Minggu, 18 Juli 2010

Ben Okri Dan Penyair Tulen

Nurel Javissyarqi
http://sastrarevolusioner.blogspot.com/


Penyair dipertentangkan dengan dunia, karena ia tak dapat menerima segala yang tampak sebagaimana apa adanya (Ben Okri).

Penyair hadir dari kegelisahan menggila atas beban lingkungannya; ladang di mana dirinya menemukan benturan hebat, di hadapannya rumusan hidup tiada yang becus, wewarna sengkarut. Namun tatkala melihat langit biru peroleh rongga pernafasannya lega, awan beterbangan sewujud pergerakan sosial, peradaban bertumpuk-tumpuk. Dan saat angin menghampiri didapati abad silam-semilam memberi kabar, lantas turun balik peroleh kekacauan yang sedikit jinak.

Maka diteruskan kembara memasuki gelombang hayati mengendarai ombak perasaan sesama, bertemu tebing curam mata-mata di tengah laluan pun jurang terjal pandangan sinis antar manusia. Ia melangkah seolah tak berjejak juga tiada bayangan, dalam keadaan itulah mengenal kata-kata.

Ia bayang-bayang berlarian dari awan tubuhnya, menggembol kesedihan teramat sangat akan nasib bermakhluk yang hilang di rimba belantara kebisingan. Kala kepedihan memuncak bertambah air mata tumpah membeningkan pandangan. Kerutan dahi bekerja berkumpulnya awan-gemawan menghitam hujan deras turun, bumi bathinnya disegarkan menyerupai keajaiban. Sisi tertentu sama kusut rambunya terkenai rintikan hujan semerah besi karatan.

Di sini penyair tengah mengimbangi ruang-waktu memadukan jarak nilai tatapan, direntangkan kemungkinan sejauh-jauhnya sewaktu anak panah cahaya matahari sampai ke telatah kelahiran. Ia setubuhi pelbagai kodrat benda menyelisik lembut melewati cela-cela fikiran, meramu perihal berpeluk utuh mengaduk relung kemanusiaan, menghampiri bibir molek analisa melumat tandas sebelum mengeja cumbui kata-kata.

Malam-siang bukan jadi soal baginya sebab menghidupi alam antara, sejenis terselubungi tabir hawa singkupnya senja mekaran fajar; bumi langit berbahasa. Tetumbuhan tebarkan petuah, bunga-bunga menginspirasi harapan manusia. Kelak gilirannya dianggap setengah gila sampai derajat tak waras oleh kerap memenggal jalan-jalan dianggap penting kebanyakan orang, yaitu aturan pemerataan yang membunuh. Maka kadang ia seolah terlihat menelikungi realitas demi peroleh jawaban purna, semisal menggeser tempat duduk.

Karena perenungannya begitu khas, mereka terpesona tetapi penuh kebencian, lantaran yang hadir mendongkolkan faham sudah berlaku. Namun mereka membutuhkan dukungan sebab segala permasalahan jatuh di linggiran penciumannya. Yang tentu kalimahnya tak berasal anganan tampak pun tidak dari lecutan mimpi berakar kepercayaan sempit menunggu pulung. Keyakinannya telah tanak membumi hingga gayuhannya menjelma gelegar suara bathin bersama. Atau spiritualitasnya bermeditasi sosial mengikuti pusaran hayati terjaga, makanya kita sulit memahami darinya kata-kata.

Ia bukan terbangun atas definisi para ahli kritik, kritikus sastra sekadar meraba berusaha mendekati seolah-olah mengenyam penghidupan penyair dan kerap terbentur persilangan teori dipegangnya. Sedang jika penyair menghasilkan kritik ialah yang selama ini dialami, kritik diri jalan dilewati membetot ingatan pada geliat kreatif, andai mengutip kata-kata penyair lain sekadar senggol menyapa.

Renungan di masa kanak merupakan sketsa mahal tatkala menuju remaja sampai jenjang dewasa, detikan hari-hari tertancap mawas terjaga kehati-hatian. Umpama pembawa gelas berair penuh diharapkan tak tumpah, atau menyunggi tampa di mana keseimbangan nomor pertama antara nalar-perasaan dalam tungku perapian malam. Juga membaca tidak silap berkedip kantuk menghilang, kekantuknya menyerupai ruh kekasih meninggal dunia yang mendatangi dengan pengertian. Maka kesadarannya memperlus wilayah menganyam panjang jejaring untuk tangkapan tidak luput sedari sergapan makna kata-kata.

Lelangkahnya pemburu hujan lebat batu-batu runcing pada wajah spekulan politik mengancam ambruknya nilai saham kemanusiaan. Seperti takdirnya titisan kembang segar diperbaharui kelopak-kelopak, andai gugur menjelma emas pertukaran kasih. Lihatlah dirinya memukul ketebalan bayu keadaan atas perubahan tak tampak, tapi tekanan udara dari jantungnya dipompa kesungguhan menetralisir wacana berseliweran. Maka semakin mantab memilah peristiwa dijadikan cermin pandangan terang yang membalikkan pantulan panorama.

Ia bukan makluk seperti peramal atau pesulap, tapi atas rasa nggigil menyaksikan pembantaian diejawantah dalam kehalusan. Tiupan syairnya menandaskan hati membuai hormon dibangkitkan tubuh kata-kata tak sekali saji. Kala melenyapkan rasa dingin berbaju basah kehujanan pulas tidur di lantai tanpa alas, kecuali matanya masih tajam mengamati genangan air kericuan di selokan sampah kebendaan. Ia membersihkan hingga para pendengarnya tercukupi perbendaharaan niscaya dalam kehidupan berbeda, yang seyogyanya dimaknai ulang puitika.

Suatu kali melihat penyair berbisik sesama penyair dengan jarak terdekat padahal bersuara keras. Ini ketulian pendengaran kita oleh telah disibukkan suara sumbang benturan benda, atau kegiatan sehari-hari mementingkan masa depan sendiri saling jegal mengejar mimpi. Sudah jauh kita tinggalkan bahasa hati hingga apa saja dikatakannya tidak faham, lantas menganggap ia hanya mengucapkan kata-kata kosong.

Penyair tulen berjalan seolah lenyap memasuki gelap malam dan kita sulit menyimak jejak-jejaknya karena ditumbuhi kesombongan, menganggap hidup penyair tak lebih berguna dari gelandangan. Kala itu ia masuk menafsirkan watak-watak manusia yang seolah bermain catur sendiri menata kata-kata. Kita semakin pekat hanya menikmati keindahan ucapannya sampai merasakan terkurung, lantas melepaskan hati pada kebiasaan membuta.

Dunia penyair berada dalam naungan jaman-jaman jauh dilupakan manusia pun kerap mengunjungi masa belum terfikirkan. Melintasi sekat-sekat waktu keluar-masuk reingkarnasi dengan karcis rangkap, atau di sisi tertentu menggunakan paspor perenungan dalam, sedang visanya ajek menguliti realitas kehidupan.

Ia insan paling ganjil seperti keunikan tradisi yang mengerami bentukan puisi tidak terganti wujud lain. Penampakan alam raya teman sejati, dirinya peroleh dialog yang tak terdengar kita akan masa-masa. Dan para informan paling obyektifnya ialah orang-orang yang kita anggap gila, padahal mereka menggembol kegilaan dunia, tapi karena tidak pernah menempati keluasaan kesadaran, maka tak sanggup mengutarakan. Olehnya penyair mengambil saripati kegelisahannya dalam percakapan membisu; ini betapa saling menyenangkan dan ia mendapatkan lebih.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati