Sabtu, 13 Februari 2010

Menelaah Pola Interaksi dalam Sastra Melayu Tionghoa

Pembauran dan Pembentukan Budaya Indonesia

Dedi Pramono*
http://www.radarjogja.co.id/

Etnis Tionghoa di Indonesia telah dimaklumi sebagai golongan yang memiliki tingkat ekonomis yang lebih baik. Kita bahkan memahami kelompok ini dalam kesehariannya lebih berorientasi pada segi bisnis.

Walaupun ada beberapa orang etnis Tionghoa berkecimpung dalam bidang non-ekonomis, pada akhirnya bermuara pada persoalan ekonomis pula. Hal ini dapat dipahami, berbeda dengan kita yang dapat hidup karena mengandalkan alam dan kerabat, etnis tionghoa tertuntut harus dapat hidup layak secara mandiri.

Berdasarkan pemikiran tersebut, kita berasumsi interaksi sosial yang terjadi pada etnik tionghoa cenderung pada interaksi bisnis Jika pada kehidupan keseharian asumsi ini mungkin benar, lalu bagaimana dengan interaksi masyarakat Tionghoa dengan masyarakat sekitarnya dalam dunia imajinatif pada sastra?

Penelaahan interaksi sosial pada masyarakat Tionghoa dalam karya sastra perlu dilakukan untuk menambah pengetahuan kita, khususnya tentang gambaran motif interaksi sosial antaretnik di zaman kolonial melalui karya sastra Melayu Tionghoa. Di samping itu, juga penting dalam rangka pengembangan kebudayaan, terutama budaya pembauran dari beragam etnik dalam membentuk budaya Indonesia masa depan.

Dalam telaah ini subjek karya sastra (novel) Melayu Tionghoa berjudul Lo Fen Koei karya Gouw Peng Liang yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1903 dan Bunga Roos dari Cikembang karya Kwee Tek Hoay yang diterbitkan pertama kali oleh Drukkerij Hoa Siang In Hok Batavia pada tahun 1927.. Novel-novel ini ditetapkan sebagai subjek telaah di antara novel-novel Melayu Tionghoa yang lain karena mempertimbangkan representasi para tokoh dari beragam etnik yang ada di Hindia Belanda (kini Indonesia). Maka, kita harapkan dapat merepresentasikan interaksi sosial antar tokoh secara lebih komprehensif.

Motif interaksi novel
Motif interaksi sosial tokoh dalam novel (sebagai pengejawantahan dunia dalam imajinasi) akan sama dengan motif interaksi sosial pada hubungan kemanusiaan keseharian.

Kita mengira, pada umumnya, interaksi sosial, termasuk yang dikisahkan dalam sastra, dilakukan orang lebih diorientasikan pada pemuasan kebutuhan psikologis. Pemikiran ini mengacu pada kenyataan bahwa setiap laku manusia dalam interaksi sosial lebih ditekankan pada kebutuhan batiniah, seperti rasa aman, tenteram, bahagia, dan sebagainya.

Pemikian yang masih merupakan asumsi tersebut, kiranya belumlah lengkap, sebab psikologi bukan merupakan satu-satunya pusat perhatian bagi manusia dalam berinteraksi secara sosial dengan manusia lainnya.

Tampaknya hubungan manusia dalam kehidupan bersifat naturalis (alamiah). Dorongan interaksi secara naturalis ini setidaknya mencakup motif psikologis, motif ekonomis, motif biologiss, motif status sosial, dan motif agamis.

Motif psikologis adalah interaksi sosial antara tokoh cerita dengan tokoh lainnya yang dihubungkan dengan upaya pemenuhan kebutuhan psikologis dari masing-masing tokoh. Pemuasan kebutuhan psikologis ini misalnya rasa cinta, benci, cemburu, rindu, dendam, belas kasihan, balas budi, persahabatan, dan beragam faktor psikologis lainnya.

Motif ekonomis ditekankan pada upaya pemenuhan kebutuhan material dari masing-masing tokoh. Pemenuhan kebutuhan material ini misalnya berupa makanan, minuman, uang, tanah, rumah, kendaraan, hadiah berupa benda, dan beragam wujud harta benda lainnya.

Adapun motif biologis berlandaskan pada upaya-upaya pemenuhan kebutuhan biologis dari masing-masing tokoh. Pemenuhan kebutuhan biologis di sini secara khusus kebutuhan syahwati (seksualitas). Adapun kebutuhan biologis (dalam pemahaman umum) seperti makan-minum dan kebutuhan kesehatan dikelompokkan pada motif ekonomis.

Motif status sosial terjadi karena adanya kebutuhan memiliki status sosial tertentu. Pemilikan status sosial misalnya pemilikan jabatan, pangkat, dan predikat sosial (seperti predikat kedermawanan, kepandaian, kebijaksanaan, kesaktian, dan lainnya).

Motif agamis berdasarkan kebutuhan pemuasan batin yang berupa kesalehan, sebagai makhluk yang diciptakan Tuhan. Pemuasan dalam ujud kesalehan tersebut dapat berupa interaksi dalam peribadatan, perayaan keagamaan, dan kegiatan keagamaan lainnya.
Pada karya sastra Melayu Tionghoa, mengacu pada subjek telaah di atas motif interaksi meliputi motif psikologis, ekonomis, dan biologis.

Pola interaksi
Pola interaksi adalah pola hubungan yang ditetapkan berdasarkan etnik tokoh. Pada pola interaksi ditemukan beberapa pola interaksi sosial antartokoh yang dikelompokkan dalam 6 (enam) kategori. Kategori tersebut seperti interaksi tokoh Tionghoa dengan tokoh Tionghoa; tokoh Tionghoa dengan tokoh pribumi; tokoh Tionghoa dengan tokoh keturunan campuran Tionghoa-pribumi; tokoh Tionghoa dengan tokoh belanda; tokoh Tionghoa dengan tokoh Arab keturunan; dan tokoh non-Tionghoa dengan tokoh non-Tionghoa.

Berdasarkan hasil analisis tampak bahwa dalam Lo Fen Koei karya Gouw Peng Liang telah tampil beragam interaksi sosial dari berbagai jenis etnik bangsa, seperti Tionghoa, pribumi, Belanda, dan etnik lainnya (Arab-keturunan). Dari berbagai motif yang hadir dalam interaksi sosial tersebut yang paling dominan adalah motif ekonomis.

Motif ekonomis yang mendominasi novel Lo Fen Koei dalam interaksi sosial antara tokoh berpusat pada Lo Fen Koei sebagai tokoh utama pengisahan. Lo Fen Koei sebagai pachter opium yang menguasai sejumlah tanah perkebunan selalu mengandalkan harta bendanya dalam interaksi dengan beragam tokoh demi memuaskan keinginannya, terutama keinginan pemuasan biologis (seksualitas). Dengan demikian, motif ekonomis yang mendominasi novel Lo Fen Koei dalam interaksi sosial antartokoh, berakar pada motif psikologis-biologis (berakar sejak tokoh Lo Fen Koei menginginkan Tan San Nio dan Poij Oeij Nio sebagai istri-istri mudanya).

Lo Fen Koei merupakan pengejawantahan manusia-manusia kaya yang mengandalkan kekayaannya untuk mengatur manusia-manusia lain dalam rangka memenuhi semua kemauannya. Manusia seperti Lo Fen Koei ini menafsirkan bahwa seluruh kehidupan, termasuk di dalamnya ‘mengatur’ manusia, hanya dapat dilakukan dengan harta benda. Manusia seperti ini tidak memercayai motif interaksi sosial lebih ditentukan oleh motif-motif yang bersifat psikologis dan agamis.

Berbeda dari hasil analisis novel Bunga Roos dari Cikembang karya Kwee Tek Hoay. Pola interaksi tampil dari beberapa jenis etnik bangsa, seperti Tionghoa, pribumi, dan keturunan keturunan campuran Tionghoa-pribumi. Dari berbagai motif yang hadir dalam interaksi sosial tersebut yang paling dominan adalah motif psikologis.

Motif psikologis yang mendominasi novel Bunga Roos dari Cikembang dalam interasi sosial antara tokoh berpusat pada Oh Ay Tjeng, ayah dari Roosminah, sebagai tokoh utama pengisahan. Oh Ay Tjeng sebagai seorang administratur perkebunan yang jujur, romantis dan berbudi selalu menggunakan hati nuraninya dalam interkasi sosial dengan siapa pun.

Dengan demikian, jika motif ekonomis yang mendominasi novel Lo Fen Koei dalam interaksi sosial antartokoh, berakar pada motif psikologis-biologis, maka Bunga Roos dari Cikembang bermotif psikologis yang berakar rasa kasih sayang dan penghargaan kepada semua orang tanpa memperhitungkan derajat dan jenis etnik.

Berbeda dengan tokoh Lo Fen Koei pada novel Lo Fen Koei, Oh Ay Tjeng pada Bunga Roos dari Cikembang tidak pernah mengandalkan harta bendanya dalam interaksi dengan beragam tokoh demi memuaskan keinginannya, terutama keinginan pemuasan biologis (seksualitas). Ia lebih mementingkan kekayaan batiniah dan ketenteraman jiwa dengan sikap dermawan dan segenap sikap baiknya. Jika Lo Fen Koei tidak mempercayai motif interaksi sosial lebih ditentukan bukan oleh motif-motif ekonomis, Oh Ay Tjeng masih mempercayai bahwa interaksi sosial antar manusia tidak sekedar bermotif ekonomis tetapi juga bermotif psikologi bahkan agamis.

Barangkali contoh interaksi sosial tokoh Oh Ay Tjeng dalam Bunga Roos dari Cikembang patut dikembangkan untuk masa kini. Dengan demikian, kebermaknaan dan kebermanfaatan karya sastra Melayu Tionghoa dalam pembangunan budaya pada konteks kebangsaan Indonesia secara menyeluruh, makin terwujud.

*) Drs. Dedi Pramono, M.Hum, dosen Ilmu Sosial dan Budaya Dasar dan Sosiologi Sastra, Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Jogja.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati