Dr Junaidi
http://www.riaupos.com/
Realitas sosial yang kita hadapi sering tidak sesuai dengan harapan orang kebanyakan orang.
Ketidaksesuaian realitas dengan harapan cenderung menimbulkan ketidakpuasan dan rasa ketidakpuasan itu mendorong orang untuk melakukan tindakan yang bersifat kontra terhadap realitas, misalnya dengan melakukan demonstasi kepada para pemimpin, penguasa, pejabat, anggota dewan, dan manajemen perusahaan. Bahkan ada teori yang menyatakan bahwa kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa cenderung menyimpang dari ketentuan yang berlaku akibat syahwat kekuasaan sering sulit untuk dikendalikan.
Kasus korupsi dan penyelewengan lainnya merupakan akibat dari kekuasaan yang terlepas dari kontrolnya. Disebabkan adanya potensi penyeleuangan itulah kekuasaan itu perlu dikontrol oleh masyarakat dengan cara menyampaikan kritikan kepada pihak penguasa. Meskipun peran kontrol terhadap kekuasaan telah diberikan kepada lembaga-lembaga tertentu yang ditetapkan melalui undang-undang, peran kontrol sosial dari masyarakat tetap harus dijalankan sebab kadang-kadang lembaga-lembaga yang ditunjuk itu juga melakukan penyimpangan. Kontrol sosial masyarakat harus terus dilakukan sebab Negara bukan hanya milik pemimpin, penguasa, pejabat, dan aparat tetapi juga miliki semua rakyat. Semua elemen bertanggung jawab terhadap nasib bangsa ini. Salah satu wujud dari rasa tanggung jawab masyarakat terhadap bangsa ini adalah menyampaikan kritikan yang konstruktif untuk membangun bangsa ini.
Fungsi Sosial Karya Sastra
Kritikan dapat disampaikan secara langsung kepada penguasa dengan berkirim surat, demonstrasi, pidato, wawancara, sms, Facebook, email, dan media lainnya. Dalam era keterbukaan sekarang ini setiap orang bebas untuk menyampaikan kritikan dan aspirasi kepada pemerintah. Sesungguhnya ada satu media lagi yang berperan penting dalam penyampaian kritik sosial, yakni karya sastra. Di Indonesia, sejak zaman Belanda, Jepang, Revolusi, Orde Baru, dan Reformsi selalu saja ada karya sastra yang diarahkan untuk mengkritik pemerintahan yang berkuasa. Di Riau pun, juga banyak karya sastra yang berisikan kritikan terhadap dominasi Pemerintah Pusat dan para penguasa yang tidak berpihak kepada rakyat. Karya sastra dijadikan salah satu media alternatif untuk menyampaikan “pemberontakan” terhadap realitas kehidupan yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat.
Jika karya sastra digunakan sebagai media untuk menyampaikan kritik terhadap realitas sosial yang tidak berpihak kepada kepentingan masyarakat, maka karya sastra sesungguhnya memiliki fungsi sosial. Fungsi sosial karya sastra diwujudkan dengan cara memberikan respons terhadap fungsi-fungsi kekuasan yang dilakukan oleh para pemimpin. Respons yang diberikan karya sastra dalam bentuk kritik sosial yang diarahkan kepada pemimpin yang tidak bersungguh-bersungguh dalam membela kepentingan rakyat. Pesan-pesan yang disampaikan melalui karya sastra memberikan peringatan kepada orang-orang yang telah melakukan penyalahgunaan kekuasaan. Fungsi sosial karya sastra ini diharapkan dapat memberikan penyadaran kepada manusia untuk melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi kepentingan orang banyak.
Mengkritik dengan Indah
Sastra itu seni dan seni itu indah. Dengan demikian sastra itu selalu dihubungan dengan kreativitas yang berkaitan dengan keindahan. Meskipun sastra identik dengan keindahan, dunia sastra tidak hanya berbicara tentang keindahan, makna hidup, cinta, dan kasih sayang. Banyak karya sastra berisi tentang gagasan-gagasan perlawanan yang ditujukan kepada para pemimpin, pemerintah, dan realitas sosial yang dipandang tidak sesuai dengan harapan dan kepentingan masyarakat. Ini bermakna bahwa di dalam keindahan karya sastra ada kekuatan yang dapat digunakan untuk menyampaikan penolakan, kritikan dan pemberontakan. Penolakan tidak harus disampaikan dengan brutal, anarkis, dan kasar.
Tetapi penolakan juga bisa disampaikan dengan bahasa yang santun, indah, dan perlambangan. Kekuatan yang dipancarkan karya sastra dalam menyampaikan kritikan seperti “mencubit tapi tidak sakit”. Kekuatan “cupitan” karya sastra tidak menyakitkan tetapi dapat meresap ke dalam diri manusia sehingga pelan-pelan ia dapat menyadarkan manusia. Kekuatan karya sastra bermain dalam alam spiritual atau jiwa manusia sehingga pesan yang sampaikannya akan lebih mengarah kepada hati nurani manusia. Bila ini terjadi, kritikan yang disampaikan melalui karya sastra akan menyadarkan manusia.
Salah satu ciri karya sastra adalah penggunaan bahasa perlambangan. Bahasa perlampangan digunakan untuk menyampaikan sebuah pesan dengan menggunakan ungkapan lain. Bahasa perlambahan bersifat tidak langsung sehingga harus dimaknai pula secara konotatif dengan merenungkan secara mendalam makna kata yang digunakan dalam karya sastra. Bahasa perlambangan yang terdapat dalam karya sastra efektif digunakan untuk menyampaikan kritikan kepada penguasa sebab bahasa perlambangan mengandung makna yang lebih mendalam dari pada bahasa sehari-hari. Kedalaman makna bahasa perlambangan membuat pesan yang disampaikan lebih masuk ke dalam jiwa orang yang dikritik.
Sastra dan Ekpresi Kebebasan
Karya sastra terlahir dari suatu proses penciptaan yang dilakukan manusia. Karya sastra itu hasil kreativitas manusia dan tentu saja bukan ciptaan alam apalagi Tuhan. Kalau kitap suci jelas ciptaan Tuhan tetapi karya sastra hasil perenungan dan pemikiran manusia. Sastra itu sendiri merupakan ekspresi dari dalam diri manusia sehingga sastra itu cenderung bersifat bebas. Dalam dunia sastra orang mempunyai hak untuk menyampaikan sesuatu. Tidak perlu ada persetujuan orang lain untuk menyampaikan ekspresi melalui sastra. Orang boleh mengungkapkan apapun dalam sastra. Anggapan yang menyatakan bahwa bahwa karya sastra sebagai fiksi semakin memperkuat keberadaan sastra sebagai karya imajinatif. Dengan kemampuan imajinatinya, penulis sastra menyampaikan gagasannya secara bebas tanpa harus merujuk dengan realitas. Dengan demikian, tingkat kebenaran sastra itu bersifat artifisial. Kebenaran sastra tidak harus sesuai dengan fakta. Kebenaran sastra adalah kebenaran yang dibuat dan direkaya sedemikian rupa agar karya sastra itu tampak lebih menarik. Meskipun kebenaran yang terdapat dalam karya sastra dibuat-buat, karya sastra tetap mempunyai kekuatan dalam memberikan kesadaran terhadap realitas sosial sesungguhnya yang dihadapi manusia.
Karya sastra ditulis bukan untuk menyampaikan fakta atau menguangkap realitas sebenarnya. Tetapi fakta atau realitas bisa menjadi bahan atau gagasan untuk proses penciptaan karya sastra. Bahan dasar karya sastra tetap segala sesuatu yang terdapat di jagad raya ini. Bahan dasar inilah yang kemudian diolah manusia dengan potensi kreativitas yang dimiliknya.
Kegiatan kreativitas sastra sering dikaitkan dengan kebebasan. Perhatiankanlah penampilan seorang sastrawan. Seorang sastrawan cenderung mempunyai karakter yang khas dan ia biasanya tidak terlalu peduli dengan pandangan orang terhadap penampilannya. Kekhasan karakter yang dimiliki seorang sastrawan merupakan wujud dari konsep kebebasan berekspresi yang dimilikinya. Konsep kebebasan berekspresi ini pula yang menyebabkan karya sastra mengandung gagasan-gagasan bebas yang tidak terikat. Sifat bebas ini pula yang mendorong penulis karya sastra untuk mengyampaikan kritik sosial. Dalam kehidupan nyata kita sering tidak bebas untuk menyampaikan kritik terhadap kondisi yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat. Kita harus hati-hati mengkritik presiden, pemimpin dan pemerintah sebab bisa-bisa kita ditangkap polisii karena dianggap menyebarkan fitnah dan melawan pemerintah. Tetapi bila kritik disampaikan dengan karya sastra, kemungkinan kita akan lebih aman sebab karya sastra dianggap bersifat fiksi, imajinatif, dan dibuat-buat. Beruntunglah kita bila karya sastra dianggap seperti itu sebab akan lebih memudahkan sastrawan untuk menyampaikan kritik sosial yang lebih tajam.
Bila saluran resmi untuk menyampaikan pendapat, kritikan, dan gagasan telah ditutup maka karya sastra menjadi media alternatif untuk menyambaikan itu. Bila berpikir logis tidak lagi dihargai, maka karya sastra menjadi media alternatif yang bersifat intuitif dan imajinatif dalam menyampaikan kebenaran dalam kehidupan manusia. Bila para penguasa tidak peduli lagi dengan kritikan yang disampaikan secara langsung, maka karya sastra menjadi media alternatif untuk menyampaikan kritik secara perlambangan. Dan bila mereka juga tidak peduli dengan sindiran dan kritikan dengan bahasa perlambangan, berarti hati mereka telah buta. Meskipun hati mereka buta, karya sastra menjalankan fungsi sosialnya dengan menyampaikan kritik terhadap kondisi yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat.***
Dr Junaidi adalah Dekan Fakultas Ilmu Budaya Unilak dan Dosen S-2 Ilmu Komunikasi UMRI. Telah menulis tiga buku telaah sastra dan budaya. Tinggal di Pekanbaru.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
A Rodhi Murtadho
A. Azis Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.S. Laksana
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Malik
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Adi Prasetyo
Afnan Malay
Afrizal Malna
Afthonul Afif
Aguk Irawan M.N.
Agus B. Harianto
Agus Himawan
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Sunyoto
Agus Wibowo
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musthofa Haroen
Ahmad Suyudi
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Alexander G.B.
Almania Rohmah
Alunk Estohank
Amalia Sulfana
Amien Wangsitalaja
Aming Aminoedhin
Aminullah HA Noor
Andari Karina Anom
Andi Nur Aminah
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Anindita S. Thayf
Anitya Wahdini
Anton Bae
Anton Kurnia
Anung Wendyartaka
Anwar Nuris
Anwari WMK
Aprinus Salam
APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia
Ardus M Sawega
Arie MP Tamba
Arief Budiman
Ariel Heryanto
Arif Saifudin Yudistira
Arif Zulkifli
Arifi Saiman
Aris Kurniawan
Arman A.Z.
Arsyad Indradi
Arti Bumi Intaran
Ary Wibowo
AS Sumbawi
Asarpin
Asbari N. Krisna
Asep Salahudin
Asep Sambodja
Asti Musman
Atep Kurnia
Atih Ardiansyah
Aulia A Muhammad
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
B. Nawangga Putra
Badaruddin Amir
Bagja Hidayat
Bakdi Sumanto
Balada
Bale Aksara
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bedah Buku
Beni Setia
Benni Indo
Benny Arnas
Benny Benke
Bentara Budaya Yogyakarta
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Bonari Nabonenar
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman S. Hartoyo
Buku Kritik Sastra
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Butet Kartaredjasa
Cahyo Junaedy
Cak Kandar
Caroline Damanik
Catatan
Cecep Syamsul Hari
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chamim Kohari
Chavchay Saifullah
Cornelius Helmy Herlambang
D. Zawawi Imron
Dad Murniah
Dadang Sunendar
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Dante Alighieri
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Pramono
Delvi Yandra
Deni Andriana
Denny Mizhar
Dessy Wahyuni
Dewan Kesenian Lamongan (DKL)
Dewey Setiawan
Dewi Rina Cahyani
Dewi Sri Utami
Dian Hartati
Diana A.V. Sasa
Dianing Widya Yudhistira
Dina Jerphanion
Djadjat Sudradjat
Djasepudin
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dodiek Adyttya Dwiwanto
Dody Kristianto
Donny Anggoro
Donny Syofyan
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr Junaidi
Dudi Rustandi
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwicipta
Dwijo Maksum
E. M. Cioran
E. Syahputra
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Darmoko
Eko Hendrawan Sofyan
Eko Triono
Elisa Dwi Wardani
Ellyn Novellin
Elokdyah Meswati
Emha Ainun Nadjib
Endro Yuwanto
Eriyanti
Erwin Edhi Prasetya
Esai
Evi Idawati
F Dewi Ria Utari
F. Dewi Ria Utari
Fadlillah Malin Sutan Kayo
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Fajar Alayubi
Fakhrunnas MA Jabbar
Fanani Rahman
Faruk HT
Fatah Yasin Noor
Fatkhul Anas
Fazabinal Alim
Fazar Muhardi
Felix K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Frans Ekodhanto
Fransiskus X. Taolin
Franz Kafka
Fuad Nawawi
Gabriel García Márquez
Gde Artawa
Geger Riyanto
Gendhotwukir
Gerakan Surah Buku (GSB)
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gufran A. Ibrahim
Gunoto Saparie
Gusty Fahik
H. Rosihan Anwar
H.B. Jassin
Hadi Napster
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamsad Rangkuti
Han Gagas
Haris del Hakim
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Hasyuda Abadi
Hawe Setiawan
Helvy Tiana Rosa
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Herdiyan
Heri KLM
Heri Latief
Heri Ruslan
Herman Hasyim
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Herry Lamongan
Heru Emka
Hikmat Gumelar
Holy Adib
Hudan Hidayat
Humam S Chudori
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Tito Sianipar
Ian Ahong Guruh
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
IDG Windhu Sancaya
Iffah Nur Arifah
Ignas Kleden
Ignasius S. Roy Tei Seran
Ignatius Haryanto
Ignatius Liliek
Ika Karlina Idris
Ilham Khoiri
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah S. Pratidina
Indiar Manggara
Indra Tranggono
Indrian Koto
Insaf Albert Tarigan
Ipik Tanoyo
Irine Rakhmawati
Isbedy Stiawan Z.S.
Iskandar Norman
Istiqomatul Hayati
Iswara N Raditya
Iverdixon Tinungki
Iwan Gunadi
Iwan Nurdaya Djafar
Jadid Al Farisy
Jakob Sumardjo
Jamal D. Rahman
Jamrin Abubakar
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jay Am
Jaya Suprana
Jean-Paul Sartre
JJ. Kusni
Joanito De Saojoao
Jodhi Yudono
John Js
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Karya Lukisan: Andry Deblenk
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Ki Panji Kusmin
Kingkin Puput Kinanti
Kirana Kejora
Ko Hyeong Ryeol
Koh Young Hun
Komarudin
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Korrie Layun Rampan
Kritik Sastra
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember
Lenah Susianty
Leon Trotsky
Linda Christanty
Liza Wahyuninto
Lona Olavia
Lucia Idayani
Luhung Sapto Nugroho
Lukman Santoso Az
Luky Setyarini
Lusiana Indriasari
Lutfi Mardiansyah
M Syakir
M. Faizi
M. Fauzi Sukri
M. Mustafied
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
Made Wianta
Mahmoud Darwish
Mahmud Jauhari Ali
Majalah Budaya Jejak
Makmur Dimila
Malkan Junaidi
Maman S Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Mardiyah Chamim
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Mariana Amiruddin
Martin Aleida
Marwanto
Mas Ruscitadewi
Masdharmadji
Mashuri
Masuki M. Astro
Media Dunia Sastra
Media: Crayon on Paper
Mega Vristian
Melani Budianta
Mezra E Pellondou
MG. Sungatno
Micky Hidayat
Mikael Johani
Mikhael Dua
Misbahus Surur
Moch Arif Makruf
Mohamad Fauzi
Mohamad Sobary
Mohamed Nasser Mohamed
Mohammad Takdir Ilahi
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Amin
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Subarkah
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyidin
Mujtahid
Munawir Aziz
Musa Asy’arie
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W Hasyim
N. Mursidi
Nafi’ah Al-Ma’rab
Naqib Najah
Narudin Pituin
Naskah Teater
Nasru Alam Aziz
Nelson Alwi
Neni Ridarineni
Nezar Patria
Ni Made Purnamasari
Ni Putu Rastiti
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noval Jubbek
Novelet
Nunung Nurdiah
Nur Utami Sari’at Kurniati
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurhadi BW
Obrolan
Odhy`s
Okta Adetya
Orasi Budaya Akhir Tahun 2018
Orhan Pamuk
Otto Sukatno CR
Pablo Neruda
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pranita Dewi
Prosa
Proses Kreatif
Puisi
Puisi Pertemuan Mahasiswa
Puji Santosa
Pustaka Bergerak
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Timur Budi Raja
Radhar Panca Dahana
Rahmah Maulidia
Rahmi Hattani
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rambuana
Ramzah Dambul
Raudal Tanjung Banua
Redhitya Wempi Ansori
Reiny Dwinanda
Remy Sylado
Resensi
Revolusi
Ria Febrina
Rialita Fithra Asmara
Ribut Wijoto
Richard Strauss
Rida K Liamsi
Riduan Situmorang
Ridwan Munawwar Galuh
Riki Dhamparan Putra
Rina Mahfuzah Nst
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Rita Zahara
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Roland Barthes
Romi Zarman
Romo Jansen Boediantono
Rosidi
Ruslani
S Prana Dharmasta
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabine Müller
Sabrank Suparno
Safitri Ningrum
Saiful Amin Ghofur
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Sartika Dian Nuraini
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Poltak Tambunan
Saut Situmorang
Sayuri Yosiana
Sayyid Madany Syani
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sem Purba
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Shiny.ane el’poesya
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sindu Putra
Siti Mugi Rahayu
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Slamet Rahardjo Rais
Soeprijadi Tomodihardjo
Sofyan RH. Zaid
Sohifur Ridho’i
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sonya Helen Sinombor
Sosiawan Leak
Sri Rominah
Sri Wintala Achmad
St. Sularto
STKIP PGRI Ponorogo
Subagio Sastrowardoyo
Sudarmoko
Sudaryono
Sudirman
Sugeng Satya Dharma
Suhadi
Sujiwo Tedjo
Sukar
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susilowati
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Sutrisno Buyil
Syaifuddin Gani
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theresia Purbandini
Tia Setiadi
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Urwatul Wustqo
Usman Arrumy
Usman Awang
UU Hamidy
Vinc. Kristianto Batuadji
Vladimir I. Braginsky
W.S. Rendra
Wahib Muthalib
Wahyu Utomo
Wardjito Soeharso
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Sunarta
Weni Suryandari
Wiko Antoni
Wina Karnie
Winarta Adisubrata
Wiwik Widayaningtias
Yanto le Honzo
Yanuar Widodo
Yetti A. KA
Yohanes Sehandi
Yudhis M. Burhanudin
Yukio Mishima
Yulhasni
Yuli
Yulia Permata Sari
Yurnaldi
Yusmar Yusuf
Yusri Fajar
Yuswinardi
Yuval Noah Harari
Zaki Zubaidi
Zakky Zulhazmi
Zawawi Se
Zen Rachmat Sugito
Zuriati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar