Senin, 08 November 2010

Gola Gong, Jangan Ditiru!

Makmur Dimila
http://blog.harian-aceh.com/

Ketika berusia 41 tahun, Gola Gong yang mulai bertangan satu sejak berusia 10 tahun menulis autobiografinya. Ia merasa setengah hati menulisnya, namun hati lelaki bernama asli Heri Hendrayana H itu berteriak terus.

Tangan kanannya tak kuasa menahan gejolak jiwa. Kelima jarinya tak mau diam. “Aku ingin dibaca! Aku ingin dibaca!” Begitu batinnya saat itu, mengenang sebuah nama idamannya: Multatuli, nama pena dari Eduard Douwes Dekker , pengarang novel hebat Max Havelaar. Di mana di pengantar novel itu, Multatuli menggoreskan kata sakti, “Ya, aku bakal dibaca!”.

Meski bertangan satu, Golang Gong sangat percaya diri menjalani hidupnya hingga ia menjadi seorang penulis hebat. Semula, ia bercita-cita ingin menjagi guru. Karena menurutnya guru adalah pekerjaan mulia. Hanya saja saat rezim Soeharto, banyak peraturan yang memojokkan orang cacat. “Jadi guru tidak boleh cacat,” kata Soeharto.

Namun karena kedua orang tuanya guru, maka ia lebih memilih bertualang, di mana setiap hasil pertualangan fisik, batin, dan otaknya akan dituangkan ke dalam tulisan. Hingga ia menghasilkan banyak karya, terutama novel. Balada Si Roy, adalah novel serial remajanya yang sangat diburu saat itu. Ia berkisah kehidupan seorang petualang dengan kelelakiannya yang amat kuat, sehingga banyak anak muda terinspirasi oleh karyanya. Gola Gong mengetik naskah novel yang diterbitkan 10 jilid pada 1989-1994 oleh Gramedia Pustaka Utama itu dengan menggunakan mesin tik hadiah ayahnya.

Pada 1986, saat usianya masih 23 tahun, Gola Gong meninggalkan kuliahnya di Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran hanya untuk menggenggam dunia, menjelajahi Nusantara. Ia jenuh dengan teori melulu. Ia pun berhasil mengunjungi suku Dani di Pegunungan Jayawijaya, Lembah Belien, Papua. Pada suku itu ia banyak belajar tentang kesederhanaan dan kebijaksanaan bahwa alam adalah bagian dari dirinya.

Dan suatu pagi di pertengahan 1986, ia terdampar di Kota Manise, Ambon ketika melanjutkan pertualangannya jelajahi Nusantara. Lalu dari Tolehu ia menyebrang ke Amahai sampai ke Pulau Geser. Ia sempat mampir di suku terasing, Nowaulu. Dari Pulau Geser ia naik kapal perintis ke Fakfak, Irian. Kemudian menyusuri pantai Pulau Seram dengan berjalan kaki selama sebulan. Dari pertualangan itu, ia banyak menemukan hal baru, rasa kesetiakawanan yang tinggi dari penduduk Pulau Seram.

Setiap kemalaman ia mengetuk pintu mereka yang terbuat darin pohon sagu. Lalu mereka membuka puntu dan menjamunya dengan bubur sagu dan kari ikan. Padahal secara suku dan agama Gola Gong dengan mereka berbeda, namun ia diterima dengan baik.

Pada 1990, Gola Gong bersepeda dari Kuala Lumpur-Malacca-Bangkok. Dia membeli sepeda di Kuala Lumpur dengan uang pembekalan ayahnya. Dan menjual lagi ketik tiba di Khao San, Bangkok, karena sulit menyusuri Myanmar dengan bersepeda. Ia mengayuh sepeda dengan tangan satu, melalui kelok-kelokan, tanjakan, dan turunan. Tidur di masjid-masjid sepanjang Malaysia dan di wat-wat perjalanan menuju Thailand.

Setelah puas mengelilingi Nusantara, pada 1990-1991 Gola Gong melakukan perjalanan jurnalistik menyusuri beberapa negara Asia: Serawak, Singapura, Malaysia, Thailand, Laos, Myanmar, Bangladesh, India, Nepal, dan Paikistan. Setiap melewati negara-negara itu, ia menuliskan catatan perjalanan. Kemudian dikirim ke pemimpin redaksi majalah Anita Cemerlang (sudah tutup sekarang) melalui jasa pos. Catatannya itu dimuat bersambung di majalah tersebut hinggga pada 1992 dibukukan dan diterbitkan Puspa Swara dengan judul Perjalanan Asia. Dari hasil pertualangan itu semua, ia menuliskan pengalamannya dalam beragam jenis karya sastra.

Puncak hidup Gola Gong digapai pada 3 Maret 2002, saat ia meresmikan Rumah Dunia, yaitu pusat belajar yang berlokasi di halaman belakang rumahnya, seluas 1.000 meter persegi. Rumah Dunia itu diperuntukkan bagi anak-anak, pelajar, dan mahasiswa. Gratis. Mereka bisa belajar sastra, jurnalistik, seni rupa, dan teater. Adalah visi Rumah Dunia itu untuk mencerdaskan dan membentuk generasi baru yang cerdas dan kritis.

Ternyata, pengarang bertangan satu itu juga lihai bermain bulu tangkis. Saat masih di SMP dan SMA, Gola Gong dikenal sebagai pebulutangkis handal di Banten. Ia menjadi tim utusan sekolah mewakili kota Serang di tingkat Jawa Barat. Bahkan ia mengumpulkan banyak prestasi pada 1986. Ia mengikuti Fespic Games (Far East South and Pasific Games), pestanya olahraga cacat se-Asia Pasifik. Ia meraih juara single, double, dan beregu putra. Dan pada 1990, ia menyabet emas double dan beregu putra di kejuaraan Fespic Games, Kobe, Jepang.

Masa SMA (1980-1982), Gola Gong membuat majalah kumpulan cerpen (kumcer) seperti Anita Cemerlang, Aneka Yess dan Annida. Cerpenis dan ilustratornya adalah dia sendiri. Ia menggunakan nama samaran, Aris H.R. dan Gino Fhikalqees sebagai nama cerpenis. Di halaman pertama majalah itu, ia bubuhi kata pengantar dari pengarang hebat saat itu, Edi D. Iskandar serta tanda tangannya. Majalah yang disebearkan di sekolahnya SMAN 1 Serang langsung mendapat jempol manis dari kawan-kawannya ketika membaca kata penagantar “palsu” itu.

Hobinya ketika SMP (1977-1979) lain lagi, ia membuat komik silat. Ia menggabar tokoh-tokoh silat favoritnya dengan cat air, seperti Bruce Lee, Fu Shen, Chen Kuan Tai, dan Yasuaki Kurata. Cerita dan dialognya dia bikin sendiri. Di samping itu, jika teman kecilnya belajar dan mengerjakan PR, ia malah menonton bioskop hampir setiap malam.

Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, Gola Gong sudah gemar membaca buku dan alam semesta. Ia juga suka menonton film. Selain koran dan majalah, ia suka membaca komik-komik semisal Pangeran Kodok, Kisah 1001 Malam, dongeng pewayangan dan lain-lain, berdasarkan anjuran orangtuanya. Dia juga gemar menonton film TV favorit seperti Tarzan, Zorro, Batman dan Robin, Superman, The Lone Ranger hingga Jendral Kancil yang diperankan Ahmad Albar.

“Membaca itu seperti tenaga dalam yang dimiliki oleh para jagoan kungfu di flim-film silat. Semakin tinggi tenaga dalamnya, semakin hebat ilmu yang dimiliki. Marahimin menulis, membaca adalah sarana utama menuju ke keterampilan menulis.” Tulis Gola Gong dalam buku memoarnya, Menggenggam Dunia, Bukuku, Hatiku.

Usai membaca dan menonton itu semua, pikirannya merangasang. Ia pun ingin menjadi seperti tokoh pahlawan dalam cerita-cerita itu. Tak hanya itu, ia juga merasakan dirinya pada setiap apa yang dilihat di kehidupan. Gola Gong pun ingin bertualang, ingin mengelilingi dan menggenggam dunia.

Pada 5 Oktober 1973 di Serang, Gola Gong kecil menikmati prajurit merayakan Hari ABRI yang melakukan atraksi terjun payung. Mereka berjatuhan di alun-alun. Ada juga yang nyangkut di pohon asam. Dipicu oleh atraksi itu dan sedang mewabahnya film Jendral Kancil, maka Gola Gong beserta kawan-kawan sekompleksnya mulai merebut pengaruh. Harus ada pemimpin di antara mereka, karena semua ingin menjadi Jendral Kancil. Lalu mereka bersepakat, harus ada “casting”. Siapa yang berani naik pohon pete Cina dan melompat dari ketinggian, dan siapa yang paling tinggi dialah yang berhak menyabet gelar Jendral Kancil. Dan yang berani melakukannya saat itu hanyalah Gola Gong dan seorang kawannya.

Hingga dua kali lompatan, setinggi 2 meter, belum ada yang gugur di antara keduanya. Kemudian Gola Gong mencoba pada ketinggian 3 meter. Namun ia terpeleset akibat ketakutan yang ditimbulkan oleh hadirnya angin kencang, sehingga ia jatuh kurang tepat. Alhasil, sikut kirinya lepas dari engselnya. Dia merasakan sakit yang luar biasa. Beberapa hari setelah insiden itu, tangan kirinya harus diamputasi. Sejak itu lah ia bertangan satu. Hop! Yang satu ini, “jangan ditiru!”[]

Mahasiswa KPI-Jurnalistik Fakultas Dakwah IAIN Ar-Raniry

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati