Jumat, 25 Juni 2010

Menyelami Dunia Aksara Keraton

Cahyo Junaedy
http://www.ruangbaca.com/

Koleksi naskah kuno Pakualaman dibukukan. Sebuah upaya mendokumentasikan masa lalu melalui aksara.
Ruangan itu kusam. Lampu neon yang menjadi pelita utama di ruang berukuran 3 x 4 meter pun sudah temaram. Penglihatan sedikit tertolong lantaran cahaya mentari yang menerobos masuk melalui kisi-kisi jendela. Di dalam, hampir seluruh permukaan dinding tertutup rak-rak buku sederhana. Tingginya seukuran orang dewasa. Dalam perut rak, berjajar ratusan buku beragam jenis dan ukuran.

Kondisinya sekusam ruangan. Debu dan sunyi memang telah lama menjadi sahabat di sana. Tak aneh hanya segelintir orang yang mau menjejakkan kakinya di ruangan ini. Selain kondisi ruang yang tidak menarik, hampir semau koleksi buku yang tersimpan berbahasa Jawa. Sebagian lainnya malah mematahkan semangat baca karena berbahasa Belanda.

Berada di dalamnya, waktu seakan beku. Satu-satunya makhluk hidup di ruang itu adalah sosok lelaki tua yang duduk tepat di depan pintu. Dengan kacamata setebal dasar botol, berpakaian tradisional Jawa lengkap dengan blangkonnya, ia duduk tenang. Tugasnya satu, mendata tamu dan menjaga koleksi buku. Buku tamu yang tergeletak di hadapannya pun tak jauh berbeda, kusam. Mungkin ini menunjukkan usia buku yang setua pemiliknya.

Tua. Ya, inilah kesan yang meruap, bahkan tercium, saat memasuki ruang perpustakaan Pura Pakualaman. Dan sebenarnya ini dapat dipahami, lantaran seluruh koleksi perpustakaan berisi ribuan lembar naskah kuno. Usianya mencapai ratusan tahun. Tidak hanya tua, tapi orisinal. Sebenarnya, ketuaan koleksi buku dan naskah kuno yang dikandungnya menjadi daya tarik perpustakaan ini.

Melalui bait-bait dalam aksara kuno ini, bangsa ini mampu memandang masa lampau dengan lebih jelas dan sistematis.

Tanpa itu akan sulit menatap masa depan. Tapi sayang hanya sedikit orang yang meringankan kakinya ke ruang ini. Apalagi terpanggil untuk mendokumentasikan sekaligus meneliti naskah kuno yang jumlahnya ratusan. Padahal tanpa mereka, bait-bait dalam naskah kuno ini tak berarti, akan pudar dan kemudian lenyap. Demikianlah kondisi naskah kuno koleksi Pakualaman ini.

Sebagian besar naskah kuno yang ditulis tangan ini sudah rapuh. Benang yang mengikat puluhan lembar kertas sudah kehilangan kekuatan. Walhasil, puluhan lembar naskah mulai rontok, tercerai. Belum lagi melihat kondisi tulisan yang semakin renta. Tinta yang menggores garis membentuk kata sudah semakin kabur. Sebagian besar malah sudah lumer dan menembus hingga ke balik lembar kertas.

Bingkai gambar kaligrafis, atau sulur daun yang biasa menghias lembar naskah pun, sudah kehilangan kecantikannya.

Padahal inilah salah satu kelebihan naskah koleksi Pakualaman yang dikenal kaya gambar. Belum lagi melihat simbolsimbol raja, lukisan wayang, dan gambar panji-panji yang meredup.

Mungkin inilah yang membuat seorang Sri Ratna Saktimulya terpanggil buat menyusun kembali koleksi perpustakaan ini. Hasilnya, sebuah buku bertitel Katalog Naskah-naskah Perpustakaan Pura Pakualaman (2004) lahir. Diterbitkan oleh Obor, buku setebal 493 halaman ini menjadi sebuah dokumentasi.

Gawe besar ini memang patut diberi acungan jempol. Menyusun katalog adalah pekerjaan besar dan berat, penyusun dituntut bekerja cermat dan akurat.

Apalagi dalam buku ini, Ratna mencoba menerjemahkan ratusan naskah kuno ini ke dalam bahasa Indonesia. Banyak kata dan bahasa yang tidak ditemukan jagat sastra Jawa Kuno. Untuk membaca naskah ini, ia harus membandingkan puluhan naskah lain. “Kesulitan terbesar karena saya tidak dapat menerjemahkan secara langsung,” tutur Ratna.

Inilah yang membuat pekerjaan ini memakan waktu cukup lama, lima tahun. Membaca naskah kuno milik keraton yang sudah disadur dalam buku ini seperti membaca residu pemikiran masyarakat yang hidup dalam naskah. Pikiran dan perasaan serasa menembus ruang dan waktu hanyut dalam kolam kata naskah yang dibaca. Lewat para pujangga yang menulis muncul rekaman, mitologi, babad, ajaran, primbon, agama, dan pemikiran serta perasaan dalam berbagai kisah. “Naskah Pakualaman ini mirip dengan sebuah catatan harian yang lengkap.

Membacanya kita akan hanyut,” ujar Ratna.

Di dalam buku ini ditemukan penggalan singkat kehidupan Sri Paduka Paku Alam III (1858- 1864) yang tak lain adalah seorang pujangga besar. Lewat tangannya lahir sejumlah karya sastra, di antaranya Serat Piwulang, Serat Ambya Yusup yang berisi kisah Amir Hamzah, dan Serat Darma Wirayat yang sangat populer. Karya sastra yang terakhir ini berisi gambaran kehidupan dunia, sebagian orang melihat karya pangeran yang memiliki nama kecil Gusti Pangeran Harya Sasradiningrat ini sebagai sebuah jalan hidup orang Jawa. Paku Alam III adalah raja yang dikenal sebagai pelopor praktek surat-menyurat, terutama dengan para sastrawan di Surakarta.

Seperti sebuah catatan harian, hampir seluruh raja Pakualaman mempunyai catatan yang ditulis kemudian disimpan dalam perpustakaan keraton.

Dapat dibayangkan rentang waktu yang terekam dalam kumpulan aksara kuno ini. Mulai Raja Pakualaman I (1813) hingga Raja Pakualaman IX abad 21. Atau nyaris 200 tahun.

Katalog ini juga membuktikan, nenek moyang kita tidak eksklusif dalam berpikir. Mereka tidak khawatir akan segala sesuatu yang asing. Dalam naskah koleksi Pakualaman ini semuanya muncul. Sebab, selain soal kehidupan di tanah Jawa, mereka juga menulis Babad Betawi, Babad Nagari Cina bahkan Babad Napoleon. “Inilah yang membuat sebuah pengkatalogan menjadi penting,” kata penyair Sapardi Djoko Damono.

Dalam hal kepercayaan, para pemilik naskah ini juga sangat terbuka. Dibuktikan dengan sejumlah naskah agama, seperti Bab Salat, Sahadat, Saha Rajah yang isinya antara lain mengenai doa dan syarat berwudu, tentang martabat sahadat, dan berbagai mantra serta rajah. Juga ada naskah yang berurusan dengan deskripsi mengenai delapan watak dewa, cerita kancil, watak Pandawa, bahkan sejumlah kisah lucu.

Kehidupan dunia wayang memang tidak dapat dipisahkan dari budaya Jawa, karena itu pula banyak naskah-naskah yang bertema wayang. Di antaranya Asthabrata, Panca Candra, dan Saha Narpa Candra yang semuanya menguraikan watak tokoh wayang, dewa maupun manusia. Yang menarik, naskah- naskah ini ditulis dalam bahasa Jawa dan Melayu.

Kebebasan untuk bicara dan memperdebatkan sesuatu hal yang bertentangan ternyata sudah dinikmati dan mungkin menjadi kelebihan budaya masyarakat masa lalu. Khususnya kehidupan di seantero wilayah Pakualaman. Buktinya, sejumlah naskah tidak tanggungtanggung bicara soal pertentanganitu. Seperti Lampahipun Sembahyang Islam dan Primbon Ngelmu Kasampurnan.

Di samping itu para pujangga ini dengan yakin mengubah dan bahkan memelintir, kalau perlu, sejumlah besar fiksi asing seperti Baron Sekendher, Bayan Budiman, Lampahan Lairipun Parikesit dan Tajussalatin. Di samping tentunya merakit kisah-kisah berlatar Jawa, seperti Panji Ino Kertapati dan Panji Kelana Jayakusuma. “Dari situ kita dapat melihat bagaimana penguasa menghormati para pujangga dengan karya sastranya,” kata Sapardi.

Naskah yang ditulis tangan ini juga mempunyai keunikan lain. Hampir seluruh lembar naskah ditaburi hiasan indah. Bahkan sejumlah gambar dibuat gemerlap dengan bubukemas. Mulai gambar sulur daun, kaligrafis, hingga simbolsimbol raja. “Dari sini kita sebenarnya dapat belajar mengenai seni rupa,” ujar Sapardi. Jika di dunia Barat mengenal kanvas, Indonesia lebih akrab dengan media kertas dan batu sebagai landasan utama seni rupa.

Ada yang kurang dalam penyusunan buku katalog ini. Menurut Dewaki Kramadibrata, staf pengajar di Universitas Indonesia, katalog ini memiliki sejumlah kekurangan, seperti tidak ada informasi rujukan koleksi naskah. Padahal, menurut Dewaki, rujukan ini penting buat memetakan naskah dalam dunia jagat sastra Jawa. Dan kekurangan lain, tidak konsistennya deskripsi soal keadaan naskah. “Informasi ini terkesan sepele, tapi sebenarnya penting buat pembaca,” kata Dewaki.

Ya, terlepas dari kekurangannya, dengan membaca katalog ini kita serasa dipersilakan masuk ke dalam dunia aksara keraton yang kaya. Lembaran sejarah, unia pemikiran, mitologi, agama, dan berbagai kisah menarik yang dapat di-eja kembali hari-hari ini. Dan tak terkecuali, dikembangkan untuk kebutuhan kekinian.

Tapi sayang dunia yang kaya itu minim peminat. Seperti siang itu, perpustakaan yang terletak di sebelah barat pendopo Istana Kadipaten Pakualaman Yogyakarta ini lengang. Hanya debu dan sunyi yang menyapa.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati