Rabu, 24 November 2010

Sebuah Pertemuan dan Kegelisahan

Judul: Pelacur Para Dewa
Penulis: Pranita Dewi
Tebal: i-xi, 94 halaman
Penerbit: Komunitas Bambu
Terbit: Agustus 2006
Peresensi: Gde Artawa
http://www.balipost.co.id/

PERJALANAN kreativitas sastra, khususnya di Bali, selalu diwarnai kejutan. Umbu Landu Paranggi “sang penjaga gawang” apresiasi sastra Bali Post mencatat, selalu saja ada yang menarik pada tiap babak perjalanan kreativitas sastra, khususnya puisi. Di belantara perjalanan anak sekolahan, pada kekuatan anak-anak muda, terekam jelas dalam memori Umbu sebagai tonggak historis sebuah perjalanan yang tentu sangat memerlukan kesetiaan. Kesetiaan itu akan teruji secara normatif oleh sang waktu menyangkut kemampuan bertahan atau menyerah untuk berkarya.

Dewan juri lomba penulisan puisi yang digelar Balai Bahasa tahun 2004 dikejutkan dengan kehadiran 603 puisi dari 240 penulis. Di samping kejutan secara kuantitatif, juri dipertemukan dengan anak muda bernama Pranita Dewi. Puisinya berjudul “Tuhan Langit Begitu Kosong” berhasil meyakinkan juri untuk terpilih jadi juara I. Intensitas, selektivitas dalam memilih medium sebagai alat ungkap, keliaran metaforis dan keberanian mengadopsi hasil renungan tematik sekaligus mengekspresikan dengan kedalaman rasa, menempatkan puisi Pranita menjadi pilihan juri.

Ada keliaran tersendiri pada Pranita yang selanjutnya mengajak pembaca untuk merasakan ada kegelisahan lain terjadi pada Pranita. Ia merasakan betul kalau pergulatannya dengan puisi berawal dari gesekan pergaulan kreatif, bagaimana personal dan komunitas di luar dirinya memberi energi untuk menjatuhkan pilihan jadi penulis puisi di antara pilihan-pilihan lain. Negeri ini seakan dipenuhi potret anak sekolahan yang agak terpinggirkan dari kesulitan dan kemendesakan hidup sebagaimana tiap detik dengan bangga disodorkan media penyiaran publik.

Sulit membayangkan ada anak muda yang berani memilih jalan kehidupan puitik seperti Pranita. Di luar dirinya agak jarang terbebani kesempatan untuk melakoni hidup secara kontemplatif di tengah desakan pola hidup instan dan ruang di luar dirinya yang berlomba-lomba menawarkan cara agar bisa memanjakan mereka. Hasil dari pilihan inilah yang barangkali mulai bisa dipetik Pranita dengan kumpulan puisi pertamanya, “Pelacur Para Dewa” (PPD), di samping sebelumnya beberapa puisinya ikut terhimpun dalam “Tuhan Langit Begitu Kosong” (2004), “Maha Duka Aceh” (2005), “Dian Sastro for Presiden! End of Trilogy” (2005), dan “Negeri Terluka, Surat Putih 3″ (2005).

PPD jadi menarik karena dari pemilihan judulnya, disadari atau tidak, tampak ambiguitas atau kemenduaan semantis yang mengesankan ada kontradiksi sifat subjek garapan, yang agak nyeleneh. Yang lazim terjadi, pemilihan judul sebuah kumpulan puisi bisa berangkat dari dua cara. Pertama, mengambil salah satu judul puisi untuk dijadikan judul kumpulan. Kedua, judul kumpulan puisi dipasang tidak dari salah satu judul puisi tetapi memberi gambaran sekilas keseluruhan tematik puisi-puisi di dalamnya.

Lakukan Terobosan

Semula, membaca judul “Pelacur Para Dewa”, pembaca dihadapkan pada jalinan komunikasi bahwa ada teks yang mewacanakan sejumlah subjek (para dewa) yang memiliki pelacur. Lebih lanjut bergulir pemaknaan untuk dilacak konsep dewa yang dimaksud dan konsep pelacur yang dimaksud.

Dari kerangka kesasatraan, dimana aspek referensi yang diacunya jelas yang segera membedakan antara teks sastra dan nonsastra segera bisa diusut ke mana kemauan Pranita dengan memilih judul kumpulan puisinya PPD melalui perjalanan pertemuan dengan 61 puisinya yang terangkum dalam PPD. Ternyata, Pranita melakukan terobosan bahwa judul kumpulan puisinya merupakan judul tersendiri yang berhimpitan dengan salah satu judul puisinya.

Pengakuan Pranita di awal kumpulan puisinya menyiratkan bahwa Pranita sendiri telah melakukan penyimpangan, menjadikan puisi sebagai pilihan hidup dan diyakini sebagai penyelamat kehidupannya. Muncul pertanyaan, sedemikian terdesakkah Pranita oleh gempuran kehidupan sehingga ia memilih puisi sebagai penyelamat? Pada tatanan religiositas, ada kesahajaan dan sikap rendah hati Pranita di mata penciptanya. Pranita dengan gigih mencapai identitas diri dan sebagai perempuan muda Bali dalam pencarian ia mempertaruhkan tubuhnya.

Selain “Aku Pelacur Para Dewa”, puisi-puisi lain menunjukkan upaya pertemuan intuitif melalui deskripsi lirik Pranita dengan yang kuasa, di antaranya “Ilusi Ilahi”, “Tuhan Tenggelam dalam Kelam”, “Tubuhmu-tubuhku Milik Waktu”, “Kau Hanya Debu Waktu”, “Boneka Tuhan”, “Kau Zaiarahi Tubuhku”, “Tuhan Pecah”, “Tuhan Langit Begitu Kosong”, “Rambutmu Dewi”, dan “Nuh Mengapa Kau Tak Datang Kali Ini?”.

Sebagian besar puisi Pranita dalam PPD menunjukkan terjadi upaya melakukan eksibisi leksikal: suatu upaya menggunakan kata, frase, kalimat untuk kepentingan deskripsi berupa pemaparan liar untuk menunjukkan sifat liris dari bahasa yang digunakan. Puisi-puisi Pranita tidak sekadar mimetik, tetapi sudah terlihat upaya merekonstruksi “dunia” baru yang mulanya personal jadi impersonal.

Ruang teks berlaku sebagai prinsip pengorganisasian untuk membuat tanda-tanda semantis keluar dari hal-hal ketatabahasaan yang sesungguhnya secara linguistik tak ada artinya, misalnya dengan simitri (keseimbangan) rima, anyambemen, ekuivalensi makna dan homologues (persamaan posisi dalam bait).

Puisi-puisi Pranita lebih banyak beranjak dari konvensi puisi lirik yang ditandai oleh konvensi jarak dan deiksis (distance and deiksis). Di situ terdapat deiksis yaitu kata-kata yang penunjukkan berubah-ubah sesuai dengan siapa pembicara, saat dan tempat diucapkannya kata-kata itu. Dominasi pemakaian kata ganti “aku”, “kau”, menunjukkan dua kemungkinan: yaitu representasi dari personal Pranita sebagai mencipta, penutur, yang lain merepresentasikan siapa saja, “aku” liris. Atau “kau” liris.

Begitulah. Benar yang diucapkan Pranita, pertemuannya dengan puisi membuat hidup dan hari-harinya terasa lebih indah, segar, dan mampu memandang dunia secara berbeda. Jika kemudian PPD ikut meramaikan blantika penulisan puisi di tanah air, paling tidak, semoga saja komunitas masyarakat sastra untuk mencoba memandang dunia juga dengan cara berbeda.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati