Minggu, 22 Februari 2009

Peluncuran Buku “Menoleh Silam Melirik Esok”

Dari Buku ke Perdebatan Lekra-Manikebu

Sihar Ramses Simatupang
http://www.sinarharapan.co.id

Jakarta-Pertemuan itu sebenarnya bukan pertemuan yang pertama kali sehingga tidak lagi menjadi pertemuan luar biasa.

Mereka, para pembicara, berbeda latar belakang. Seorang di antaranya adalah sastrawan yang aktif di Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat, ikatan seniman yang berideologi realisme sosialis) dan kini tinggal di Prancis, JJ Kusni. Seorang lagi, sastrawan penandatangan Manifestasi Kebudayaan di Indonesia, Taufiq Ismail. Moderatornya, Ikranegara, penyair dan penulis–belakangan berperan dalam film Laskar Pelangi yang diangkat dari novel Andrea Hirata, yang disutradarai Mira Lesmana dan Riri Riza.

Agenda di Teater Utan Kayu (TUK), Jl Utan Kayu, Jakarta (18/2), adalah “Dialog Manifes Kebudayaan dan Lekra” menandai peluncuran buku JJ Kusni bertajuk Menoleh Silam Melirik Esok, terbitan Ultimus Bandung Februari 2009. Buku ini berisi komentarnya di milis selama dia bekerja dan tinggal di Paris, kisah sejarah pada masa prahara itu, hingga kisah pribadinya sebagai figur sastrawan “eksil”.

Namun, pertemuan kelompok budayawan dengan perbedaan latar belakang itu sudah acapkali terjadi, antara lain pertemuan yang dimediasi oleh mendiang sastrawan Ramadhan KH di awal tahun 2000-an, serta dihadiri sastrawan Lekra dan Manifes. Juga peluncuran buku karya mendiang Pramoedya Ananta Toer, Sobron Aidit yang dihadiri para sastrawan Manifes, atau sebaliknya.

“Dialog ini sudah terlambat, bahkan pertemuan pribadi antarsastrawan berbeda latar politik pun sudah dilakukan sejak dulu,” ujar Putu Oka Sukanta.

Namun, pertemuan dalam rangka peluncuran buku ini tetap hangat dalam perdebatan. Kendati berbicara rekonsiliasi, mereka tetap membawa luka psikologi dalam memori masing-masing. Kusni Sulang–nama masa silam JJ Kusni–juga Taufiq Ismail sama-sama berkisah, masih menyebutkan rentetan kelemahan kelompok yang berseberangan dengannya.

Pertemuan itu tetap bukan hal yang luar biasa. Martin Aleida malah mempertanyakan maksud pertemuan itu, seperti juga Martin menanyakan latar JJ Kusni yang mewakili Lekra di momen diskusi, juga mempertanyakan kapasitasnya sebagai sejarawan di buku itu. Forum diskusi mempertanyakan komitmen Taufiq untuk berekonsiliasi. Amarzan Loebis menimpali bahwa sejarah Lekra dan Manifes adalah sejarah yang telah menjadi jenazah.

Pertanyakan Masa Lalu

Diskusi berjalan dinamis, penuh emosi, dan sedikit bernuansa arogansi. Martin mengatakan, kualitas teks JJ Kusni “belum apa-apa” ketimbang barisan anggota Lekra lainnya. Ia sekaligus mempertanyakan karya Sitor yang tak masuk dalam buku yang disusun Taufiq.

“Anda boleh lupa menyertakan nama yang lain, tapi jangan nama Sitor Situmorang”. Taufiq kemudian menjawab bahwa sejak remaja dirinya menyukai buku kumpulan puisi Sitor Situmorang bertajuk Surat Kertas Hijau dan ketika singgah di Italia dalam perjalanan studi ke Amerika Serikat, dia bahkan teringat buku Sitor, Lagu Gadis Itali.

“Untuk Sitor, kami memintanya secara khusus. Tidak bisa tidak, ini (Sitor) raksasa puisi. Saya mengutus langsung (mendiang penyair) Hamid Jabbar, tapi dia (Sitor Situmorang) menolak dengan sombong. Dia tak mau memberikan,” papar Taufiq.

Kepada media Kompas, Maret tahun 2002, penyair Sitor Situmorang dalam dialog di kalangan budayawan di kebun belakang situs Ki Padmosusastro, Solo, memang mengaku menolak karyanya dimasukkan dalam buku Antologi Puisi Indonesia susunan Taufiq Ismail dan terbitan majalah Horison bekerja sama dengan Departemen Pendidikan Nasional, serta pihak sponsor. Respons itu dilakukannya karena dia tahu di proyek yang sama dan orang yang sama (Taufiq Ismail-red)-dalam penerbitan antologi, sebelumnya-namanya sudah tak dimasukkan.

Pada antologi pertama itu, nama Sitor yang tak tercantum justru dipersoalkan pemerhati sastra lainnya.

Joesoef Isak, yang sedang tak sehat dan berniat ke Singapura, hadir di momen diskusi dan menyatakan kerinduan dua kubu di negeri ini untuk saling memaafkan. Putu Oka Sukanta yang mengisahkan perjalanan hidupnya menjadi dokter ahli refleksi kemudian menyatakan kekangenannya untuk bertemu dengan JJ Kusni–surprise dapat bertemu dengan rekan karib.

Menurut Martin, JJ Kusni bukan Pramoedya Ananta Toer. Sikapnya tak mewakili sikap semua orang yang punya trauma politik. Dia mengkritik niat keikhlasan Taufiq pada rekonsiliasi. Aktivis muda Yeni Rosa Damayanti, bahkan mengingatkan ribuan korban yang wafat tanpa penuntasan hukum, juga pengadilan pada dua kubu besar dalam prahara 1965, sebelum niatan saling memaafkan dilakukan–Yeni mencontohkan pengadilan di Afrika Selatan.

Rekonsiliasi harus diungkapkan terlebih dahulu dari pihak korban. Namun, Taufiq mengambil referensi sejarah di Malaysia, bahwa rekonsiliasi tak bermakna hitungan dagang yang harus diaudit. Ini bisa dimaknai saling memaafkan dari kedua kelompok tanpa membicarakan lagi sejarah karena keduanya “sama-sama satu bangsa” yang menatap hari esok dan masa depan.

“Bila rantai dendam masih membelit tubuh bangsa, bagaimana kita mau maju ke depan, memasuki abad ini, semua itu sudah tak terpakai,” ujarnya.

Jurnalis senior Aristides Katoppo, kemudian menimpali bahwa perbedaan dapat menjadi energi buat perjalanan berbangsa karena negeri ini justru berlandaskan ke-bineka-an. Jurnalis, penyair dan penandatangan Manifestasi Kebudayaan, Goenawan Mohamad menyatakan sejarah bukan bangkai namun yang lebih penting adalah mempelajari untuk konteks masa depan. “Banyak kesalahan Lekra dan Manikebu, salah satunya adalah memberi alasan untuk menindas kebebasan. Kini kita merebut kembali dan menggunakan kemerdekaan yang ada,” ujar Goenawan.

Inilah sejarah generasi yang seakan rekonsilasi namun belum pernah–mungkin tak akan pernah menyetujui sepenuhnya istilah itu. Zaman bergerak dan bergeser–namun kenangan organisasi Lekra dan catatan masa silam transkrip tandatangan dan pernyataan Manifestasi Kebudayaan tak pernah lekang.

“Itulah sejarah paman-paman sekalian,” ujar seorang sastrawan muda. Sastrawan berusia 30-an itu kemudian menambahkan, “Sejarah yang telah menenggelamkan sejarah-sejarah lainnya, kedua kubu makin buram dalam menjalankan visi dan masa depan.”

Tidak ada komentar:

A Rodhi Murtadho A. Azis Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.S. Laksana Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Malik Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Adi Prasetyo Afnan Malay Afrizal Malna Afthonul Afif Aguk Irawan M.N. Agus B. Harianto Agus Himawan Agus Noor Agus R. Sarjono Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Sunyoto Agus Wibowo Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musthofa Haroen Ahmad Suyudi Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Alexander G.B. Almania Rohmah Alunk Estohank Amalia Sulfana Amien Wangsitalaja Aming Aminoedhin Aminullah HA Noor Andari Karina Anom Andi Nur Aminah Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Anindita S. Thayf Anitya Wahdini Anton Bae Anton Kurnia Anung Wendyartaka Anwar Nuris Anwari WMK Aprinus Salam APSAS (Apresiasi Sastra) Indonesia Ardus M Sawega Arie MP Tamba Arief Budiman Ariel Heryanto Arif Saifudin Yudistira Arif Zulkifli Arifi Saiman Aris Kurniawan Arman A.Z. Arsyad Indradi Arti Bumi Intaran Ary Wibowo AS Sumbawi Asarpin Asbari N. Krisna Asep Salahudin Asep Sambodja Asti Musman Atep Kurnia Atih Ardiansyah Aulia A Muhammad Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar B. Nawangga Putra Badaruddin Amir Bagja Hidayat Bakdi Sumanto Balada Bale Aksara Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bedah Buku Beni Setia Benni Indo Benny Arnas Benny Benke Bentara Budaya Yogyakarta Berita Duka Berita Utama Bernando J Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Bonari Nabonenar Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman S. Hartoyo Buku Kritik Sastra Bung Tomo Burhanuddin Bella Butet Kartaredjasa Cahyo Junaedy Cak Kandar Caroline Damanik Catatan Cecep Syamsul Hari Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chamim Kohari Chavchay Saifullah Cornelius Helmy Herlambang D. Zawawi Imron Dad Murniah Dadang Sunendar Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Dante Alighieri David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Pramono Delvi Yandra Deni Andriana Denny Mizhar Dessy Wahyuni Dewan Kesenian Lamongan (DKL) Dewey Setiawan Dewi Rina Cahyani Dewi Sri Utami Dian Hartati Diana A.V. Sasa Dianing Widya Yudhistira Dina Jerphanion Djadjat Sudradjat Djasepudin Djoko Pitono Djoko Saryono Dodiek Adyttya Dwiwanto Dody Kristianto Donny Anggoro Donny Syofyan Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr Junaidi Dudi Rustandi Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwicipta Dwijo Maksum E. M. Cioran E. Syahputra Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Darmoko Eko Hendrawan Sofyan Eko Triono Elisa Dwi Wardani Ellyn Novellin Elokdyah Meswati Emha Ainun Nadjib Endro Yuwanto Eriyanti Erwin Edhi Prasetya Esai Evi Idawati F Dewi Ria Utari F. Dewi Ria Utari Fadlillah Malin Sutan Kayo Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Fajar Alayubi Fakhrunnas MA Jabbar Fanani Rahman Faruk HT Fatah Yasin Noor Fatkhul Anas Fazabinal Alim Fazar Muhardi Felix K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Frans Ekodhanto Fransiskus X. Taolin Franz Kafka Fuad Nawawi Gabriel García Márquez Gde Artawa Geger Riyanto Gendhotwukir Gerakan Surah Buku (GSB) Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gufran A. Ibrahim Gunoto Saparie Gusty Fahik H. Rosihan Anwar H.B. Jassin Hadi Napster Halim HD Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamsad Rangkuti Han Gagas Haris del Hakim Hary B Kori’un Hasan Junus Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Hasyuda Abadi Hawe Setiawan Helvy Tiana Rosa Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Herdiyan Heri KLM Heri Latief Heri Ruslan Herman Hasyim Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Herry Lamongan Heru Emka Hikmat Gumelar Holy Adib Hudan Hidayat Humam S Chudori I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Tito Sianipar Ian Ahong Guruh IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi IDG Windhu Sancaya Iffah Nur Arifah Ignas Kleden Ignasius S. Roy Tei Seran Ignatius Haryanto Ignatius Liliek Ika Karlina Idris Ilham Khoiri Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah S. Pratidina Indiar Manggara Indra Tranggono Indrian Koto Insaf Albert Tarigan Ipik Tanoyo Irine Rakhmawati Isbedy Stiawan Z.S. Iskandar Norman Istiqomatul Hayati Iswara N Raditya Iverdixon Tinungki Iwan Gunadi Iwan Nurdaya Djafar Jadid Al Farisy Jakob Sumardjo Jamal D. Rahman Jamrin Abubakar Janual Aidi Javed Paul Syatha Jay Am Jaya Suprana Jean-Paul Sartre JJ. Kusni Joanito De Saojoao Jodhi Yudono John Js Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Karya Lukisan: Andry Deblenk Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Ki Panji Kusmin Kingkin Puput Kinanti Kirana Kejora Ko Hyeong Ryeol Koh Young Hun Komarudin Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Korrie Layun Rampan Kritik Sastra Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember Lenah Susianty Leon Trotsky Linda Christanty Liza Wahyuninto Lona Olavia Lucia Idayani Luhung Sapto Nugroho Lukman Santoso Az Luky Setyarini Lusiana Indriasari Lutfi Mardiansyah M Syakir M. Faizi M. Fauzi Sukri M. Mustafied M. Yoesoef M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki Made Wianta Mahmoud Darwish Mahmud Jauhari Ali Majalah Budaya Jejak Makmur Dimila Malkan Junaidi Maman S Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Mardiyah Chamim Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Mariana Amiruddin Martin Aleida Marwanto Mas Ruscitadewi Masdharmadji Mashuri Masuki M. Astro Media Dunia Sastra Media: Crayon on Paper Mega Vristian Melani Budianta Mezra E Pellondou MG. Sungatno Micky Hidayat Mikael Johani Mikhael Dua Misbahus Surur Moch Arif Makruf Mohamad Fauzi Mohamad Sobary Mohamed Nasser Mohamed Mohammad Takdir Ilahi Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Amin Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Subarkah Muhammad Taufiqurrohman Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyidin Mujtahid Munawir Aziz Musa Asy’arie Musa Ismail Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W Hasyim N. Mursidi Nafi’ah Al-Ma’rab Naqib Najah Narudin Pituin Naskah Teater Nasru Alam Aziz Nelson Alwi Neni Ridarineni Nezar Patria Ni Made Purnamasari Ni Putu Rastiti Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noval Jubbek Novelet Nunung Nurdiah Nur Utami Sari’at Kurniati Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurhadi BW Obrolan Odhy`s Okta Adetya Orasi Budaya Akhir Tahun 2018 Orhan Pamuk Otto Sukatno CR Pablo Neruda Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pranita Dewi Prosa Proses Kreatif Puisi Puisi Pertemuan Mahasiswa Puji Santosa Pustaka Bergerak PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Setia Putu Wijaya R. Timur Budi Raja Radhar Panca Dahana Rahmah Maulidia Rahmi Hattani Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rambuana Ramzah Dambul Raudal Tanjung Banua Redhitya Wempi Ansori Reiny Dwinanda Remy Sylado Resensi Revolusi Ria Febrina Rialita Fithra Asmara Ribut Wijoto Richard Strauss Rida K Liamsi Riduan Situmorang Ridwan Munawwar Galuh Riki Dhamparan Putra Rina Mahfuzah Nst Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Rita Zahara Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Roland Barthes Romi Zarman Romo Jansen Boediantono Rosidi Ruslani S Prana Dharmasta S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabine Müller Sabrank Suparno Safitri Ningrum Saiful Amin Ghofur Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Sartika Dian Nuraini Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Poltak Tambunan Saut Situmorang Sayuri Yosiana Sayyid Madany Syani Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sem Purba Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Shiny.ane el’poesya Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sindu Putra Siti Mugi Rahayu Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Slamet Rahardjo Rais Soeprijadi Tomodihardjo Sofyan RH. Zaid Sohifur Ridho’i Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sonya Helen Sinombor Sosiawan Leak Sri Rominah Sri Wintala Achmad St. Sularto STKIP PGRI Ponorogo Subagio Sastrowardoyo Sudarmoko Sudaryono Sudirman Sugeng Satya Dharma Suhadi Sujiwo Tedjo Sukar Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susilowati Sutan Iwan Soekri Munaf Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Sutrisno Buyil Syaifuddin Gani Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theresia Purbandini Tia Setiadi Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Urwatul Wustqo Usman Arrumy Usman Awang UU Hamidy Vinc. Kristianto Batuadji Vladimir I. Braginsky W.S. Rendra Wahib Muthalib Wahyu Utomo Wardjito Soeharso Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Sunarta Weni Suryandari Wiko Antoni Wina Karnie Winarta Adisubrata Wiwik Widayaningtias Yanto le Honzo Yanuar Widodo Yetti A. KA Yohanes Sehandi Yudhis M. Burhanudin Yukio Mishima Yulhasni Yuli Yulia Permata Sari Yurnaldi Yusmar Yusuf Yusri Fajar Yuswinardi Yuval Noah Harari Zaki Zubaidi Zakky Zulhazmi Zawawi Se Zen Rachmat Sugito Zuriati