Sabtu, 11 September 2010

KETIKA CATATAN SEJARAH DIBINGKAI ROMANTISME

Diana A.V. Sasa
http://dianasasa.blogspot.com/

Melihat kepiawaiannya mengaduk-aduk emosi pembaca melalui alur cerita yang runtut dan mengugah dalam Tetralogi Pulau Buru (Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, Rumah Kaca) –yang ditulis dengan gaya tutur roman-, menilik ketekunan dan kegigihannya dalam menyunting dan menyusun pelbagai sumber sejarah hingga menjadi karya Sang Pemula dan Panggil Aku Kartini Saja-yang merupakan karya non fiksi-, maka buku Jalan Raya Pos, Jalan Daendels nampaknya merupakan sebuah karya yang disusun untuk menggabungkan gaya keduanya tapi justru kehilangan arah penulisan yang jelas.

Jalan Raya Pos, Jalan Daendels, demikian judul yang tertera di sampul depan dengan ilustrasi sebuah latar belakang aktivitas kerja rodi, sebuah peta, dan seorang kumpeni menaiki kuda. Pada ringkasan disampul belakang dan pengantar penerbit di awal tulisan -entah mengapa tak ada pengantar penulis seperti pada karya-karya Pram yang lain- melalui Jalan Raya Pos, Jalan Daendels ini,Pram ingin menuturkan kembali sisi paling kelam pembangunan jalan yang beraspalkan darah dan airmata manusia Pribumi itu. Sebuah upaya memberikan sumbangan catatan sejarah pada dunia dengan menjahit-jahit serangkaian catatan perjalanan, beberapa hasil wawancara singkat, buku dan jurnal sejarah, ensiklopedi, serta beberapa surat kabar. Judul yang mengusik ingatan dan pengantar yang satir ini membuat keinginan untuk segera mengetahui fakta-fakta sejarah yang akan dituturkan serasa menyeruak begitu besar.

Diawali dengan sub judul Blora-Rembang, Pram mencoba memberikan sebuah gambaran ringkas mengenai Jalan Raya Pos atau Jalan Daendels. Jalan yang membentang sejauh 1000km dari Anyer sampai Panarukan ini dibangun pada 1809 oleh Maarschalk en Gouverneur General Mr. Herman Willem Daendels melalui penjatahan pada para bupati yang wilayahnya dilalui jalan ini. Sebenarnya Daendels tidak sepenuhnya membangun, pada beberapa ruas, dia hanya sekedar melebarkan karena jalan itu sudah ada sejak jaman kerajaan Majapahit. Selama masa pembangunan itu, ribuan nyawa warga pribumi melayang karena kelelahan,kelaparan, dan terserang malaria. Di bagian ini Pram juga menuliskan kenangan masa kecilnya seputar kota Blora-Rembang dan pengetahuan awalnya semasa sekolah mengenai jalan Daendels.

Kemudian dilanjutkan dengan sub bab Lasem, Pram mengulas lebih banyak-masih secara umum- tentang sejarah kebesaran kota Lasem, fakta-fakta mengenai Daendels-mulai dari ikhwal kedatangannya ke Indonesia yang tanpa dokumen, fakta bahwa dia adalah utusan negara Perancis yang sedang menguasai Belanda, sampai caranya memimpin yang kasar dan serampangan-,gagasan awal mengapa Jalan Raya Pos dibangun, berikut tahap pembangunannya. Setelah itu kemudian dilanjutkan dengan sub bab Anyer. Bab ini lebih banyak mengulas mengenai kedatangan awal Daendels ke Jawa. Dilanjutkan kemudian dengan sub bab Cilegon, Banten, serang, dan kota-kota lain yang dilalui jalan Daendels sampai Panarukan. Tidak jelas mengapa pembagian bab dimulai dari Blora dan bukan Anyer seperti mula jalan ini berujung. Karena disebutkan diawal bahwa ini adalah sebuah catatan perjalanan, barangkali perjalanan itu dimulai dari Blora. Tidak jelas kemudian dilanjutkan kemana setelahnya. Hal ini membuat kerancuan pengertian karena pada tiap bab itu tidak semuanya membahas tentang jalan Daendels secara mendalam. Ada yang hanya sekedar catatan sejarah yang berhasil diingat(dihimpun?) penulis, ada juga yang sekedar penjelasan letak geografis secara umum (sekian kilometer ke utara/barat/timur dll). Semestinya, pembahasan mengenai Blora, Rembang, dan Lasem yang panjang lebar itu tidak berada di awal, melainkan di tengah, tepat ketika membahas jalan yang melalui kota itu. Ini lah kelemahan awal buku ini.

Buku setebal 148 halaman dengan ukuran 13 x 20cm ini disusun dengan tipografi dan layout yang tepat. Pemilihan jenis huruf, ukuran huruf, jarak tiap baris, hingga jumlah baris pada tiap halaman nampak diperhitungkan betul sehingga memunculkan irama membaca yang tidak memerlukan kening berkerut atau mata menyipit. Cara bertutur Pram dalam karya ini juga sangat mudah dipahami, dan sebagai sebuah catatan sejarah, buku ini tidak terlalu berat untuk dibaca, bahkan bisa dibaca saat santai atau menjelang tidur. Pram mengajak ingatan pembaca untuk melompat-lompat pada beberapa peristiwa sejarah yang pernah terjadi di kota-kota yang di lalui jalan Daendels itu. Kemudian sesekali di giring pada pengalaman pribadinya di kota itu. Terkadang Pram juga menyisipkan informasi ’unik’ yang tak ada hubungannya dengan bahasan, seperti bahwa Matahari,mata-mata yang terkenal itu ternyata lahir di Priangan(anda pasti bingung jika tak pernah tau siapa itu Matahari). Jika tidak terlalu serius, maka tak ada masalah dengan buku ini, tapi jika kita sedang serius dan ingin menggali data lebih banyak mengenai jalan Daendels, maka ’lompatan-lompatan’ itu akan sangat mengganggu konsistensi perunutan.

Pada halaman akhir dilampirkan beberapa sumber tulisan, sehingga nampak bahwa karya ini ilmiah. Akan tetapi sumber itu tidak benar-benar dirujuk, hanya sekedar dicantumkan saja. Jadi tidak jelas pada bagian mana sumber itu memberi kontribusi pada tulisan di dalam buku. Tidak ada foot note, apa lagi referensi. Sehingga, jika kita ingin menggali data lebih banyak, kita harus membaca sumber data itu lebih jauh-yang mayoritas berbahasa asing.

Ada juga dilampirkan sebuah peta kuno, tapi tak banyak membantu karena nyaris tak terbaca. Ketika mencoba merunutkan jalur jalan itu pada peta modern, terjadi kebingungan ketika menemukan beberapa persimpangan jalan alternatif. Jadi tidak ada gambaran jelas, apakah jalan itu masih ada menginggat perubahan luas wilayah selama kurang lebih 2 abad itu cukup signifikan. Kota-kota seperti Anyer, Lasem,Surabaya adalah kota yang paling banyak berubah. Karena bencana, karena kondisi alam, atau juga karena pembangunan. Di Surabaya misalnya, tidak jelas yang mana Jalan Daendels yang menghubungkan Tambak langon-Gresik-Surabaya dan Sidoarjo itu, karena memang saat ini ada beberapa jalur yang menghubungkan. Ketika disebut Wonokromo, semakin bingung dibuatnya, karena Wonokromo kini telah menjadi bagian dari Surabaya dan Tambaklangun masuk wilayah Gresik. Tidak ada informasi akurat mengenai hal ini. Demikian pula dengan jalur Tuban-Gresik. Ada dua jalur yang bisa ditempuh, dan jika merunut info dari Pram, maka jalurnya bukanlah jalan yang sering dilalui jalur trayek kendaraan umum, melainkan jalur alternatif yang melalui tanjung kodok (itu jika persepsi dan pemahaman saya benar). Ketidakjelasan ini dikarenakan, semakin kebelakang, bahasan dari tiap bab semakin seadanya,informasi mengenai jalan Daendels juga minim, lebih banyak sejarah secara umum tentang kota itu, seakan hanya apa yang terlintas di ingatan saja yang diungkapkan. Kisah genosida yang sejak awal didengungkan, tidak banyak diungkap pada bagian-bagian akhir. Hanya secuil informasi diawal-awal penulisan bahwa pada beberapa ruas, terjadi kematian pekerja besar-besaran karena kelelahan,kelaparan, dan juga karena serangan Malaria. Bupati-bupati yang tidak dapat memenuhi target pembangunan, kepalanya dipenggal dan digantung di atas pohon sepanjang jalan. Juga kekejaman Daendels dalam memaksa rakyat pribumi menyerahkan tanahnya untuk dijadikan jalan tanpa kompensasi dan kewajiban mereka untuk turut membangun, melebarkan, meninggikan jalan di wilayahnya. Sebagai referensi sejarah, yang di dedikasikan pada dunia, kelemahan detil informasi ini bisa vital karena menyangkut informasi yang akan disampaikan pada generasi mendatang.

Dengan sebuah kalimat “saya tidak pernah berjalan diatas bumi Panarukan” Pram mengakhiri penuturannya. Sebuah akhiran yang semakin membuat rancu ketika karya ini sering disebut-dan dinyatakan sendiri oleh penyusun- sebagai catatan perjalanan.
Jika catatan perjalanan, maka perjalanan dari mana ke mana. Dari Blora ke Rembang atau Lasem? Jakarta- Bogor? Anyer-Bandung? Jakarta-Surabaya? Tidak jelas. Jika yang dimaksudkan adalah perjalanan hidup Pram, maka buku ini tengah kesulitan mencari genrenya.

Terlepas dari segala kelemahan tersebut, karya Pram ini-jika benar ini adalah karya Pram dan bukan sekedar serpihan catatan Pram yang dipadukan dengan beberapa sumber- telah memberikan masukan sejarah yang berharga bagi negeri ini. Karena memang tak banyak yang peduli pada sejarah yang tlah terlupakan. Dan Pram adalah satu diantara yang tidak banyak itu. Apresiasi tetap kita berikan karena harus diakui,ini mungkin satu-satunya sumber yang membahas mengenai jalan ini dalam bahasa Indonesia. Lagipula Jalan Raya Pos,Jalan Daendels memang bukan catatan sejarah yang serius seperti Sang Pemula, ini hanya sebuah catatan dari sekumpulan data sejarah dan romantisme perjalanan. Informasinya juga sudah cukup layak untuk dijadikan pengingat tentang kebesaran dan sejarah kota-kota yang dilaluinya. Hendaknya buku ini menjadi pijakan awal bagi generasi selanjutnya untuk menyusun literasi yang lebih komprehensif, terstruktur baik, dan ilmiah mengenai Jalan Raya Pos, Jalan Daendels. Sebuah jalan yang telah membawa pengaruh perubahan besar di sektor ekonomi, budaya, dan sosial bangsa ini hingga sekarang. Sehingga nanti akan ada sebuah literasi sejarah yang bisa lebih layak untuk dijadikan referensi pelajaran sejarah formal yang selama ini hanya berpaku pada satu sumber. Maka anak cucu kita akan mendapat informasi yang tepat mengenai sejarah bangsanya. Dan tidak sekali-sekali melupakannya.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati