Sabtu, 27 Februari 2010

Kabar Rupa dari Sakato

Afnan Malay
http://www.jawapos.co.id/

LEBIH dari seratus perupa Minang yang tergabung dalam Komunitas Seni Sakato Jogjakarta, selama 17-23 Februari 2010 bertempat di JNM (Jogja National Museum) dengan tajuk BAKABA memamerkan karya lukis, patung, dan instalasi. Jim Supangkat, Suwarno Wisetrotomo, serta Yasraf Amir Piliang yang menulis dalam katalog setebal 355 halaman berupaya mengajak kita menyelami para perupa Sakato.

Bahasan utama tentulah perihal bakaba. Secara rinci dengan perspektif akademis yang mumpuni, Yasraf berhasil memaparkan tema pameran yang berasal dari budaya (sastra) lisan yang hidup di Ranah Minang: kaba. Sekalipun, hasrat Yasraf untuk menarik korelasi berujung pada kesimpulan yang sangat terbuka untuk dikritisi.

Transformasi Kedua?

Yasraf yang bekerja sebagai staf pengajar FSRD ITB Bandung adalah pembedah post-modernisme paling produktif, intens, dan impresif. Ia menahbiskan bakaba yang dikerjakan perupa Sakato sebagai bentuk transformasi kedua terhadap bentuk kaba yang asli berupa kisah-kisah anonim.

Transformasi pertama dilakukan oleh para pengarang seperti Paduko Alam (Rancak Di Labuah), Sutan Pangaduan (Malin Manandin), dan Rasyid Manggis (Malin Deman). Mereka memindahkan bentuk kaba dalam tuturan (oral) menjadi tulisan (teks). Transformasi ini memperlebar penikmat kaba sekalipun menyebabkan aspek interaksi tatap muka penutur kaba (tukang kaba atau sijobang) dengan audiens menjadi terputus.

Dari bacaan atas realitas transforamtif yang terjadi pada kaba, Yasraf menegaskan transformasi kedua yang dilakukan para perupa Sakato. Para perupa yang mayoritas didikan ISI Jogja itu telah membuat format kaba yang baru: dalam bentuk visual.

Melacak relasi bakaba (berkabar) dari muasalnya kaba (kabar), yang disambungkan dengan penyalinannya ke dalam teks yang tertulis terhadap lakon yang semula merupakan sastra lisan itu, memudahkan kita mengapresiasi juntrungan pameran. Tetapi kemudian, karena itu, Yasraf menarik korelasi bahwa perupa Sakato melakukan transformasi kedua atas format kaba (dari teks ke visual) tentulah layak dikritisi.

Terhadap transformasi pertama saja Yasraf sebenarnya melempar kritik yang menarik. Menurutnya, tekstualisasi kaba berimplikasi pada hilangnya sifat-sifat komunalitas, intersubjektivitas, dan interaksi langsung. Serujuk itu, apa yang dilakukan perupa Sakato dalam pandangan Yasraf, yaitu visualisasi kaba, tentulah kian mereduksi ruang kolektivitas kaba. Tentulah, dibandingkan teks tulisan (buku): lukisan, patung, dan instalasi keberadaannya paling personal. Sekalipun citraannya dapat kita amati melalui foto, katalog, atau video.

Padahal, yang paling krusial dari simpul yang ditarik Yasraf adalah perupa Sakato sama sekali tidak sedang melakukan visualisasi kaba. Kita tidak bisa melacak karya atau kelompok karya mana yang merupakan salinan atau bahkan interpretasi atas kisah-kisah kaba: misalnya, Rancak di Labuah, Malin Manandin, atau Malin Deman?

Pameran Bakaba tidak berupa ajang mempertemukan isi-format-konsep tertentu yang dapat kita persepsikan sebagai duplikasi-derivasi-variasi dari kisah-kisah kaba. Paling jauh, bakaba dapat dianalogikan pada tradisi kaba bukan mentransformasikannya.

Isu Identitas

Yasraf jelas berjasa memberikan kita arah untuk melacak identitas (kultural) perupa Sakato dengan cara mengupas tuntas tema bakaba. Menariknya, identitas keminangan bagi sub-etnis lain terkadang tetap terlihat samar bahkan tidak teridentifikasi. Staf pengajajar seni rupa ISI Jogja, Suwarno Wisetrotomo bahkan sulit melacak nama-nama perupa Minang.

Kalau komparasinya etnis Batak yang selalu menyandang nama marga (patrilinial) orang Minang tidak wajib menyandang nama suku (matrilineal). Nama suku, contohnya: Guci, Jambak, Piliang, Chaniago, Koto, Tanjung, atau Malayu. Sekalipun nama-nama seperti perupa Sakato yang juga bergiat dalam Kelompok Jendela: Yunizar, Jumaldi Alfi, Handiwirman Saputra, Yusra Martunus, bahkan Rudi Mantofani bagi orang Minang tercium bau ”kampung halamannya”. Kecuali nama M. Irfan relatif ”tidak terlacak” keminangannya.

Begitupun nama-nama yang tergolong khas Minang seperti: Herry Maizul, Tommy Wondra, Gusmen Heriadi, Febri Antoni (alm), Deska Juswardi, Yon Indra, Saftari, atau Desrat Fianda. Tentu yang paling tampak adalah Jefry Guciano dan Imbalo Sakti. Nama-nama Minang, yang kental budaya lisannya dan pionir utama dalam kesusastraan kita sering kali terpukau diksi: tidak melulu merujuk makna. Dan lazim pula nama belakang akronim dari kombinasi nama ayah-ibu.

Bahkan, pasca pemberontakan politik PRRI yang gagal orang Minang merasa terpuruk dan berupaya ”menyembunyikan” identitasnya. Banyak yang memberikan nama anaknya nama yang notabene lazim dalam masyarakat Jawa. Termasuk nama favorit adalah Sudirman (hingga nama ini mereka anggap ”khas Minang”).

Identitas Minang yang ”tidak terlacak” menurut bacaan Suwarno termasuk pada perupa Sakato sebenarnya menyimpan implikasi positif. Setidaknya, isu identitas tidak menjadi masalah bagi mereka seperti yang dialami para perupa Sanggar Dewata (mayoritas juga didikan ISI Jogja) yang berdiri lebih dulu daripada Sakato. Misalnya, tradisi lukis (tradisional) Bali begitu kuat imbasnya melekati –atau kita lekatkan– para perupa Bali. Akibatnya, capaian-capaian visual mereka seakan tidak independen.

Sebab, seringkali terlebih dulu kita tergoda untuk melacak kebaliannya. Seakan-akan bahasa visual perupa Bali ‘’sesuatu yang sudah selesai”. Identitas kebaliannya tentu saja kekuatan dan daya pikat perupa Bali, tetapi tidak jarang itu ”memerangkap” mereka: seolah-olah tidak ada ruang untuk mencari dan menemukan sesuatu ”yang bukan Bali”.

Tetapi, itulah, identitas memang menjadi pertahanan –sekaligus daya tarik– Bali. Sebab globalisasi menyergap langsung ke halaman rumah mereka melalui proyek turisme. Sementara orang Minang harus menjemput sendiri ”dunia orang lain” (globalisasi): lewat aktivitas sosial-kultural merantau. Ditambah faktor gairah intelektualisme yang merasuki orang Minang, nota bene tumbuh subur di Sumatera Barat, sejak masa-masa awal sebelum negara kita berdiri. Hal itu mempengaruhi mereka untuk terbiasa dan terbuka dengan nilai-nilai kosmopolitan.

Karenanya, ihwal identitas menjadi keniscayaan bagi Bali, semetara Minang dibuat terbiasa melenturkan identitas: bukankah di mana bumi dipijak di sana langit dijunjung? Fakta-fakta itu pastilah sedikit banyak menyumbang elan para perupa Minang untuk tidak gamang memasuki gelanggang seni rupa kontemporer. Secara teknis tidak ada yang harus mereka pertahankan. Juga tidak tersisa persoalan yang bersifat paradigmatik. Semata-mata ”musuh” yang harus mereka taklukan adalah bagaimana mengasah ketajaman bahasa visual yang mereka punyai: dari waktu ke waktu.

Ketajaman itu (upaya terus mengasah bahasa visual), misalnya –sekadar menyebut contoh– masih terjaga pada ”boneka-boneka” urban Abdi Setiawan yang terpajang dalam rak melalui The City. Karyanya bertajuk Koper pada Biennale Jogja X yang lalu termasuk yang paling menggugah. Lalu, Rudi Mantofani (Saatnya Menyentuh Dasar), Yon Indra (Dimenasi Ruang 25), Saftari (Menu Hari Ini), Lia Mareza (220 Volt), Riswandi (Tanda Tangan #1), Stefan Buana (Ranah Hukumku yang Kini Gamang), Hojatul Islam (Big Family), atau Yunizar (Rumah Merah). (*)

*) Pernah studi di SMSR dan ISI Jogja.

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati