Rabu, 08 September 2010

Novel Seks Gaarder

Bagja Hidayat
http://www.ruangbaca.com/

Terasa lokal, karena penerjemahnya terkena sindrom “refleksologi untuk”.

Setiap terjemahan, apalagi di ladang sastra, selalu membawa soal yang tak tuntas tentang seberapa jauh ia memindahkan pelbagai anasir di belakang kata-kata. Sebab menerjemahkan tak sekadar mengalihkan bahasa. Tapi, bagaimanapun, sebuah terjemahan selalu merupakan input penting bagi kebudayaan.

Karena menurut Ignas Kleden, dengan menukil selarik syair Emily Dickinson, setiap terjemahan adalah surat yang ditulis ke arah siapa saja dan menyentuh arah siapa saja. Ada orang yang khawatir karyanya diterjemahkan. Umberto Eco dan Milan Kundera salah duanya.

Ketika mengomentari terjemahan Inggris Il nome della rosa, Eco menyebut penerjemahnya —dengan meminjam pemeo Italia—sebagai pengkhianat. Sebuah metafora, tentu saja. Kundera mencak-mencak ketika membaca terjemahan Inggris The Castle, Franz Kafka.

Penerjemah novel itu, kata dia, terjangkit semacam synonymizing reflex. Sejak dari judul, novel Gaarder Gaarder ini diterjemahkan tak bersetia pada teks asli. Tetapi tambahan Lelaki Penjual Dongeng membuat judul ini mencerminkan kisah pokok yang ditulis Gaarder.

Novel ini memang seluruhnya bercerita tentang Petter, laki-laki yang kepalanya dipenuhi oleh imajinasi liar. Hasil terjemahannya kurang mengalir. Paragraf pertama Bab I bahkan bisa mematahkan reputasi Gaarder sebagai penulis “bergaransi bacaan bermutu.”

“Saya rasa, masa kecil saya bahagia. Tidak demikian pendapat Ibu. Bahkan sebelum Petter masuk sekolah, Ibu telah mendengar tentang perilakunya yang sangat idak ramah.” Siapakah saya? Setelah beberapa halaman, kita baru tahu saya di sana dipanggil Petter. Aduh.

Gunting penyunting juga kurang jeli. Penerjemah novel ini terkena sindrom “refleksologi untuk”—”penyakit” yang juga menjangkiti sebagian besar wartawan Indonesia. Dalam 394 halaman, setidaknya ada 90 kata “untuk” yang dipasang sia-sia. Seandainya penyunting bisa tega membabat “untuk” dalam kalimat yang tak memerlukannya, tuturan terjemahan ini bisa lebih mengalir.

Baiklah. Novel ini sesungguhnya amat menarik. Ini novel “dewasa” pertama Gaarder yang diindonesiakan. Ada Vita Brevis (Jalasutra, 2005) yang mengungkap percintaan Aurelius Agustinus sebelum jadi santo dengan Floria Aemilia.

Tapi Vita Brevis bukan karya asli Gaarder. Penulis Norwegia ini menerjemahkan sebuah perkamen tua yang ditemukan di Argentina. Juga Maya yang ditulis untuk pembaca dewasa, tapi belum diterjemahkan. Selebihnya adalah novel anak-anak, dalam arti novel yang dituturkan anak-anak atau remaja berumur 13-15 tahun.

Dunia Sophie, Misteri Soliter, Gadis Jeruk memakai kacamata ini. Putri Sirkus—yang tetap ditulis dengan gaya khas Gaarder dengan menyuguhkan cerita dalam cerita—merupakan biografi Petter yang tinggal di Oslo pada kurun 1950 hingga akhir 1990. Ada beberapa adegan seks yang ditulis dengan gamblang —hal yang tak dijumpai dalam novel-novelnya yang lain.

Petter bahkan digambarkan sebagai remaja yang tidur dengan perempuan mana saja tanpa ingin menikah. Dari sekian perempuan yang ditidurinya, Maria paling mengesankan Petter. Maria sanggup mengejutkan Petter dengan meminta anak dari benihnya, dengan satu syarat anak itu tak boleh punya ingatan tentang ayahnya.

Merekapun hidup bersama menanti kehamilan. Selama hubungan itu, Petter tak henti-hentinya menceritakan pelbagai kisah yang ia karang sendiri. Maria selalu terpesona mendengarnya hingga hamil lalu melahirkan anak perempuan dan pindah ke lain negara. Gelegak imajinasi Petter membuatnya seringkali tersiksa.

Ia mengaku kepalanya selalu dipenuhi oleh bermacam suara. “Mereka menggunakan sel-sel otakku untuk saling berbicara satu dengan yang lain,” katanya. Setiap kali suara itu muncul, seorang lelaki semeter elalu berada di sekelilingnya.

Lelaki yang hanya ada dalam penglihatannya itu mendorong Petter terus berimajinasi hingga otaknya tak lagi bisa menampung cerita-cerita. Ia meringankan siksaan itu dengan duduk dan menulis. Kebiasaan dan bakat Petter itu kelak menuntun hidupnya bergaul dengan para penulis. Ia menjual ringkasan-ringkasan cerita kepada para penulis yang sedang kehabisan ide untuk dijadikan novel.

Petter kaya raya dengan bisnisnya itu. Petter menamai sendiri usahanya itu dengan Bantuan bagi Penulis (Writers Aid). Saking banyaknya cerita yang telah ia jual, Petter lupa cerita apa saja yang telah dijualnya kepada penulis yang sedang mengajaknya ngobrol.

Dari banyak cerita itu, Petter sendiri terkesan oleh kisah tentang Panina Manina. Versi pertama yang ia ceritakan kepada Maria, Panina adalah anak seorang pemimpin sirkus yang tersesat di hutan lalu bertemu dengan perempuan tua. Setelah besar Panina menjadi pemain sirkus ayahnya sendiri tanpa keduanya tahu mereka bapak dan anak.

Ketika cerita ini dijual, versinya berubah-ubah meski Panina tetap menjadi anak yang tak mengenal pemimpin sirkus tempatnya bermain sebagai ayah kandungnya. Usaha Petter akhirnya terbongkar juga. Cerita Panina mengguncang sastra Norwegia setelah dibukukan.

Dalam waktu yang hampir sama, di Jerman juga terbit buku dengan cerita sama yang ditulis Wilhelmine Wittman. Penulis yang tak dikenal Petter itu juga menulis cerita lain yang versinya hanya didengarkan kepada Maria. Petter curiga penulis itu nama samaran Maria, atau nama anaknya yang ketika dipertemukan dengan Petter hanya dipanggil Poppet.

Nyawa Petter pun terancam. Ia dituding sebagai pemasok ide para penulis. Sebuah koran Italia dengan jelas menulis soal kesamaan pelbagai cerita itu. Petter pun sembunyi ke Amalfi di Italia setelah menghadiri pameran buku Frankfurt. Di sana ia didatangi oleh Beate, seorang perempuan asing yang mengajaknya bercinta.

Petter bergidik karena Beate yang misterius tahu cerita-ceritanya. Ia curiga Beate tak lain adalah Poppet, anaknya sendiri. Karena didera rasa takut, Petter memberikan semua ceritanya kepada Beate, lalu melupakannya. Ia ingin kembali menjadi orang biasa “yang bisa melihat burung- burung, pohonan dan mendengar tawa anak kecil.”

Bukan Gaarder jika tak menyusupkan ajaran filsafat ke dalam cerita- ceritanya. Sejak Dunia Sophie yang merupakan diktat filsafat yang funky, Gaarder tak lagi secara pedagogis memasukkan unsur filsafat. Dalam novel ini rumusan tentang konsep ruang dan waktu amat kental. Meski hanya tersirat, kisah hidup Petter mendedahkan perdebatan klasik tentang takdir.

Petter merasa hidupnya sudah ditentukan tanpa bisa dikendalikan. Hidupnya bergerak menemui kejadiankejadian yang ada di masa depan tanpa sanggup ia sangkal. Zeno, Ouspensky, Iqbal hingga Einstein telah berusaha mengungkap soal misteri takdir dalam karier mereka sebagai para sophies.

Dengan begitu, untunglah, kompleksitas cerita imajinatif Gaarder mengimpaskan sejumlah masalah teknis terjemahan novel ini.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati