapi dan seteratur mungkin dalam laci-laci kategori. Hasrat inilah yang mendorong ilmu pengetahuan terus memperbaiki diri, mempertajam klasifikasi-klasifikasi yang sudah ada.

Dari aturan inilah muncul kategori-kategori sains mengenai baik dan buruk, aman dan berbahaya, superior dan inferior, bahkan juga boleh dan tidak boleh. Dalam konteks ini, sains tak hanya berkutat pada masalah logis-ilmiah, tetapi juga sudah memasuki wilayah etika dan tatanan sosial.

Ihwal Intelektual

Julien Benda dalam bukunya La Trahison de Clercs (1975), menggambarkan kaum intelektual dalam sosok yang sangat ideal. Yaitu semua orang yang kegiatan utamanya bukanlah mengejar tujuan-tujuan praktis, melainkan mencari kebahagiaan dalam mengolah seni, ilmu, maupun renungan metafisik. Mereka adalah para ilmuwan, filsuf, seniman, dan ahli metafisika yang mendapat kepuasan dalam penerapan ilmu pengetahuan, bukan dalam penyerapan hasil-hasilnya.

Pandangan Benda mengenai kaum intelektual itu merupakan elaborasi dari kondisi kaum intelektual ideal masa lalu, seperti Thomas Aquinas, Roger Bacon, Galileo, Descartes, Pascal, Leibniz, Kepler, Newton, Voltaire, dan Montesquieu.

Kaum intelektual adalah para moralis yang kegiatan utamanya melakukan perlawanan terhadap realisme massa, yaitu kecenderungan awam untuk menuruti kehendak-kehendak pribadi yang bersifat sesaat. Berkat kaum intelektual inilah, menurut Benda, meski selama 2.000 tahun umat manusia berbuat jahat, tapi mereka tetap menghormati yang baik.

Berbeda dengan Benda, Antonio Gramsci memiliki gambaran lebih realistik mengenai kaum intelektual. Dalam bukunya, Selections from Prison Notebooks (1978), Gramsci mengatakan ”semua manusia adalah intelektual, tetapi tidak semua orang dalam masyarakat memiliki fungsi intelektual”.

Lebih jauh, Gramsci mengelompokkan dua jenis intelektual. Pertama, intelektual tradisional, seperti guru, ulama, dan administrator. Mereka secara terus-menerus melakukan hal yang sama, dari generasi ke generasi. Kedua, intelektual organik, yaitu kalangan profesional.

Intelektual jenis kedua ini adalah mereka yang begitu saja menyuarakan kepentingan sebuah kelas atau gerakan ideologis. Mereka seringkali bukan merupakan intelektual murni, tidak bebas dari pamrih, bahkan bersedia menjual keterampilan mereka kepada yang mau membayar. Mereka tidak integrated.

Sementara Edward W Said dalam Representations of Intellectual (1995) mendefinisikan bahwa kaum intelektual adalah ”pencipta sebuah bahasa yang mengatakan kebenaran kepada penguasa”. Ya, seorang intelektual harus mengatakan apa yang dianggapnya benar, entah sesuai atau tidak sesuai dengan kuasa-kuasa yang ada.

intelektual lebih cenderung ke oposisi daripada akomodasi. ”Dosa” paling besar bagi seorang intelektual adalah apabila ia tahu apa yang seharusnya dikatakan, tetapi ia menghindar dan tidak mengatakannya. Ia tidak pernah boleh mau mengabdi kepada mereka yang berkuasa. Ia hanya bersedia mengabdi kepada kebenaran, keadilan, dan hati nurani.

Intelektual merupakan individu yang dikaruniai bakat untuk merepresentasikan dan mengartikulasikan pesan, pandangan, sikap atau filsafat kepada publik. Ketika mengartikulasikan bakat itu, intelektual selalu bermotivasi untuk menggugah kesadaran kritis orang lain.

Dengan demikian, orang lain menjadi berani menghadapi ortodoksi, dogma, serta tak gampang dikooptasi pemerintah atau korporasi. Intelektual adalah seseorang yang mempunyai bakat mengkomunikasikan ide emansipatoris dan mencerahkan.

Intelektual dan UN

Sayangnya, berita tentang Anies Baswedan yang masuk daftar ”100 Tokoh Intelektual Dunia” itu datang hampir bersamaan dengan pelaksanaan Ujian Nasional (UN) yang sarat dengan nuansa pembodohan dan ketidakjujuran. Para pendidik dan siswa dipaksa untuk mengikuti kebijakan sentralistik di tengah iklim demokrasi yang menjunjung tinggi kebebasan, otonomi, dan tanggung jawab individu.

Banyak siswa yang depresi menjelang UN. Banyak kecurangan yang terjadi selama pelaksanaan UN, mulai dari kebocoran soal, penyebaran kunci jawaban via SMS, hingga jual-beli salinan soal dan kunci jawaban. Namun Pemerintah lewat Mendiknas Bambang Sudibyo tetap keukeuh dan menganggap UN tahun ini jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.

Karenanya, salah satu tugas berat kaum intelekual saat ini adalah berbicara kebenaran kepada penguasa. Seperti dikatakan Naom Chomsky dalam Language and Politics (1988), salah satu tugas terpenting intelektual adalah ”mengungkap kebohongan-kebohongan pemerintah, menganalisa tindakan-tindakannya sesuai dengan penyebab, motif, serta maksud-maksud yang tersembunyi di balik tindakan-tindakan itu”.

Intelektual tidak boleh netral atau bebas nilai. Mereka harus berpihak, yaitu kepada kelompok lemah yang tak terwakili, kepada rakyat kecil yang sering menjadi korban kekuasaan korup dan tidak adil. Intelektual harus peka terhadap nasib mereka yang tertindas, serta menempatkan diri sejajar dengan kaum lemah yang tersisihkan dan tak terwakili.

Untuk itu, kaum intelektual harus siap menghadapi risiko apa pun, termasuk berseberangan dengan kekuasaan. Sebab yang dibutuhkan intelektual dalam memerangi realitas yang menindas bukanlah sikap akomodatif terhadap kekuasaan, melainkan oposisi.

Dalam hal ini, Sartre mengingatkan kita akan tanggung jawab intelektual dengan menggunakan idiom kepenulisan dan sastra. Dalam What is Literature? (1947), Sartre menyatakan intelektual-penulis dalam setiap karyanya harus mengusulkan pembebasan konkret berdasarkan situasi tertentu. Sastra bisa menjadi alat ampuh untuk membebaskan pembaca dari alienasi yang berkembang pada situasi tertentu.

Kehidupan kaum intelektual pada hakikatnya terkait dengan pengetahuan dan kebebasan. Pertanyaan dasar yang diajukan seorang intelektual adalah, bagaimana orang mengatakan kebenaran? Kebenaran apa? Bagi siapa dan di mana?

Karenanya, intelektual tidak bisa menjadi milik siapa-siapa. Dan karena itu, dia sering dianggap berbahaya oleh kekuasaan yang korup dan menindas. Karena keterlibatannya kepada kebenaran, seorang intelektual justru tidak dapat dan tidak boleh menjual diri pada pihak mana pun.

Kaum intelektual harus berpihak pada kebenaran dan keadilan. Itu berarti mereka harus membela nilai-nilai kemanusiaan, kebenaran, dan keadilan bagi siapa saja dan di mana saja, tanpa harus membedakan unsur suku, agama, ras, partai, maupun golongan.

*) Ruslani, direktur Pusat Kajian Agama dan Budaya (Puskab), tinggal di Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati